468x60

  • Blockquote

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

Apa perbedaan prinsip learner centered dengan teacher centered??

Senin, 28 Februari 2011
Dalam prinsip learner centered dan teacher centered memiliki perbedaan.
Pada learner centered instruksi dan perencanaan pada siswa bukan guru.
Pada teacher centered fokus di sekolah adalah pada perencanaan dan instruksi guru.Dalam pendekatan ini perencanaan dan instruksi disusun dengan ketat dan guru mengarahkan pembelajaran murid.
Teori teori learning menggunakan pendekatan desain  1). Behaviorism; Berbasis  perubahan perilaku yang diulang-ulang menjadi sebuah aktifitas automatic. Kelemahan, stimulus situasi pembelajaran tidak terjadi, output pembelajar berhenti bekerja bila terjadi anomali yang disebabkan lemahnya pemahaman sistem. Kekuatan, pembelajar  lebih fokus pada tujuan yang jelas  dan dapat secara otomatis  memberi respon  pencapaian tujuan.  2).Cognitivism;  Berbasis pada proses dibalik behavior. Perubahan perilaku diobservasi dan menggunakan indikator yang terjadi pada diri pembelajar. Kelemahan, Pembelajar belajar cara menyelesaikan tugas, tetapi mungkin  bukan cara yang terbaik atau keluar dari  pembelajaran atau situasi tersebut. Kekuatan.  Tujuan melatih pembelajar mengerjakan tugas dengan cara yang sama dan konsisten. 3). Construtivism;Berbasis pada premise bahwa kita semua menconstruct wawasan  sampai pada pembentukan pengalaman dan skema individu. Fokus constructifismmenyiapkan pembelajar untuk menyelesaikan situasi yang  ambigu. Kelemahan, Pada situasi yang menyimpang dari cara berfikir dan tindakan dapat menyebabkan masalah. Kekuatan, pembelajar mampu menginterpretasikan multi realitas, pembelajar lebih mampu dengan situasi nyata kehidupan, jika pembelajar dapat  menyelesaikan masalah, mereka akan mengaplikasikan secara lebih baik pengetahuan mereka pada situasi baru.
Tabel  Domain Perbedaan Teacher Center dan Learner Center.
Domain
Teacher-centered (Behaviorism)
Learner-centered (Constructivism)
Pengetahuan
Menerima dari instruktur
Dikonstruksi  oleh pembelajar
Partisipasi  pembelajar
Passive
Aktive
Peran Professor
Leader/autority
Fasilitator/partner dalam belajar
Peran  Penilaian
Beberapa test
Banyak test, untuk umpan balik
Penekanan
Belajar untuk menjawab benar
Pengembangan pemahaman  lebih mendalam
Metode penilaian
Penilaian  satu dimensi
Hasil  multidimensional, on going diagnostic
Kultur akademik
Kompetitive, individualistik
Kolaborative, supportive.
Sumber :  Schuman, L (1996) Perspective on instruction.
Roger Bybee bersama timnya  mengembangkan prinsip-prinsip  investigator pada model  instruksional  untuk  constructivism. Secara  ringkas  pendekatan pembelajar berhubungan dengan  sains  mengikuti belajar sesuatu yang baru, mencoba memahami yang lebih dalam, dan proses  tidak linear. Eksplorasi  ditandai dengan adanya curiosity yang distimulasi oleh berbagai fenomena. Suatu saat akan mengembangkan pendidik menjadi  fasilitator  untuk  mengkonstruksi proses belajar. Mengembangkan struktur lingkungan belajar yang memberi peluang, tantangan dan dukungan untuk membangun pemahaman.
Prinsip  Learning.
Dalam pembelajaran learning terdapat prinsip-prinsip yang menjadi panduan dalam proses pembelajaran. Prinsip  5E dalam construtivism ’learning’, sebagai berikut:
1.   Engage : Keterlibatan pembelajar di dalam Student Center dalam menyampaikan kontrak belajar.
2.   Explore : Keterlibatan menggali masalah sudah dieksplore dan sharing
3.   Explain :  Sesudah mengeksplore, diungkapkan dalam bentuk kongkrit yaitu membuat abstrak dari apa yang diperoleh dari eksplore tersebut apakah individual atau kelompok dengan bahasa akademik yang baik dan pendidik memberikan stimulasi jka terjadi kekurangan dengan bahasa yang dapat difahami oleh semuanya. Dibutuhkan alat penunjang untuk merekam penjelasan yang diberikan oleh pendidik.
4.   Elaborate : Konsep yang sudah diketahui harus diperkaya dengan pengetahuan yang lain yang dihasilkan dari kelompok lain, mencari hubungan masalah termasuk kehidupan nyata di luar
5.   Evaluasi : Untuk pendidik adalah on going process, pendidik harus meminta portofolio pembelajar baik mengenai tugas dan referensi. Pembelajar juga melakukan evaluasi terhadap guru mengenai hal yang berkaitan dengan materi, perilaku (open ended).
Selanjutnya dalam student center, terdapat  ragam model pembelajaran diantaranya; Small group discussion, role play & simulation, case  study, discovery learning, self directed learning,  cooperative  learning,  collaborative learning,  contextual  instruction, project  based learning,  problem based learning and inquiry  serta solution  based learning.  Pemilihan metode sangat temporal berdasarkan  tujuan pembelajaran, kontent keilmuan, sarana belajar dan fasilitator.

REFERENSI
Santtrock, John W. 2008, Psikologi Pendidikan Edisi Kedua, Penerbit: Kencana Prenada Media Group: Jakarta

TESTIMONI FILM IPIN DAN UPIN

Senin, 21 Februari 2011
Sebagian besar orang pada zaman sekarang pasti mengenal Ipin dan Upin.Terlebih lagi di negara kita ini.Siapa sih yang tidak mengenal Ipin dan Upin?Tokoh anak kembar yang sangat nakal tapi lucu.Kita sendiri dapat melihat bahwa tokoh ini sangat terkenal sekarang.Dimana-mana banyak yang menjual sesuatu yang berkaitan dengan tokoh dalam film ini seperti boneka,gantungan kunci,baju,dll.Film Ipin dan Upin diputar di stasiun televisi swasta di negara kita yaitu di TPI dan menarik perhatian sebagian besar masyarakat Indonesia.

