Diposting oleh
10081 Eva Violesia Bangun
di
19.50
Kamis, 21 Juni 2012
Mata
kuliah Paedagogi adalah mata kuliah pilihan yang saya ambil di semester 4 ini. Ibu Filia Dina Anggaraeni selaku dosen pengampu mata
kuliah ini sudah banyak mengajarkan saya mengenai apa itu “Paedagogi”. Dan
tanpa terasa sekarang sudah sampai di akhir semester 4 dimana kami sebagai
peserta didik diminta untuk memberikan evaluasi kinerja mata kuliah paedagogi.
KESAN
Mata kuliah Paedagogi yang dibimbing oleh Ibu Filia Dina Anggaraeni
merupakan mata kuliah yang menarik dan berbeda dari mata kuliah lainnya. Hanya di
mata kuliah ini lah kita bisa menemukan UTS dan UAS online dibandingkan dengan
mata kuliah lainnya yang secara tertulis. Di mata kuliah ini pula kita bisa
menemukan diskusi online, berperan sebagai seorang guru (pendidik) dalam tugas
micro teaching, memanfaatkan blog sebagai tempat mem-post tugas,dll. Dengan
kata lain dalam mata kuliah ini menekankan perkembangan Teknologi Informasi
Komputer (TIK) dan e-learning.
PESAN
Pemanfaatan TIK dan e-learning dalam
mata kuliah ini harus tetap dipertahankan dan dikembangkan karena banyak sekali
manfaat yang bisa didapatkan. Kedisiplinan dan keterlibatan aktif mahasiswa
yang diutamakan oleh dosen pengampu dalam mata kuliah ini juga harus tetap
dipertahankan supaya kelas dapat berjalan dengan efektif.
EVALUASI
Kami sebagai peserta didik seringkali
pasif di kelas, ketika dosen pengampu bertanya, kami sering diam dan tidak
merespon. Hal inilah yang sering menimbulkan kami ditegur oleh dosen pengampu.
Bahkan pernah dosen pengampu meninggalkan kelas dikarenakan kami terlalu
pasif. Buku yang digunakan dalam mata kuliah ini cukup memuaskan dikarenakan
bukunya tipis, tidak terlalu mahal, namun isi bukunya sangat berkualitas bila
dibandingkan dengan buku pada mata kuliah lain yang tebal, berat dan mahal.
SARAN
Bila
ada mata kuliah pengganti sebaiknya disesuaikan dengan jadwal mahasiswa dan
dosen sehingga kedua belah tidak ada yang dirugikan dan dapat menghadiri
perkuliahan.
1. Manfaat bagi kelompok adalah
mendapatkan praktek lapangan sedangkan ada anggota yang tidak ikut dalam
praktek micro teaching, bagaimana kelompok menanggapi hal tersebut?
Jawab:
Manfaat bagi kelompok seperti yang
dipaparkan sebelumnya bukan sekedar manfaat saat melakukan praktek micro
teaching secara langsung, melainkan dalam pelaksanaan perencanaan,
observasi, melakukan micro teaching, dan juga pembuatan laporan. Selain
itu, anggota kelompok yang datang juga ada berbagi pengalaman (sharing)
dengan anggota-anggota kelompok lainnya yang berhalangan hadir. Oleh
karena itu, dapat dikatakan bahwa ini memang benar manfaat bagi semua
anggota kelompok, meskipun ada anggota yang berhalangan untuk hadir.
2. Apakah tidak masalah dalam pelaksanaan microteaching jumlah anak adalah 3 orang sedangkan jumlah pengajar banyak?
Jawab:
Sebenarnya video yang ditampilkan hanyalah
video pertemuan kedua. Kami melakukan pertemuan pertama dan pertemuan
kedua dimana di pertemuan pertama setiap satu peserta didik dibimbing
oleh satu pendidik. Memang di pertemuan kedua kami melakukan seperti
yang didokumentasikan, tetapi hal tersebut menurut kelompok tidak
terlalu ada masalah karena kami dapat mencairkan suasana yang awalnya
cukup kaku menjadi “Fun” bagi peserta didiknya. Selain itu, peserta
didik yang semakin aktif di pertemuan kedua ini membuat kami sangat
senang dan enjoy dalam mengajarkan micro teaching.
RAJA MASPIN
1. Apakah manfaat pelaksanaan micro teaching bisa langsung bermanfaat bagi peserta didik?
Jawab:Mungkin kalau manfaat
langsung kami kurang tahu, tetapi kami berusaha membantu peserta didik
untuk lebih mengetahui, lebih mengenal, dan lebih mengerti bahasa
Inggris atau istilahnya “menanam benih terlebih dahulu”.
