Banyak orang tertarik untuk mendiskusikan paedagogi, bahkan diberi nama Paedagogi Abad ke-21 yang dikenal juga sebagai paedagogi progresif. Paedagogi tidak hanya berbicara mengenai seni dan ilmu mengajar, melainkan juga mendorong banyak orang untuk melakukan redesain dan pemahaman ulang atas bagaimana menggunakannya untuk merumuskan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan kemajuan zaman.
Sebagai ilmu atau teori dan seni atau praktik mengajar, paedagogi termasuk dalam kategori “pengetahuan paedagogis formal” dan “pengetahuan paedagogis vernacular”. Paedagogis formal/ilmiah merupakan upaya mengembangkan prinsip-prinsip dan teori-teori paedagogi yang efektif melalui penelitian yang sistematis, lebih abstrak dan lebih umum dari paedagogi vernacular/praktis. Paedagogi formal/praktis didukung oleh pengalaman dasar yang kuat, istimewa, dan dibangun atas fondasi kajian empirik selama proses mengajar dan belajar.
Menurut Carpenter (2001) ada dua fungsi penelitian paedagogis. Pertama, untuk menghasilkan pengetahuan baru tentang pengajaran dan pembelajaran. Kedua, untuk memungkinkan guru atau pendidik memahami, menjelaskan, membela, membenarkan, dan bila perlu memodifikasi paedagogi. Tujuan pertama melahirkan paedagogi teoritis dan tujuan kedua melahirkan paedagogi praktis. Pada tataran pembelajaran di kelas tidak ada perbedaan yang jelas antara paedagogi praktis dan paedagogi ilmiah.
Studi sistematik kepaedagogian erat kaitannya dengan penerapan paedagogi. Menurut Hallam dan Ireson (1999), yang perlu diprioritaskan menjadi perhatian adalah kebutuhan mendesak untuk bergerak kearah ini yaitu studi sistematis dan penerapan paedagogi. Ini berarti, bahwa penelitian paedagogis harus menjadi aturan emas bagi pengambil keputusan. Tindakan yang akan menurunkan semangat guru-guru harus dilihat dengan hati-hati. Karena itu penelitian paedagogis harus mendefiniskan, menjelaskan, memprediksi, meramalkan, dan menemukan arah ke masa depan bagi perbaikan sistem pendidikan secara keseluruhan.
Tiga Tantangan
Dalam laporan yang dikeluarkan oleh Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) terungkap secara eksplisit sejauh mana paedagogi sebagai ilmu pengetauan akan mendukung kebijakan dan praktik pendidikan. Atas dasar laporan itu ada tiga aspek saling terkait untuk memahami dan akhirnya menyelesaikan masalah ini.
1. 1. Codifying and communicating teacher’s practical paedagogical knowledge
Menurut Shulman (1987) masalah utama dalam mengajar adalah hilangnya pemahaman terhadap karya terbaik dari praktisi kontemporer bagi masa depan peserta didik. Dokumentasi standar professional merupakan langkah positif.
2. 2. Establishing systems for shared scientific paedagogical knowledge management
Membangun sistem paedagogis untuk berbagi pengetahuan manajemen ilmiah dan menyediakan waktu yang cukup bagi guru untuk mengembangkan dan menerapkan pengetahuan ini. Krisis yang serius masih muncul di bidang pendidikan.
3. 3. Developing a robust theoretical framework for the new science of paedagogy
Mengembangkan kerangka teori yang kuat terhadap ilmu baru paedagogi. Perdebatan mengenai teori paedagogi terus berlanjut, karena memang karya teoritis yang diperlukan untuk berubah tidak mudah mewujudkannya menjadi prestasi yang solid.
Pengembangan teoritis dan empiris bidang paedagogi memberikan kendali bebas, namun wacana dan kebijakan seringkali memaksakan. Tentu saja harus diyakini bahwa siapa pun juga tidak mungkin melakukan pemisahan paksa antara pengetahuan teoritis dan praktis serta teori kebijakan public dalam pendidikan.
Meski sudah berusia sangat tua, paedagogi terus mengundang perdebatan. Menteri Pendidikan Amerika Serikat telah mempertanyakan pentingnya paedagogi pembelajaran bagi guru. Dia mengemukakan, banyak sekolah pendidikan bisnis terus seperti biasa, dengan fokus berat pada paedagogi dan bagaimana menjadi seorang guru. Implikasi dari pernyataan ini tentu saja mengerikan, karena kurangnya perhatian pada paedagogi. Ada banyak orang yang tidak menerima definisi paedagogi itu merupakan seni dan ilmu menjadi seorang guru.
Konten paedagogi mengacu pada keterampilan paedagogis (pengajaran) yang guru gunakan untuk menanamkan pengetahuan khusus atau isi kurikulum kepada siswa. Kegagalan banyak negara mengenai pengembangan professional sebagian disebabkan karena mengabaikan paedagogi.Pengabaian ini menyebabkan banyak sekolah yang menderita penyakit screensever dan hanya menemukan sedikit keuntungan atas investasi teknologi baru untuk keperluan pengajaran dan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA:
Danim, Sudarwan (2010). Paedagogi, Andragogi, dan Heutagogi. Bandung: Alfabeta