Saat belajar di mata kuliah Psikologi Pendidikan kami diajak oleh Ibu Dina untuk menonton film Ipin dan Upin yang berjudul Geng Pengembara Bermula.Sebenarnya saya sudah berulang kali menonton film ini.Kebetulan adik saya di rumah sangat suka sekali pada tokoh Ipin dan Upin sehingga saya pun menjadi ikut-ikutan.Meskipun untuk kesekian kalinya saya menonton film ini harus saya akui bahwa saya sama sekali tidak bosan.Film ini sangat mengasyikan dan banyak yang dapat kita dapatkan dari film ini seperti persahabatan,tolong menolong,dan lain lain.
Meskipun saya sudah berulang kali menonton film ini saya sama sekali belum pernah menonton behind the scenes film ini.Oleh karena itu, saat saya menontonnya saya sungguh sangat terkesima.Saya sangat tidak menyangka bahwa film yang dibuat selama kurang lebih 90 menit ini dibuat dalam jangka waktu 2,5 tahun.Pantaslah film ini diterima dengan baik oleh masyarakat dan menerima banyak penghargaan.Usaha dan kerja keras para kru film ini patut diacungi jempol.Yang lebih saya terkejut adalah saya sangat tidak menyangka bahwa pengisi suara karakter Ipin dan Upin selama ini adalah seorang anak perempuan.Saya kira selama ini adalah anak laki-laki karena tokoh Ipin dan Upin adalah anak laki-laki yang nakal.

Film Upin dan Ipin ini dibuat oleh negara Malaysia.Saya sangat salut pada mereka dan saya sungguh berharap bahwa pada suatu hari nanti kita bisa seperti mereka membuat film animasi sebaik mereka bahkan lebih.Sebaiknya negara kita dapat menyadari bahwa film animasi juga dapat sukses di pasaran karena kita dapat melihat akhir-akhir ini di Indonesia yang diproduksi sebagian besar adalah film yang bernuansa vulgar dan kekerasan.Kita dapat melihat sendiri bahwa sepanjang film ini banyak dimasukkan kebudayaan negara Jiran.Dari film ini kita bisa medengar logat bahasa Malaysia,sapaan yang diberikan seperti kakek dipanggil Atuk,dan masih banyak lagi.Dari film ini secara tidak langsung kita diajak untuk mengenal sebagaian kecil kebudayaan Malaysia dan ini juga bisa semakin menambah pengetahuan kita tentunya.Film ini dibuat dengan apa adanya. Film animasi ini mampu menampilkan keberagaman suku bangsa dalam kondisi apa adanya. Ada Rajoo yang berdarah India, ada Mei Mei keturunan Cina, dan ada Ihsan dan Mail orang Melayu asli. Mereka tampil tanpa meninggalkan atribut kesukuannya. Memang keberagaman tak harus disembunyikan, setiap anak harus dikenalkan sejak dini bahwa mereka memang berbeda satu sama lain, terutama dalam kehidupan multikultural dalam masyarakat mereka. Dari situ akan tercipta saling menghargai di antara mereka, sejak dini.

Dapat saya simpulkan bahwa proses pembuatan film ini adalah suatu proses belajar dimana seluruh kru film ini belajar untuk membuat film yang baik sehingga bisa menghasilkan hasil yang maksimal dan diterima oleh semua lapisan masyarakat.Dan dapat kita lihat sendri bahwa usaha mereka ini tidak sia-sia.Jadi sebenarnya belajar itu dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun.Dengan menonton film ini secara tidak langsung bagi kita sebagai penonton  belajar untuk memetik nilai-nilai sosial yang baik dan juga belajar untuk mengenal kebudayaan negeri Jiran ini.



Bagaimana prinsip learner centered dan apa saja sisi positf dan negatifnya ??

Selasa, 15 Februari 2011
Learner-centered adalah pembelajaran di mana murid didorong untuk menyusun sendiri pemahamannya, tetapi juga dibantu dengan pertanyaan dan pengarahan dari guru. Metode ini lebih banyak melibatkan peserta didik dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam pembelajaran di kelas, sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan kompetensinya. 
Pembelajaran ini meminimalkan peran guru di kelas, guru lebih memposisikan dirinya sebagai fasilitator pembelajaran yang mengatur sirkulasi dan jalannya pembelajaran dengan terlebih dahulu menyampaikan tujuan dan kompetisi yang akan dicapai dalam suatu pembelajaran.
Instruksi dan perencanaan learner-centered adalah pada siswa, bukan pada guru. Peran guru adalah lebih banyak menberikan arahan dan bimbingan saja.Prinsip pembelajaran ini didukung oleh beberapa faktor, yaitu: 

Faktor kognitif dan metakognitif
1. Sifat proses pembelajaran. Pelajar yang sukses adalah pelajar yang aktif, punya tujuan, dan mampu mengatur diri sendiri, mereka mau bertanggung jawab dan pembelajaran mereka sendiri.
2. Tujuan proses pembelajaran. Murid perlu menciptakan dan mengejar tujuan yang relevan secara personal yang bisa menyukseskan siswa. Tujuan ini berawal dari tujuan jangka pendek.
3. Konstruksi pengetahuan. Pengetahuan akan bertambah luas dan semakin baik jika murid dapat membuat hubungan antara informansi baru dengan pengetahuan dalam pengetahuan mereka yang sudah ada
4. Pemikiran strategis. Pelajar yang sukses dapat menciptakan dan menggunakan berbagai strategi pemikiran dan penalaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
5. Memikirkan tentang pemikiran. Pelajar yang sukses adalah pelajar metakognitif yang merenungkan dan memikirkan cara mereka belajar dan berpikir, menentukan tujuan pembelajaran yang reasonable.
6. Konteks pembelajaran. Pembelajaran tidak terjadi di ruang hampa. Pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan seperti kultur, teknologi, dan praktik instruksional.

Faktor motivasi dan emosional
1. Pengaruh motivasi dan emosi terhadap pembelajaran. Keyakinan dan ekspektasi pelajar dapat memperkuat atau melemahkan kualitas pemikiran dan pemrosesan informasi pelajar.
2. Motivasi intrinsik untuk belajar. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri siswa, seperti rasa ingin tahu yang tinggi terhadap suatu pelajaran. Ini merupakan motivasi intrinsik.
3. Efek motivasi terhadap usaha. Usaha adalah aspek penting dalam motivasi untuk belajar. Pembelajaran yang efektif membutuhkan banyak waktu, energi dan ketekunan.

Faktor sosial dan developmental
1. Pengaruh perkembangan dalam pembelajaran. Siswa akan belajar dengan baik apabila pembelajarannya sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
2. Pengaruh sosial terhadap pembelajaran. Pembelajaran dipengaruhi oleh interaksi sosial, hubungan interpersonal, dan komunikasi dengan orang lain.