OLGA SEPTANIA
1. Bagaimana dengan ongkos seperti yang tertulis dalam slide presentasi?
Jawab:
Mengenai ongkos termasuk dalam perencanaan
kami, tetapi kenyataannya kami tidak menggunakan ongkos sebanyak yang
tertera dalam slide presentasi.
KAK KARTIKA
1. Apa standar kompetensi yang digunakan kelompok dalam pelaksanaan micro teaching?
Jawab:
Agar mereka mampu menggunakan bahasa
Inggris secara lisan dengan baik dan dapat mengucapkan organ-organ tubuh
bagian luar dengan bahasa inggris, terutama organ-organ di bagian
kepala.
LIA
1. Apa tidak berbeda dimana terdapat 3 orang anak dan mereka duduk di kelas yang berbeda-beda?
Jawab:
Dengan rentang usia mereka yang
berbeda-beda, kami berusaha memberikan materi belajar yang memang sesuai
dengan kemampuan mereka. Teori yang menjadi pegangan kami mungkin bisa
menjadi guideline, namun dengan pengalaman yang sudah pernah dialami
oleh beberapa anggota kelompok, kami memutuskan untuk memberikan materi
berupa conversation singkat (perkenalan diri secara singkat) dan
vocabulary yang cukup mudah. Tidak lupa kelompok mengingat usia mereka
yang belum bisa berpikir secara abstrak, maka dalam proses belajar
mengajar mentransformasikan hal abstrak ke hal yang konkrit. Dengan kata
lain, materi yang kami berikan kepada ke-3 peserta didik kami sama dan
bisa dipahami oleh mereka semua, tetapi kami memberikan materi tersebut
dengan improvisasi-improvisasi dalam prosesnya sehingga tidak
menimbulkan kebosanan bagi ke-3 peserta didik tersebut, terutama yang
sudah duduk di kelas V SD.
RIZQA
1. Mengapa dalam pelaksanaan micro
teaching tidak menggunakan anak didik Weilun, Steven, dan Venti di
tempat kursus bila dalam kenyataannya jumlah anak yang tersedia untuk
pelaksanaan micro teaching kurang banyak?
Jawab:
Sebenarnya memang bisa saja namun kami
memiliki kendala yang cukup banyak diantaranya kesulitan meminta izin
pada anak-anak di tempat les sedangkan saat itu mereka sedang menghadapi
ujian semester, makanya tidak dapat menggunakan anak-anak didik Weilun
dan Steven. Kendala berikutnya adalah lokasi les yang cukup jauh dari
kampus ataupun dari rumah masing-masing anggota. Kendala-kendala inilah
yang membuat kami untuk mempertimbangkan menggunakan anak didik Weilun,
Steven, dan Venti dalam praktek micro teaching.
IBU DINA
1. Bagaimana dengan anggota yang tidak terlibat langsung dalam pelaksanaan micro teaching?
Jawab:
Untuk anggota yang tidak terlibat langsung
dalam pelaksanaan micro teaching ada beberapa cara yang kami lakukan
yaitu kami yang terlibat langsung dalam praktek micro teaching
membagikan kepada mereka apa yang telah kami dapatkan selama praktek
micro teaching. Tujuannya adalah supaya mereka bisa ikut merasakan hal
tersebut. Kami juga memberikan tugas tambahan bagi anggota yang tidak
hadir misalnya mengedit, membuat laporan, atau lainnya. Tujuan kami
melakukan hal ini supaya semua anggota ikut berpartisipasi secara aktif
dalam pelaksanaan tugas ini dan tiap anggota mendapatkan bagian yang
sama serta adil.
2. Dalam video terlihat ketiga orang guru
mengajar sambil berdiri pada tiga orang anak didik yang duduk di sofa.
Bagaimana perilaku anak didik dan pendidik bila diobservasi?
Jawab:
Sebenarnya yang terlihat dalam video
adalah pertemuan ke dua kelompok dengan perserta didik. Pertemuan
pertama kelompok dengan peserta didik adalah untuk membentuk rapport dan
mencari tahu kesulitan mereka dalam mata pelajaran yang ada dalam
kurikulum. Di pertemuan pertama posisi antara peserta didik dan pendidik
saling duduk berhadap-hadapan. Satu orang peserta didik dibimbing oleh
satu pendidik. Kami berpendapat bahwa memang di pertemuan kedua seperti
yang terlihat dalam video bahwa antara pendidik dan peserta didik memang
terlihat agak kaku, formal dan posisi pengajar terlalu jauh dengan
peserta didik padahal micro teaching tersebut tidak dilakukan di
institusi formal, melainkan rumah. Akan tetapi, dalam prosesnya kelompok
cukup bisa mencairkan suasana kaku tersebut sehingga di tengah sampai
akhir pelaksanaan micro teaching, peserta didik menjadi sangat aktif.