Faktor perbedaan individual
1. Perbedaan individual dalam pembelajaran. Anak memiliki strategi yang berbeda, pendekatan berbeda dan kemampuan yang berbeda pula dalam pelajaran.
2. Pembelajaran dan diversitas. Pembelajaran akan lebih efektif jika perbedaan bahasa, budaya, dan latar belakang sosial murid ikut dipertimbangkan
3. Standar dan penilaian. Menentukan standar yang tinggi dan menantang serta menilai kemajuan pembelajaran dan siswa, adalah bagian integral dari proses pembelajaran.
Dalam learner-centered, terdapat beberapa stategi yang dapat diigunakan dalam pembelajaran, yaitu:
a. Problem based learning
Menggunakan kejadian yang terjadi dalam kehidupan murid sehari-hari, kemudian murid membuat kelompok diskusi dan menyelesaikan masalah yang dipilih dan siap dipresentasikan.
b. Essential Question
pertanyaan yang merefleksikan inti dari kurikulum, hal yang paling penting yang harus dieksplorasi dan dipelajari oleh murid. Eksplorasi dari pertanyaan ini membuat mereka berfikir dan meningkatkan rasa ingin tahu. Misalnya Guru dapat memberikan satu pertanyaan kemudian murid diminta bereksplorasi terhadap pertanyaan yang diberikan.
c. Discovery learning
Pembelajaran di mana murid menyusun pemahaman sendiri, murid mencari tahu informasi sendiri dengan kata lain bahwa murid belajar secara mandiri dan Guru tetap mengawasi, terlebih dengan memberikan pertanyaan secara global.
Contoh pendidikan yang berbasis learner-centered adalah pada program KBK yang banyak diterapkan dalam sekolah-sekolah menengah. Dalam sistem KBK ini, murid yang berpartisipasi secara aktif. Salah satu kegiatan yang ada adalah murid menyajikan presentasi di depan kelas (bersama teman dalam kelompok). Setelah presentasi selesai, terkadang diakhiri dengan sesi tanya jawab dan penjelasan singkat dari guru.
Baik disadari maupun tidak oleh masyarakat, suatu jenis pembelajaran disusun dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. peningkatan iman dan takwa serta akhklak mulia
2. peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat.
3. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan
4. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional.
5. Tuntutan dunia kerja.
6. Perkembangan ilmu penetahuan, teknologi, dan seni
7. Dinamika perkembangan globa
8. Kondisi sosial dan budaya masyarakat setempat
9. Kesetaraan gender
10. Karakteristik suatu pendidikan
Suatu jenis pembelajaran pasti memiliki sisi negatif dan sisi positifnya, dalam sistem learner centered ini juga terdapat kekurangan dan kelebihan, yaitu:
sisi positif:
~ murid menjadi lebih kreatif
~ murid menjadi pembelajar yang mandiri
~ menumbuhkan rasa percaya diri dan keaktifan murid
sisi negatif:
~ siswa yang tidak aktif akan menjadi stres karena tidak dapat mengikuti pembelajaran
~ apabila guru tidak dapat memimpin diskusi dengan baik, maka akan mengakibatkan kebingungan pada murid.

 REFERENSI
 Santtrock, John W. 2008, Psikologi Pendidikan Edisi Kedua, Penerbit: Kencana Prenada Media Group: Jakarta

Kelompok 14

Senin, 14 Februari 2011
Karin Ambarita (10-037)
Yulian Astri (10-071)
Eva Violesia Bangun (10-081)


Bagaimana pandangan dan penilaian kelompok anda sehubungan dengan kewajiban setiap mahasiswa yang mengikuti mata kuliah psikologi pendidikan 3 sks tahun ajaran 2010/2011 harus memiliki email dan blog ditinjau dari uraian psikologi pendidikan dan fenomena pendidikan di Indonesia, Medan khususnya?

Menurut kami,sangat besar sekali manfaat dari adanya email dan blog dalam proses belajar mengajar dalam mata kuliah psikologi pendidikan.Pada awalnya banyak mahasiswa yang tidak tahu bagaimana cara membuat dan menggunakan email dan blog.Namun demi memenuhi mata kuliah psikologi pendidikan ini maka mahasiswa berusaha mencari informasi tersebut dan ini tentu saja semakin menambah pengetahuan.
Kita dapat menggunakan email dan blog ini dimanapun dan kapanpun kita mau.Email dan blog dapat dijadikan sebagai tempat bagi dosen untuk memeriksa dan mengumpulkan tugas mahasiswa.
Dengan adanya email kita dapat saling bertukar informasi satu sama lain,kita bisa mengunduh materi bahan kuliah yang dikirimkan ke email kita masing-masing dan masih banyak lagi.Dengan adanya blog juga sangat bermanfaat dalam pembelajaran.Di dalam blog ini tiap mahasiswa diwajibkan untuk memposting satu pertanyaan dan membahasnya sendiri berdasarkan referensinya masing-masing yang berkaitan dengan materi kuliah sebelum pertemuan dimulai tiap minggunya.Secara tidak langsung mahasiswa dipaksa untuk mempersiapkan diri sebelum kuliah dimulai.Dan ini sangat bermanfaat sekali sehingga sewaktu perkuliahan dimulai mahasiswa dapat berpartisipasi lebih aktif.
Dengan adanya email dan blog yang digunakan sebagai tempat untuk mengerjakan tugas secara tidak langsung pula kita ikut mengambil bagian dalam menjaga alam ini,kita mengurangi penumpukan kertas dan berpartisipasi dalam mencegah global warming yang semakin menjadi-jadi.
Selain itu kita bisa juga menyelesaikan tugas yang diberikan dimanapun dan kapanpun kita mau hanya dengan membawa laptop saja.Memang bagi yang tidak memiliki laptop ataupun komputer pribadi hal ini juga cukup sulit karena mereka harus pergi ke warung internet(warnet) untuk bisa menyelesaikan tugas yang diberikan dan ini tentu tidak menghemat waktu karena kita tahu banyak kendala yang didapatkan di warnet.
Kewajiban memiliki dan menggunakan email dan blog ini mengajak kita untuk mengikuti perkembangan zaman dan teknologi sehingga kita tidak tertinggal jauh dari negara-negara lainnya.Seperti kita ketahui pula dengan adanya blog kita dapat saling berinteraksi dengan sesama mahasiswa ataupun dengan dosennya langsung melalui chat di google talk.Dengan adanya google talk ini kita dapat saling mengenal satu sama lain,saling bertukar informasi,belajar bersama dan tentunya meningkatkan solidaritas. Blog juga memberikan manfaat yang besar untuk bertukar informasi antar dosen dengan mahasiswa tanpa harus langsung bertatap muka di kelas ataupun lingkungan kampus.
Kita tahu bahwa segala sesuatu itu ada dampak positif dan negatifnya.Blog dan email juga bisa berdampak negatif jika kita tidak menggunakannya dengan benar.Terkadang kita sering melalaikan waktu bila sudah berhubungan dengan internet.Mungkin niat awalnya untuk menyelesaikan tugas di blog,namun tergoda untuk melihat yang lainnya seperti berfacebook ria,ber twitter ria melihat video di you tube dan masih banyak lagi dan itu tentu saja menguras waktu lebih dari sekedar hanya menyelesaikan tugas sehingga tugas yang lainnya menjadi terbengkalai.Kadang blog bisa pula digunakan untuk menjatuhkan orang lain,menyebarkan hal-hal yang berbau negatif.Sebaiknya hal seperti ini harus kita hindari karena ini bukan meningkatkan prestasi kita.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pada zaman sekarang ini untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas tidak hanya dibutuhkan pengetahuan saja namun juga orang yang dapat mengikuti perkembangan zaman juga khususnya teknologi.Apalagi persaingan di zaman sekarang ini sangatlah ketat,oleh karena itu kita harus bisa memanfaatkan hal yang positif supaya bermanfaat bagi kita sendiri dan orang lain juga.