3. Apa sebenarnya pengertian micro teaching bagi kelompok sendiri?
Jawab:
Pengertian micro teaching sebenarnya masih
dangkal bagi kelompok. Pengertian micro teaching bagi kelompok pada
awalnya hanya sebatas guru mengajar peserta didik dalam posisi dimana
guru berdiri dan peserta didik duduk diam. Akan tetapi, setelah
mendengarkan penjelasan dari Bu Dina, kelompok semakin mengerti apa yang
menjadi esensi dari micro teaching tersebut dan kelompok menyadari
kekurangan kelompok dalam hal seni mengajar yang harusnya merupakan
esensi dari tugas micro teaching kali ini.
Observasi pertama dilakukan pada tanggal 15 April 2012. Kelompok mencoba
sensasi baru dengan mengumpulkan anak – anak berumur sekitar 6 – 10
tahun di rumah terdekat lalu kelompok mengunjungi salah satu rumah murid
untuk melihat dan mencari tahu kesulitan – kesulitan pelajaran yang
mereka hadapi di sekolah. Berdasarkan hasil observasi kelompok
mengetahui bahwa kesulitan pelajaran yang mereka hadapi di sekolah
adalah pelajaran bahasa inggris, matematika dan kewarganegaraan. Dari
ketiga pelajaran tersebut, yang menjadi masalah utama adalah bahasa
Inggris, sedangkan pelajaran lainnya hanya ditemui pada beberapa murid.
Kelompok memutuskan untuk mengajarkan bahasa inggris pada mereka
dikunjungan pertama untuk mengetahui sejauh mana pemahaman mereka
dikarenakan kelompok melihat mereka cukup lemah dalam berbahasa inggris.
Dan kelompok merasa penting bahwa mereka perlu mengetahui lebih baik
dalam berbahasa inggris dengan bahasa inggris yang sudah menjadi bahasa
internasional akan memudahkan mereka dalam proses pembelajaran. Kelompok
melakukan kunjungan kedua pada hari Sabtu, 21 April 2012 dengan tujuan
untuk melihat sejauh mana perkembangan mereka.
PERENCANAAN
Konsep micro teaching
1. Landasan Teori
Mulai abad 21, proses pembelajaran dengan konsep micro teaching sudah
sangat populer di dunia pendidikan, tetapi kebanyakan para pendidik
kurang memahami makna pendidikan. Mereka selama ini hanya sebatas
melakukan tugas mereka sebagai pengajar dan melupakan tugas utama mereka
sebagai pendidik dan pembimbing. Untuk itulah, perlu diluruskan kembali
makna dari proses pendidikan. Oleh karena itu, kami berusaha memahami
konsep micro teaching melalui teori guru yang baik, seni dan ilmu
mengajar serta paedagogi praktis. Seperti yang diketahui, paedagogi
praktis tidak hanya mengetahui apa yang dituliskan di teori tapi dengan
mengaplikasikannya dengan melaksanakan micro teaching ini. Bagi
pendidik, paedagogi praktis tidak hanya berbicara mengenai seni mengajar
melainkan juga mendorong banyak pendidik untuk mendesain ulang
pemahaman akan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan kemajuan
zaman. Pendidik harus mempertimbangkan pemberdayaan siswa sebagai
penyambung generasi masa depan. Dengan adanya pedagogi praktis,maka
konsep pedagogi yang abstrak bisa menjelma menjadi pedagogi yang konkrit
yang artinya tidak hanya sekedar dipahami tetapi juga bagaimana cara
mengaplikasikannya. Bagi peserta didik,mereka menjadi mampu memahami
pedagogi yang konkrit ini dengan bimbingan guru yang baik.
Adapun ciri-ciri guru yang baik itu antara lain:
Memiliki kesadaran akan tujuan
Memiliki harapan akan keberhasilan bagi semua siswa
Mentoleransi ambiguitas
Menunjukkan kemampuan beradaptasi dan berubah untuk memenuhi kebutuhan siswa
Merasa kurang nyaman jika kurang mengetahui
Mencerminkan komitmen pada pekerjaan mereka
Belajar dari berbagai model
Menikmati pekerjaan dan siswa mereka sendiri.