Psikologi Pendidikan(Tugas 2)

Minggu, 06 Februari 2011


Bagaimana hubungan antara teknologi dan pendidikan?

Di zaman globalisasi ini teknologi mempunyai hubungan yang sangat erat dengan pendidikan. Teknologi bisa digunakan oleh semua golongan di dunia pendidikan jika kita mau mempelajari dan mencoba semua jenis teknologi.

 Didalam  dunia  pendidikan  pastinya  kita  membutuhkan informasi dan kita bisa menggunakan internet  untuk mencari informasi itu.Kita bisa mempunyai pengetahuan yang lebih luas dan kita juga bisa memperoleh informasi terbaru jika kita mengakses internet. Kita juga bisa mengirimkan hasil tugas kita kepada guru dengan menggunakan internet serta mendapatkan  kenalan teman dari sekolah lain untuk bertukar informasi cara belajar yang baik dan efisien.Berkembangnya teknologi internet bisa membantu guru mengawasi cara belajar siswa.Selain itu informasi pendidikan bisa disalurkan / diberikan pada siswanya akan tetapi tidak diimbangi dengan kemampuan guru dalam menggunakan internet.
Komputer bisa digunakan oleh kita untuk membuat tugas baik tugas berupa dokumen, tabel, data, mempresentasikan tugas, mendata siswa yang tidak masuk dan lain- lain.Dalam studi National Assessement of Educationtalk Progress(NAEP)(2000) murid di grade empat,delapan,dan dua belas yang menggunakan internet di rumah mendapatkan nilai sains yang lebih tinggi ketimbang mereka yang tidak menggunakan internet.Dari sini dapat dilihat bahwa teknologi sangat berperan besar dalam peningkatan prestasi.
Ada 3 (tiga) perspektif tentang hubungan antara teknologi dengan pendidikan :
  1. Perspektif pertama adalah perspektif yang memandang bahwa teknologi adalah produk pendidikan. Perspektif ini berlaku di negara atau lembaga pendidikan yang budaya research & development-nya sudah sangat bagus. Memandang teknologi sebagai produk pendidikan memiliki dampak positif berupa tidak terikatnya pendidikan terhadap keterbatasan teknologi. Kita sering mendengar banyak yang mengeluh “Sekolah kami tidak memiliki fasilitas untuk itu”. Kalimat seperti ini tidak akan muncul, jika perspektif yang dimiliki adalah perspektif teknologi sebagai produk pendidikan.
  2. Perspektif kedua, adalah perspektif yang menganggap bahwa teknologi adalah akselerator pendidikan. Perspektif ini bisa benar, jika penguasaan tenaga didik terhadap pedagogik dan andragogik-nya juga sudah benar. Bagaimanapun juga, teknologi hanyalah alat bantu pendidikan. Apalagi jika kita berbicara tentang Teknologi Informasi, yang baru akan bisa punya “taring” jika Sistem Manajemen Informasi, termasuk Learning Content Management System (LCMS)-nya benar-benar tertata dengan rapi dan merupakan produk kerjasama antara para ahli pendidikan, ahli Knowledge Management dan para ahli teknologi IT. [Di Indonesia ada kesalahan persepsi, bahwa Teknologi Informasi untuk Pendidikan hanya kerjaan para ahli komputer].
  3. Perspektif Ketiga adalah perspektif yang paling banyak dimiliki oleh kalangan pendidik Indonesia, dan merupakan sebuah salah kaprah akut. Yakni memandang bahwa teknologi adalah Pendidikan. Seakan-akan papan tulis dan metode belajar tradisional tidak punya “tempat” lagi untuk mengembangkan peserta didik yang bermutu. Seakan-akan semuanya harus digantikan dengan komputer dan LCD Proyektor. Seakan-akan Perpustakaan harus dan wajib diganti dengan Internet. Perspektif ini memiliki dampak sangat fatal, yakni hadirnya generasi pendidik yang tidak kreatif, menyerah terhadap keterbatasan yang ada. Milken Exchange on Education Technology, bagian dari Milken Family Foundation, Amerika Serikat, menuliskan bahwa untuk berhasilnya penerapan teknologi pendidikan di sebuah lembaga pendidikan, haruslah mampu menjawab tantangan-tantangan berikut ini :
  • Terpenuhinya standar yang tinggi sesuai dengan era teknologi yang ada saat ini
  • Mengadakan sebuah agenda penelitian nasional untuk mengetahui kejelasan penerapannya
  • Meningkatkan kapasitas sekolah lokal dan daerah untuk mengaplikasikan kondisi lingkungan pembelajaran tertentu (bagi penerapan teknologi yang dimaksud)
  • Mendokumentasikan dan melaporkan setiap hasil penerapannya (dan penelitian) di lapangan
Dituliskan juga disitu peran teknologi dalam pendidikan yakni :
  • Accelerates, Enriches, and Deepens Basic Skills
  • Motivates and Engages Students in Learning
  • Helps related academics to the practices of Today’s Work Force
  • Increases economic viability of tomorrow’s workers
  • Strenghtens Teaching
  • Contributes to change in schools
  • Connects schools to the world


REFERENSI:

Santtrock, John W. 2008, Psikologi Pendidikan Edisi Kedua, Penerbit: Kencana Prenada Media Group: Jakarta

Senin, 28 Februari 2011

Apa perbedaan prinsip learner centered dengan teacher centered??