Untuk menjadi guru yang baik maka pendidik seharusnya memilik beberapa kualitas seperti berikut:
Confidence
Patience
True compassion for their students
Understanding
The ability to look at life in a different way and to explain a topic in a different way
Dedication to excellence
Unwavering support
Willingness to help student achieve
Pride in student’s accomplishments
Passion for life
Apabila seorang guru sudah memilik beberapa ciri-ciri di atas,seorang
guru tidak dituntut untuk hanya bisa memiliki pengetahuan teoritis yang
tinggi. Tetapi seorang guru juga harus memiliki seni dalam ilmu
mengajar. Maksudnya pendidik mampu memahamkan teori kepada peserta
didiknya dengan cara yang unik dan menyenangkan. Interaksi yang terjadi
diantara peserta didik dan pendidik tidak monoton. Maksudnya dalam
proses pendidikan tidak hanya berasal dari guru saja tetapi bisa di
dapat dari banyak cara. Dalam proses belajar-mengajar seorang guru tidak
hanya ‘asik’ sendiri dalam proses pembelajaran. Tetapi mengajak
siswanya untuk ikut berpikir.
Selain itu, dalam proses micro teaching seorang guru yang sudah memenuhi
ciri-ciri di atas, maka dalam hal meningkatkan motivasi peserta didik,
pendidik dapat memberikan reward, baik berupa hadiah maupun pujian.
Pendidik senantiasa tersenyum walaupun peserta didik membuat kesalahan
agar mereka tidak merasa diremehkan.
2. Tujuan
Mengenalkan Bahasa Inggris melalui lisan
Mempermudah dalam mempelajari bahasa Inggris
Berusaha meningkatkan motivasi dan semangat belajar
3. Manfaat
Peserta didik
Mampu berbahasa Inggris yang baik dan benar
Mengerti bahwa belajar itu menyenangkan
Lebih termotivasi untuk belajar
Kelompok
Untuk dapat memiliki pengalaman
mengajar langsung dan dapat mempraktekkan apa yang telah kelompok
pelajari selama perkuliahan sehingga kelompok menjadi lebih bisa
mengerti bagaimana menjadi guru yang baik dan bagaimana cara mengontrol
peserta didik yang akan diajari.
4. Lokasi
Jl. Dr. Mansyur, Gang Sipirok No. 8C
5. Waktu
Minggu, 15 April 2012 pukul 15.00 – 18.00
Sabtu, 21 April 2012 pukul 12.05 – 15.00
6. Jadwal Kegiatan
14 April 2012: Perencanaan Konsep Micro Teaching
15 April 2012:
15.00 – 15.20 perkenalan
15.20 – 17.50 micro teaching
17.50 – 18.00 penutupan
21 April 2012:
12.10 – 12.20 perkenalan
12.20 – 14.45 micro teaching
14.45 – 15.00 penutupan
23 April 2012 - 29 April 2012: Pelaporan hasil kegiatan dan mengedit video
30 April 2012: Posting hasil kegiatan, evaluasi, dan video
7. Perlengkapan
Handphone
Kamera
Alat tulis
8. Perincian Biaya
Ongkos : 6000 x 7 = 42.000
Reward : 5000 x 4 = 20.000
Jumlah = Rp 62.000,00
PELAKSANAAN
Pelaksanaan micro teaching kelompok kami sesuai dengan perencanaan yang
telah kami rencanakan. Kami melakukan kegiatan micro teaching di salah
satu rumah di Jalan Dr. Mansyur Gg. Sipirok no.8c dengan mengumpulkan
anak-anak berumur sekitar 6-10 tahun (kelas I, IV, V SD). Kunjungan
pertama kami laksanakan pada hari Minggu,15 April 2012. Setiba di lokasi
kami memulai pembicaraan dengan orangtua murid dan murid untuk
membangun rapport. Setelah rapport mulai terbentuk dan anak sudah mulai
bisa untuk menerima kami, kami pun langsung memulai proses mengajar.