Diposting oleh 10081 Eva Violesia Bangun di 05.41 0 komentar
Dalam prinsip learner centered dan teacher centered memiliki perbedaan.
Pada learner centered instruksi dan perencanaan pada siswa bukan guru.
Pada teacher centered fokus di sekolah adalah pada perencanaan dan instruksi guru.Dalam pendekatan ini perencanaan dan instruksi disusun dengan ketat dan guru mengarahkan pembelajaran murid.
Teori teori learning menggunakan pendekatan desain  1). Behaviorism; Berbasis  perubahan perilaku yang diulang-ulang menjadi sebuah aktifitas automatic. Kelemahan, stimulus situasi pembelajaran tidak terjadi, output pembelajar berhenti bekerja bila terjadi anomali yang disebabkan lemahnya pemahaman sistem. Kekuatan, pembelajar  lebih fokus pada tujuan yang jelas  dan dapat secara otomatis  memberi respon  pencapaian tujuan.  2).Cognitivism;  Berbasis pada proses dibalik behavior. Perubahan perilaku diobservasi dan menggunakan indikator yang terjadi pada diri pembelajar. Kelemahan, Pembelajar belajar cara menyelesaikan tugas, tetapi mungkin  bukan cara yang terbaik atau keluar dari  pembelajaran atau situasi tersebut. Kekuatan.  Tujuan melatih pembelajar mengerjakan tugas dengan cara yang sama dan konsisten. 3). Construtivism;Berbasis pada premise bahwa kita semua menconstruct wawasan  sampai pada pembentukan pengalaman dan skema individu. Fokus constructifismmenyiapkan pembelajar untuk menyelesaikan situasi yang  ambigu. Kelemahan, Pada situasi yang menyimpang dari cara berfikir dan tindakan dapat menyebabkan masalah. Kekuatan, pembelajar mampu menginterpretasikan multi realitas, pembelajar lebih mampu dengan situasi nyata kehidupan, jika pembelajar dapat  menyelesaikan masalah, mereka akan mengaplikasikan secara lebih baik pengetahuan mereka pada situasi baru.
Tabel  Domain Perbedaan Teacher Center dan Learner Center.
Domain
Teacher-centered (Behaviorism)
Learner-centered (Constructivism)
Pengetahuan
Menerima dari instruktur
Dikonstruksi  oleh pembelajar
Partisipasi  pembelajar
Passive
Aktive
Peran Professor
Leader/autority
Fasilitator/partner dalam belajar
Peran  Penilaian
Beberapa test
Banyak test, untuk umpan balik
Penekanan
Belajar untuk menjawab benar
Pengembangan pemahaman  lebih mendalam
Metode penilaian
Penilaian  satu dimensi
Hasil  multidimensional, on going diagnostic
Kultur akademik
Kompetitive, individualistik
Kolaborative, supportive.
Sumber :  Schuman, L (1996) Perspective on instruction.
Roger Bybee bersama timnya  mengembangkan prinsip-prinsip  investigator pada model  instruksional  untuk  constructivism. Secara  ringkas  pendekatan pembelajar berhubungan dengan  sains  mengikuti belajar sesuatu yang baru, mencoba memahami yang lebih dalam, dan proses  tidak linear. Eksplorasi  ditandai dengan adanya curiosity yang distimulasi oleh berbagai fenomena. Suatu saat akan mengembangkan pendidik menjadi  fasilitator  untuk  mengkonstruksi proses belajar. Mengembangkan struktur lingkungan belajar yang memberi peluang, tantangan dan dukungan untuk membangun pemahaman.
Prinsip  Learning.
Dalam pembelajaran learning terdapat prinsip-prinsip yang menjadi panduan dalam proses pembelajaran. Prinsip  5E dalam construtivism ’learning’, sebagai berikut:
1.   Engage : Keterlibatan pembelajar di dalam Student Center dalam menyampaikan kontrak belajar.
2.   Explore : Keterlibatan menggali masalah sudah dieksplore dan sharing
3.   Explain :  Sesudah mengeksplore, diungkapkan dalam bentuk kongkrit yaitu membuat abstrak dari apa yang diperoleh dari eksplore tersebut apakah individual atau kelompok dengan bahasa akademik yang baik dan pendidik memberikan stimulasi jka terjadi kekurangan dengan bahasa yang dapat difahami oleh semuanya. Dibutuhkan alat penunjang untuk merekam penjelasan yang diberikan oleh pendidik.
4.   Elaborate : Konsep yang sudah diketahui harus diperkaya dengan pengetahuan yang lain yang dihasilkan dari kelompok lain, mencari hubungan masalah termasuk kehidupan nyata di luar
5.   Evaluasi : Untuk pendidik adalah on going process, pendidik harus meminta portofolio pembelajar baik mengenai tugas dan referensi. Pembelajar juga melakukan evaluasi terhadap guru mengenai hal yang berkaitan dengan materi, perilaku (open ended).
Selanjutnya dalam student center, terdapat  ragam model pembelajaran diantaranya; Small group discussion, role play & simulation, case  study, discovery learning, self directed learning,  cooperative  learning,  collaborative learning,  contextual  instruction, project  based learning,  problem based learning and inquiry  serta solution  based learning.  Pemilihan metode sangat temporal berdasarkan  tujuan pembelajaran, kontent keilmuan, sarana belajar dan fasilitator.

REFERENSI
Santtrock, John W. 2008, Psikologi Pendidikan Edisi Kedua, Penerbit: Kencana Prenada Media Group: Jakarta

Senin, 21 Februari 2011

TESTIMONI FILM IPIN DAN UPIN

Diposting oleh 10081 Eva Violesia Bangun di 05.07 0 komentar
Sebagian besar orang pada zaman sekarang pasti mengenal Ipin dan Upin.Terlebih lagi di negara kita ini.Siapa sih yang tidak mengenal Ipin dan Upin?Tokoh anak kembar yang sangat nakal tapi lucu.Kita sendiri dapat melihat bahwa tokoh ini sangat terkenal sekarang.Dimana-mana banyak yang menjual sesuatu yang berkaitan dengan tokoh dalam film ini seperti boneka,gantungan kunci,baju,dll.Film Ipin dan Upin diputar di stasiun televisi swasta di negara kita yaitu di TPI dan menarik perhatian sebagian besar masyarakat Indonesia.