Awalnya kami mengajar murid satu per satu yang terdiri dari Ferdy, Ata,
dan Nila serta membantu mereka memahami dan mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru mereka di sekolah. Keempat orang teman kami
(Weillon, Steven, Eva, dan Fauzi) melihat dan mencari tahu kesulitan
pelajaran yang mereka hadapi di sekolah sambil mengajari mereka. Kami
menemukan bahwa mereka mengalami kesulitan pada pelajaran bahasa
Inggris, Kewarganegaraan, dan Matematika. Akan tetapi, pelajaran yang
paling tersulit untuk mereka bertiga adalah bahasa Inggris. Oleh karena
itu, kelompok langsung mengajarkan bagaimana berbahasa inggris yang baik
kepada mereka. Setelah kunjungan pertama yang kelompok lakukan pada
tanggal 15 April 2012, kami terpikir untuk berkunjung kembali untuk
memastikan apa yang telah kami ajarkan. Jadi sekali lagi tanggal 21
April 2012, kelompok melakukan kunjungan kedua dengan tujuan untuk
melihat perkembangan mereka terhadap pelajaran bahasa Inggris mereka.
Kunjungan kedua kami laksanakan pada hari Sabtu, 21 April 2012. Kami
memulai perjalanan dari kampus ke lokasi pada jam 12 siang dan tiba di
sana sekitar jam 12.10. Setiba di lokasi kami menyapa dengan menyebut
nama mereka dan mereka bersemangat menyambut kedatangan kami dengan
menggunakan bahasa Inggris. Kami merasa senang tentunya, namun kami
tetap membantu mereka meluruskan pronunciation yang masih kurang tepat.
Pada kunjungan kedua ini, kelompok bermaksud untuk melihat perkembangan
berbahasa mereka setelah kunjugan pertama kelompok tentang bagaimana
berbahasa yang baik dan mengajarkan kembali kepada ketiga peserta didik
tersebut (Ferdi, Ata, dan Nila) untuk berbicara dalam Bahasa Inggris
(conversation). Kami mengajarkan mereka tentang bagaimana untuk
memperkenalkan diri dalam bahasa Inggris. Ketiga orang teman kami yaitu
Weillun, Steven, dan Putri membimbing mereka dengan penuh kesabaran.
Dimulai dengan kata “Hi” untuk memperkenalkan diri dan menjelaskan
kepada mereka arti dari kata tersebut. Lalu berlanjut dengan mengucapkan
salam yaitu “Good Afternoon” sambil tetap menjelaskan arti dari kata
tersebut. Lalu berlanjut lagi dengan alamat rumah, nama sekolah, kelas,
cita-cita dan diakhiri dengan sapaan untuk mengakhiri pembicaraan. Dalam
mengajarkan conversation ini, tiap anak mendapatkan kesempatan yang
sama untuk berbicara dan bila mereka berhasil mengucapkannya dengan
benar kami akan bertepuk tangan dan tersenyum manis. Akan tetapi, bagi
yang pengucapannya belum benar, kami tidak menghukum melainkan
mengajarkan kembali kepada mereka bagaimana pengucapan yang benar hingga
akhirnya mereka bisa mengucapkannya dengan benar.
Setelah selesai mengajarkan conversation tentang perkenalan diri, kami
melanjutkan dengan belajar menyebutkan anggota tubuh dalam bahasa
Inggris. Disini kami menunjuk salah satu bagian anggota tubuh dan
mengatakan pada mereka nama anggota tubuh tersebut dalam bahasa Inggris
dan meminta mereka untuk mengulangnya dengan tujuan supaya mereka dapat
lebih mengingat nama tersebut. Misalnya Putri menunjuk hidung dan
mengatakan “nose”, lalu menanyakan kembali kepada adik-adik tersebut
sambil menunjuk hidung “ini apa adik-adik?” Lalu mereka menjawab “nose”
dan begitu seterusnya. Dalam mengajarkan hal ini tentu saja kesabaran
dibutuhkan karena kemampuan kognitif setiap orang berbeda-beda.
Disamping itu untuk menghindari kebosanan selama proses micro teaching
ini, kami mengadakan kuis kecil-kecilan yang memberikan reward bagi yang
berhasil menjawab apa yang ditanyakan. Namun ketika mereka tidak
berhasil menjawab dengan benar, mereka tetap diberi hadiah sambil
diberitahukan jawaban yang benar. Di akhir sesi, senyuman terpancar
dalam wajah mereka dan mereka berterima kasih kepada kami.
Kelompok merasa apa yang telah kami terapkan memang terbukti sesuai
dengan teori, murid senang dengan guru yang bisa mengingat namanya,
murid senang dengan guru yang murah senyum, baik, sabar dan tidak mudah
marah dan membentak. Kunjugan kedua ini memberikan hasil yang cukup
memuaskan, ketiga peserta didik bisa berbahasa Inggris dengan
pronunciation yang baik. Oleh karena itu, bisa dilihat bahwa selama
proses kegiatan micro teaching ini kami sebagai guru yang baik memiliki
beberapa kualitas yaitu percaya diri yang ditunjukkan selama proses
pengajaran, kesabaran, pemahaman, mendukung mereka sepenuhnya, dan
memiliki kemauan untuk membantu mereka mencapai keberhasilan.
LAPORAN KEGIATAN
Dari mulai perencanaan dengan berdiskusi tentang konsep micro teaching
kelompok, subjek yang menjadi target, dan landasan teori yang menjadi
bukti empirik, hingga pada pelaksanaan yang cukup memuaskan menurut
kelompok. Menurut kelompok, tanpa perencanaan yang matang serta anggota
kelompok yang berkomitmen untuk menyelesaikannya, kelompok merasa ini
pasti tidak akan selesai sesuai perencanaan yang sudah meliputi konsep,
landasan teori, dan subjek paedagogi apabila ada satu saja kelompok yang
tidak bertanggung jawab dan berkomitmen.
Dalam proses pelaksanaan, yang dimulai dari tahap observasi (perkenalan
diri dengan subjek paedagogi kelompok) kelompok memulainya dengan
“senyuman” dan “friendly approach” serta sering menyebutkan nama mereka
saat proses micro teaching berlangsung dengan harapan bisa menimbulkan
interaksi antara peserta didik dan pendidik. Obrolan singkat dengan
peserta didik membuat kami mengetahui apa yang mereka butuhkan sehingga
kelompok memutuskan untuk menyusun strategi apa yang sesuai dengan
peserta didik demikian. Kelompok menggunakan konsep guru yang baik
dimana sudah kelompok cantumkan dalam landasan teori. Sesuai dengan
landasan teori kelompok sehingga kelompok mengaplikasikannya ke dalam
micro teaching kali ini.
Beberapa dari ciri-ciri guru yang baik, yang sudah berhasil kelompok terapkan dalam kegiatan micro teaching ini, yaitu:
1. Memiliki kesadaran akan tujuan
Dalam kegiatan micro teaching ini kelompok sadar akan tujuan yang
dimiliki. Tujuannya adalah dapat menambah pengetahuan mereka mengenai
bahasa Inggris dan memudahkan mereka mempelajari bahasa Inggris sehingga
dapat bermanfaat untuk ke depannya.
2. Memiliki harapan akan keberhasilan bagi semua siswa
Seperti yang kita ketahui bahwa bahasa Inggris sudah menjadi bahasa
Internasional, maka kami sangat berharap dengan pelajaran yang kami
ajarkan ini dapat bermanfaat untuk keberhasilan mereka dalam mencapai
cita-cita.
3. Mencerminkan komitmen pada pekerjaan mereka
Kelompok berkomitmen untuk mengajar dengan baik dan mengeluarkan
kemampuan sepenuhnya untuk mengajar mereka sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki semksimal dan seoptimal mungkin.
4. Menikmati pekerjaan dan siswa
Kelompok sangat enjoy dalam membawakan materi bahasa Inggris kepada
mereka. Kelompok menikmati proses dan juga interaksi yang terjadi
diantara pendidik dengan mereka semua. Walaupun cukup susah dalam
mengajarkan materi tersebut kepada mereka, tapi pendidik terus berusaha
untuk memahamkan materi tersebut kepada mereka. Hal tersebut karena
pendidik sangat menikmati tugas mengajar tersebut dan tidak lupa
dicerminkan dalam bentuk perilaku sehingga mereka merasakan kesungguhan
pendidik dalam proses belajar mengajar.
Hasil Pelaksanaan
Hasilnya adalah ketika diuji pada saat setelah pendidik selesai
menjalankan tugasnya, dibentuklah sebuah kuis untuk menguji mereka
dengan cara yang menyenangkan dan asik, yaitu dengan memberikan reward
bagi yang berhasil maupun yang tidak berhasil menjawabnya dimana yang
berhasil mendapat lebih banyak daripada yang tidak berhasil.
Namun yang menjadi pusat perhatian kelompok, bukanlah seberapa banyak
hadiah yang dapat mereka terima, tetapi proses belajar mengajar yang
efektif dan menyenangkan bagi mereka sehingga memahami materi yang
pendidik sampaikan dengan perasaan senang. Dan alhasil, pendidik
berhasil membuat suasana belajar yang menyenangkan, mereka tidak hanya
mampu menjawab dengan berani, tetapi terlihat senyuman rasa senang dan
percaya diri yang tersirat dalam wajah dan mata mereka dimana pada
awalnya kelompok tidak melihatnya. Ternyata bila mengerjakan sesuatu
dengan sungguh-sungguh, orang lain yang menjadi objek perilaku dapat
merasakan pengaruhnya.