Saat belajar di mata kuliah Psikologi Pendidikan kami diajak oleh Ibu Dina untuk menonton film Ipin dan Upin yang berjudul Geng Pengembara Bermula.Sebenarnya saya sudah berulang kali menonton film ini.Kebetulan adik saya di rumah sangat suka sekali pada tokoh Ipin dan Upin sehingga saya pun menjadi ikut-ikutan.Meskipun untuk kesekian kalinya saya menonton film ini harus saya akui bahwa saya sama sekali tidak bosan.Film ini sangat mengasyikan dan banyak yang dapat kita dapatkan dari film ini seperti persahabatan,tolong menolong,dan lain lain.
Meskipun saya sudah berulang kali menonton film ini saya sama sekali belum pernah menonton behind the scenes film ini.Oleh karena itu, saat saya menontonnya saya sungguh sangat terkesima.Saya sangat tidak menyangka bahwa film yang dibuat selama kurang lebih 90 menit ini dibuat dalam jangka waktu 2,5 tahun.Pantaslah film ini diterima dengan baik oleh masyarakat dan menerima banyak penghargaan.Usaha dan kerja keras para kru film ini patut diacungi jempol.Yang lebih saya terkejut adalah saya sangat tidak menyangka bahwa pengisi suara karakter Ipin dan Upin selama ini adalah seorang anak perempuan.Saya kira selama ini adalah anak laki-laki karena tokoh Ipin dan Upin adalah anak laki-laki yang nakal.

Film Upin dan Ipin ini dibuat oleh negara Malaysia.Saya sangat salut pada mereka dan saya sungguh berharap bahwa pada suatu hari nanti kita bisa seperti mereka membuat film animasi sebaik mereka bahkan lebih.Sebaiknya negara kita dapat menyadari bahwa film animasi juga dapat sukses di pasaran karena kita dapat melihat akhir-akhir ini di Indonesia yang diproduksi sebagian besar adalah film yang bernuansa vulgar dan kekerasan.Kita dapat melihat sendiri bahwa sepanjang film ini banyak dimasukkan kebudayaan negara Jiran.Dari film ini kita bisa medengar logat bahasa Malaysia,sapaan yang diberikan seperti kakek dipanggil Atuk,dan masih banyak lagi.Dari film ini secara tidak langsung kita diajak untuk mengenal sebagaian kecil kebudayaan Malaysia dan ini juga bisa semakin menambah pengetahuan kita tentunya.Film ini dibuat dengan apa adanya. Film animasi ini mampu menampilkan keberagaman suku bangsa dalam kondisi apa adanya. Ada Rajoo yang berdarah India, ada Mei Mei keturunan Cina, dan ada Ihsan dan Mail orang Melayu asli. Mereka tampil tanpa meninggalkan atribut kesukuannya. Memang keberagaman tak harus disembunyikan, setiap anak harus dikenalkan sejak dini bahwa mereka memang berbeda satu sama lain, terutama dalam kehidupan multikultural dalam masyarakat mereka. Dari situ akan tercipta saling menghargai di antara mereka, sejak dini.

Dapat saya simpulkan bahwa proses pembuatan film ini adalah suatu proses belajar dimana seluruh kru film ini belajar untuk membuat film yang baik sehingga bisa menghasilkan hasil yang maksimal dan diterima oleh semua lapisan masyarakat.Dan dapat kita lihat sendri bahwa usaha mereka ini tidak sia-sia.Jadi sebenarnya belajar itu dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun.Dengan menonton film ini secara tidak langsung bagi kita sebagai penonton  belajar untuk memetik nilai-nilai sosial yang baik dan juga belajar untuk mengenal kebudayaan negeri Jiran ini.



Selasa, 15 Februari 2011

Bagaimana prinsip learner centered dan apa saja sisi positf dan negatifnya ??

Diposting oleh 10081 Eva Violesia Bangun di 06.49 0 komentar
Learner-centered adalah pembelajaran di mana murid didorong untuk menyusun sendiri pemahamannya, tetapi juga dibantu dengan pertanyaan dan pengarahan dari guru. Metode ini lebih banyak melibatkan peserta didik dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam pembelajaran di kelas, sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan kompetensinya. 
Pembelajaran ini meminimalkan peran guru di kelas, guru lebih memposisikan dirinya sebagai fasilitator pembelajaran yang mengatur sirkulasi dan jalannya pembelajaran dengan terlebih dahulu menyampaikan tujuan dan kompetisi yang akan dicapai dalam suatu pembelajaran.
Instruksi dan perencanaan learner-centered adalah pada siswa, bukan pada guru. Peran guru adalah lebih banyak menberikan arahan dan bimbingan saja.Prinsip pembelajaran ini didukung oleh beberapa faktor, yaitu: 

Faktor kognitif dan metakognitif
1. Sifat proses pembelajaran. Pelajar yang sukses adalah pelajar yang aktif, punya tujuan, dan mampu mengatur diri sendiri, mereka mau bertanggung jawab dan pembelajaran mereka sendiri.
2. Tujuan proses pembelajaran. Murid perlu menciptakan dan mengejar tujuan yang relevan secara personal yang bisa menyukseskan siswa. Tujuan ini berawal dari tujuan jangka pendek.
3. Konstruksi pengetahuan. Pengetahuan akan bertambah luas dan semakin baik jika murid dapat membuat hubungan antara informansi baru dengan pengetahuan dalam pengetahuan mereka yang sudah ada
4. Pemikiran strategis. Pelajar yang sukses dapat menciptakan dan menggunakan berbagai strategi pemikiran dan penalaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
5. Memikirkan tentang pemikiran. Pelajar yang sukses adalah pelajar metakognitif yang merenungkan dan memikirkan cara mereka belajar dan berpikir, menentukan tujuan pembelajaran yang reasonable.
6. Konteks pembelajaran. Pembelajaran tidak terjadi di ruang hampa. Pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan seperti kultur, teknologi, dan praktik instruksional.

Faktor motivasi dan emosional
1. Pengaruh motivasi dan emosi terhadap pembelajaran. Keyakinan dan ekspektasi pelajar dapat memperkuat atau melemahkan kualitas pemikiran dan pemrosesan informasi pelajar.
2. Motivasi intrinsik untuk belajar. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri siswa, seperti rasa ingin tahu yang tinggi terhadap suatu pelajaran. Ini merupakan motivasi intrinsik.
3. Efek motivasi terhadap usaha. Usaha adalah aspek penting dalam motivasi untuk belajar. Pembelajaran yang efektif membutuhkan banyak waktu, energi dan ketekunan.

Faktor sosial dan developmental
1. Pengaruh perkembangan dalam pembelajaran. Siswa akan belajar dengan baik apabila pembelajarannya sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
2. Pengaruh sosial terhadap pembelajaran. Pembelajaran dipengaruhi oleh interaksi sosial, hubungan interpersonal, dan komunikasi dengan orang lain.