Pendidik dalam kelompok kami yang dengan sabar mengajarkan materi pada
mereka, menetapkan tujuan dari awal sebelum memberikan materi untuk
dipelajari pendidik, selalu memberikan harapan pada peserta didiknya,
berusaha meningkatkan motivasi, tidak merendahkan kemampuan mereka,
berusaha mengerti apa yang sebenarnya yang diinginkan dan dibutuhkan
oleh peserta didik. Di usia mereka yang tergolong “children” dimana anak
– anak pada usia ini sudah bisa mengerjakan sesuatu dengan kemampuan
sendiri, dalam hal ini melihat apakah mereka bisa mengembangkan sifat
“autonomy” ataukah “shame and doubt”. Pendidik melihat apapun yang dapat
diselesaikan peserta didik selalu dihargai dengan benar dan tepat. Jadi
jika mereka memang “benar” maka mendapat pujian yang pantas, namun jika
mereka “salah” atau “kurang tepat” mereka tidak dibentak atau dikatain,
tetapi tetap mendapat pujian bahwa mereka hampir benar tinggal sedikit
lagi. Dengan melakukan ini, kelompok berharap bisa mengembangkan sifat
“autonomy” dalam diri daripada “shame and doubt”. Tidak lupa seiring
dengan keberhasilan ataupun ketidakberhasilan mereka, pendidik tetap
memberikan yang terbaik buat peserta didiknya.
Dengan menerapkan itu semua, kelompok bisa membangkitkan semangat
belajar mereka dimana terbukti dalam kunjungan kedua kelompok, peserta
didiknya menjadi sedikit rajin dan mulai terlihat percaya diri mulai
menunjukkan rasa ingin tahu mereka dimana pada saat kunjungan pertama
mereka tidak memberikan pertanyaan sebelum ditanyaain. Ada perbedaan
kunjungan pertama dengan kunjungan kedua walupun tidak terlalu
signifikan, tetapi tetap terjadi perubahan, dan tentunya ke arah yang
lebih baik, kelompok berharap pendidik pada abad 21 ini lebih
memerhatikan apa yang diinginkan dan dibutuhkan peserta didik, selalu
melihat sudut pandang peserta didiknya dan selalu memberikan dukungan
untuk peserta didiknya untuk berkembang sesuai dengan potensi atau bakat
yang dimiliknya dengan tidak menjatuhkan peserta didiknya. “Children”
bisa melihat “kesungguhan” kita walaupun usiannya yang masih muda. Oleh
karena itu, bersungguh-sungguhlah dalam memberikan didikan kepada
peserta didik agar mereka tahu bahwa kita memberikan yang terbaik untuk
diri mereka, karena memang seperti beginilah seharusnya tugas dan
tanggung jawab seorang pendidik.
Evaluasi
Pada saat perencanaan, kami sekelompok merasa seperti dikejar deadline
karena belum mempersiapkan konsep sama sekali sampai pada tanggal 14
April 2012 sehingga perencanaan kurang matang dan kelompok kurang siap
dalam memulai micro teaching di pertemuan pertama. Akibat perencanaan
yang kurang matang tersebut, kami agak kewalahan ketika melakukan micro
teaching di pertemuan pertama, seperti tidak mempersiapkan reward dan
lain-lain. Di pertemuan kedua, kami juga mengalami sedikit kendala,
dimana awalnya kelompok merencanakan mengajari 4 orang anak, namun
ternyata yang bersedia mengikuti hanya 3 orang. Ditambah lagi, salah
satu dari peserta didik kelompok masih terlalu muda untuk mengikuti
materi yang sudah dipersiapkan oleh kelompok, sehingga kelompok harus
berimprovisasi dalam memberikan materi. Ternyata improvisasi kami
membuahkan hasil, anak-anak tambah semangat dan termotivasi dalam
belajar bahasa Inggris. Awalnya kami berpikir bahwa anak-anak yang
menjadi subjek kelompok sedikit lemah, namun ternyata mereka lumayan
cepat tangkap. Hal tersebut memungkinkan bagi mereka untuk bisa
berbahasa dengan baik dan benar. Ditambah lagi, mereka sangat patuh,
aktif dan kooperatif sehingga kendala mengenai subjek kelompok dapat
teratasi dengan baik.