Faktor perbedaan individual
1. Perbedaan individual dalam pembelajaran. Anak memiliki strategi yang berbeda, pendekatan berbeda dan kemampuan yang berbeda pula dalam pelajaran.
2. Pembelajaran dan diversitas. Pembelajaran akan lebih efektif jika perbedaan bahasa, budaya, dan latar belakang sosial murid ikut dipertimbangkan
3. Standar dan penilaian. Menentukan standar yang tinggi dan menantang serta menilai kemajuan pembelajaran dan siswa, adalah bagian integral dari proses pembelajaran.
Dalam learner-centered, terdapat beberapa stategi yang dapat diigunakan dalam pembelajaran, yaitu:
a. Problem based learning
Menggunakan kejadian yang terjadi dalam kehidupan murid sehari-hari, kemudian murid membuat kelompok diskusi dan menyelesaikan masalah yang dipilih dan siap dipresentasikan.
b. Essential Question
pertanyaan yang merefleksikan inti dari kurikulum, hal yang paling penting yang harus dieksplorasi dan dipelajari oleh murid. Eksplorasi dari pertanyaan ini membuat mereka berfikir dan meningkatkan rasa ingin tahu. Misalnya Guru dapat memberikan satu pertanyaan kemudian murid diminta bereksplorasi terhadap pertanyaan yang diberikan.
c. Discovery learning
Pembelajaran di mana murid menyusun pemahaman sendiri, murid mencari tahu informasi sendiri dengan kata lain bahwa murid belajar secara mandiri dan Guru tetap mengawasi, terlebih dengan memberikan pertanyaan secara global.
Contoh pendidikan yang berbasis learner-centered adalah pada program KBK yang banyak diterapkan dalam sekolah-sekolah menengah. Dalam sistem KBK ini, murid yang berpartisipasi secara aktif. Salah satu kegiatan yang ada adalah murid menyajikan presentasi di depan kelas (bersama teman dalam kelompok). Setelah presentasi selesai, terkadang diakhiri dengan sesi tanya jawab dan penjelasan singkat dari guru.
Baik disadari maupun tidak oleh masyarakat, suatu jenis pembelajaran disusun dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. peningkatan iman dan takwa serta akhklak mulia
2. peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat.
3. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan
4. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional.
5. Tuntutan dunia kerja.
6. Perkembangan ilmu penetahuan, teknologi, dan seni
7. Dinamika perkembangan globa
8. Kondisi sosial dan budaya masyarakat setempat
9. Kesetaraan gender
10. Karakteristik suatu pendidikan
Suatu jenis pembelajaran pasti memiliki sisi negatif dan sisi positifnya, dalam sistem learner centered ini juga terdapat kekurangan dan kelebihan, yaitu:
sisi positif:
~ murid menjadi lebih kreatif
~ murid menjadi pembelajar yang mandiri
~ menumbuhkan rasa percaya diri dan keaktifan murid
sisi negatif:
~ siswa yang tidak aktif akan menjadi stres karena tidak dapat mengikuti pembelajaran
~ apabila guru tidak dapat memimpin diskusi dengan baik, maka akan mengakibatkan kebingungan pada murid.

 REFERENSI
 Santtrock, John W. 2008, Psikologi Pendidikan Edisi Kedua, Penerbit: Kencana Prenada Media Group: Jakarta

Senin, 14 Februari 2011

Kelompok 14

Diposting oleh 10081 Eva Violesia Bangun di 09.38 0 komentar
Karin Ambarita (10-037)
Yulian Astri (10-071)
Eva Violesia Bangun (10-081)


Bagaimana pandangan dan penilaian kelompok anda sehubungan dengan kewajiban setiap mahasiswa yang mengikuti mata kuliah psikologi pendidikan 3 sks tahun ajaran 2010/2011 harus memiliki email dan blog ditinjau dari uraian psikologi pendidikan dan fenomena pendidikan di Indonesia, Medan khususnya?

Menurut kami,sangat besar sekali manfaat dari adanya email dan blog dalam proses belajar mengajar dalam mata kuliah psikologi pendidikan.Pada awalnya banyak mahasiswa yang tidak tahu bagaimana cara membuat dan menggunakan email dan blog.Namun demi memenuhi mata kuliah psikologi pendidikan ini maka mahasiswa berusaha mencari informasi tersebut dan ini tentu saja semakin menambah pengetahuan.
Kita dapat menggunakan email dan blog ini dimanapun dan kapanpun kita mau.Email dan blog dapat dijadikan sebagai tempat bagi dosen untuk memeriksa dan mengumpulkan tugas mahasiswa.
Dengan adanya email kita dapat saling bertukar informasi satu sama lain,kita bisa mengunduh materi bahan kuliah yang dikirimkan ke email kita masing-masing dan masih banyak lagi.Dengan adanya blog juga sangat bermanfaat dalam pembelajaran.Di dalam blog ini tiap mahasiswa diwajibkan untuk memposting satu pertanyaan dan membahasnya sendiri berdasarkan referensinya masing-masing yang berkaitan dengan materi kuliah sebelum pertemuan dimulai tiap minggunya.Secara tidak langsung mahasiswa dipaksa untuk mempersiapkan diri sebelum kuliah dimulai.Dan ini sangat bermanfaat sekali sehingga sewaktu perkuliahan dimulai mahasiswa dapat berpartisipasi lebih aktif.
Dengan adanya email dan blog yang digunakan sebagai tempat untuk mengerjakan tugas secara tidak langsung pula kita ikut mengambil bagian dalam menjaga alam ini,kita mengurangi penumpukan kertas dan berpartisipasi dalam mencegah global warming yang semakin menjadi-jadi.
Selain itu kita bisa juga menyelesaikan tugas yang diberikan dimanapun dan kapanpun kita mau hanya dengan membawa laptop saja.Memang bagi yang tidak memiliki laptop ataupun komputer pribadi hal ini juga cukup sulit karena mereka harus pergi ke warung internet(warnet) untuk bisa menyelesaikan tugas yang diberikan dan ini tentu tidak menghemat waktu karena kita tahu banyak kendala yang didapatkan di warnet.
Kewajiban memiliki dan menggunakan email dan blog ini mengajak kita untuk mengikuti perkembangan zaman dan teknologi sehingga kita tidak tertinggal jauh dari negara-negara lainnya.Seperti kita ketahui pula dengan adanya blog kita dapat saling berinteraksi dengan sesama mahasiswa ataupun dengan dosennya langsung melalui chat di google talk.Dengan adanya google talk ini kita dapat saling mengenal satu sama lain,saling bertukar informasi,belajar bersama dan tentunya meningkatkan solidaritas. Blog juga memberikan manfaat yang besar untuk bertukar informasi antar dosen dengan mahasiswa tanpa harus langsung bertatap muka di kelas ataupun lingkungan kampus.
Kita tahu bahwa segala sesuatu itu ada dampak positif dan negatifnya.Blog dan email juga bisa berdampak negatif jika kita tidak menggunakannya dengan benar.Terkadang kita sering melalaikan waktu bila sudah berhubungan dengan internet.Mungkin niat awalnya untuk menyelesaikan tugas di blog,namun tergoda untuk melihat yang lainnya seperti berfacebook ria,ber twitter ria melihat video di you tube dan masih banyak lagi dan itu tentu saja menguras waktu lebih dari sekedar hanya menyelesaikan tugas sehingga tugas yang lainnya menjadi terbengkalai.Kadang blog bisa pula digunakan untuk menjatuhkan orang lain,menyebarkan hal-hal yang berbau negatif.Sebaiknya hal seperti ini harus kita hindari karena ini bukan meningkatkan prestasi kita.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pada zaman sekarang ini untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas tidak hanya dibutuhkan pengetahuan saja namun juga orang yang dapat mengikuti perkembangan zaman juga khususnya teknologi.Apalagi persaingan di zaman sekarang ini sangatlah ketat,oleh karena itu kita harus bisa memanfaatkan hal yang positif supaya bermanfaat bagi kita sendiri dan orang lain juga.

Minggu, 06 Februari 2011

Psikologi Pendidikan(Tugas 2)

Diposting oleh 10081 Eva Violesia Bangun di 19.48 0 komentar


Bagaimana hubungan antara teknologi dan pendidikan?

Di zaman globalisasi ini teknologi mempunyai hubungan yang sangat erat dengan pendidikan. Teknologi bisa digunakan oleh semua golongan di dunia pendidikan jika kita mau mempelajari dan mencoba semua jenis teknologi.

 Didalam  dunia  pendidikan  pastinya  kita  membutuhkan informasi dan kita bisa menggunakan internet  untuk mencari informasi itu.Kita bisa mempunyai pengetahuan yang lebih luas dan kita juga bisa memperoleh informasi terbaru jika kita mengakses internet. Kita juga bisa mengirimkan hasil tugas kita kepada guru dengan menggunakan internet serta mendapatkan  kenalan teman dari sekolah lain untuk bertukar informasi cara belajar yang baik dan efisien.Berkembangnya teknologi internet bisa membantu guru mengawasi cara belajar siswa.Selain itu informasi pendidikan bisa disalurkan / diberikan pada siswanya akan tetapi tidak diimbangi dengan kemampuan guru dalam menggunakan internet.
Komputer bisa digunakan oleh kita untuk membuat tugas baik tugas berupa dokumen, tabel, data, mempresentasikan tugas, mendata siswa yang tidak masuk dan lain- lain.Dalam studi National Assessement of Educationtalk Progress(NAEP)(2000) murid di grade empat,delapan,dan dua belas yang menggunakan internet di rumah mendapatkan nilai sains yang lebih tinggi ketimbang mereka yang tidak menggunakan internet.Dari sini dapat dilihat bahwa teknologi sangat berperan besar dalam peningkatan prestasi.
Ada 3 (tiga) perspektif tentang hubungan antara teknologi dengan pendidikan :
  1. Perspektif pertama adalah perspektif yang memandang bahwa teknologi adalah produk pendidikan. Perspektif ini berlaku di negara atau lembaga pendidikan yang budaya research & development-nya sudah sangat bagus. Memandang teknologi sebagai produk pendidikan memiliki dampak positif berupa tidak terikatnya pendidikan terhadap keterbatasan teknologi. Kita sering mendengar banyak yang mengeluh “Sekolah kami tidak memiliki fasilitas untuk itu”. Kalimat seperti ini tidak akan muncul, jika perspektif yang dimiliki adalah perspektif teknologi sebagai produk pendidikan.
  2. Perspektif kedua, adalah perspektif yang menganggap bahwa teknologi adalah akselerator pendidikan. Perspektif ini bisa benar, jika penguasaan tenaga didik terhadap pedagogik dan andragogik-nya juga sudah benar. Bagaimanapun juga, teknologi hanyalah alat bantu pendidikan. Apalagi jika kita berbicara tentang Teknologi Informasi, yang baru akan bisa punya “taring” jika Sistem Manajemen Informasi, termasuk Learning Content Management System (LCMS)-nya benar-benar tertata dengan rapi dan merupakan produk kerjasama antara para ahli pendidikan, ahli Knowledge Management dan para ahli teknologi IT. [Di Indonesia ada kesalahan persepsi, bahwa Teknologi Informasi untuk Pendidikan hanya kerjaan para ahli komputer].
  3. Perspektif Ketiga adalah perspektif yang paling banyak dimiliki oleh kalangan pendidik Indonesia, dan merupakan sebuah salah kaprah akut. Yakni memandang bahwa teknologi adalah Pendidikan. Seakan-akan papan tulis dan metode belajar tradisional tidak punya “tempat” lagi untuk mengembangkan peserta didik yang bermutu. Seakan-akan semuanya harus digantikan dengan komputer dan LCD Proyektor. Seakan-akan Perpustakaan harus dan wajib diganti dengan Internet. Perspektif ini memiliki dampak sangat fatal, yakni hadirnya generasi pendidik yang tidak kreatif, menyerah terhadap keterbatasan yang ada. Milken Exchange on Education Technology, bagian dari Milken Family Foundation, Amerika Serikat, menuliskan bahwa untuk berhasilnya penerapan teknologi pendidikan di sebuah lembaga pendidikan, haruslah mampu menjawab tantangan-tantangan berikut ini :
  • Terpenuhinya standar yang tinggi sesuai dengan era teknologi yang ada saat ini
  • Mengadakan sebuah agenda penelitian nasional untuk mengetahui kejelasan penerapannya
  • Meningkatkan kapasitas sekolah lokal dan daerah untuk mengaplikasikan kondisi lingkungan pembelajaran tertentu (bagi penerapan teknologi yang dimaksud)
  • Mendokumentasikan dan melaporkan setiap hasil penerapannya (dan penelitian) di lapangan
Dituliskan juga disitu peran teknologi dalam pendidikan yakni :
  • Accelerates, Enriches, and Deepens Basic Skills
  • Motivates and Engages Students in Learning
  • Helps related academics to the practices of Today’s Work Force
  • Increases economic viability of tomorrow’s workers
  • Strenghtens Teaching
  • Contributes to change in schools
  • Connects schools to the world


REFERENSI:

Santtrock, John W. 2008, Psikologi Pendidikan Edisi Kedua, Penerbit: Kencana Prenada Media Group: Jakarta