Selain mengenai peserta didik, kendala yang dihadapi kelompok juga
berupa peralatan yang digunakan dan masalah yang berasal dari anggota
kelompok sendiri. Anggota kelompok yang sangat sibuk dengan urusan
masing-masing membuat beberapa anggota kelompok tidak bisa hadir dalam
micro teaching tersebut, sehingga kami harus memberikan tugas yang lebih
banyak pada anggota yang hadir. Kamera yang digunakan juga tidak
berkualitas bagus, sehingga dokumentasi audio visual yang kita dapatkan
tidak terlalu sempurna dan hal ini mengakibatkan video editan kami tidak
terlalu bagus.
Harapan kelompok
Harapan kelompok adalah bahwa pendidik pada abad 21 ini lebih
memerhatikan apa yang diinginkandan dibutuhkan peserta didik, selalu
melihat sudut pandang peserta didiknya dan selalu memberikan dukungan
untuk peserta didiknya untuk berkembang sesuai dengan potensi atau bakat
yang dimiliknya dengan tidak menjatuhkan peserta didiknya. “Children”
bisa melihat “kesungguhan” kita walaupun usiannya yang masih muda. Oleh
karena itu, bersungguh-sungguhlah dalam memberikan didikan kepada
peserta didik agar mereka tahu bahwa kita memberikan yang terbaik untuk
diri mereka, karena memang seperti beginilah seharusnya tugas dan
tanggung jawab seorang pendidik.
DOKUMENTASI AUDIO VISUAL
TESTIMONI
Pelaksanaan
micro teaching ini sangat menyenangkan bagi saya. Banyak yang saya
pelajari di sini, salah satunya adalah dilatih kesabaran dan komitmen
untuk mengajar serta harus menguasai bahan pelajaran yang ingin
diajarkan kepada peserta didik. Dalam perencanaan hingga pelaksanaan
kami tentu saja menemukan kesulitan. Dimulai dari sulitnya mengatur
waktu untuk berdiskusi, ada anggota yang tidak bisa hadir, sulit
memunculkan ide, sulit untuk mengumpulkan peserta didik, dll. Akan
tetapi kami semua tetap berkomitmen untuk dapat menyelesaikan tugas ini
dengan baik. Terbukti perencanaan yang telah kami susun sebelumnya
terlaksana dengan maksimal. Saya juga pada awal pelaksanaan micro
teaching agak gugup, karena ini pertama kalinya saya mengajar anak SD,
saya takut tidak bisa mengajar mereka dengan baik. Jika dikaitkan dengan
teori, mungkin menurut saya teori yang sesuai adalah teori belajar.
Dengan pemberian stimulus kepada peserta didik seperti mengajar dengan
penuh semangat dan hangat maka akan memberikan respon yang positif pula
dari mereka yaitu mereka juga semakin tertarik untuk mendengarkan dan
memahami apa yang disampaikan. Pemberian reward dari kami untuk peserta
didik yang berhasil menjawab pertanyaan yang kami berikan juga
meningkatkan motivasi mereka dalam belajar. Jadi, secara keseluruhan pelaksanaan micro teaching ini memberikan pengalaman tersendiri bagi saya.
Mata
kuliah Paedagogi adalah mata kuliah pilihan yang saya ambil di semester 4 ini. Ibu Filia Dina Anggaraeni selaku dosen pengampu mata
kuliah ini sudah banyak mengajarkan saya mengenai apa itu “Paedagogi”. Dan
tanpa terasa sekarang sudah sampai di akhir semester 4 dimana kami sebagai
peserta didik diminta untuk memberikan evaluasi kinerja mata kuliah paedagogi.
KESAN
Mata kuliah Paedagogi yang dibimbing oleh Ibu Filia Dina Anggaraeni
merupakan mata kuliah yang menarik dan berbeda dari mata kuliah lainnya. Hanya di
mata kuliah ini lah kita bisa menemukan UTS dan UAS online dibandingkan dengan
mata kuliah lainnya yang secara tertulis. Di mata kuliah ini pula kita bisa
menemukan diskusi online, berperan sebagai seorang guru (pendidik) dalam tugas
micro teaching, memanfaatkan blog sebagai tempat mem-post tugas,dll. Dengan
kata lain dalam mata kuliah ini menekankan perkembangan Teknologi Informasi
Komputer (TIK) dan e-learning.
PESAN
Pemanfaatan TIK dan e-learning dalam
mata kuliah ini harus tetap dipertahankan dan dikembangkan karena banyak sekali
manfaat yang bisa didapatkan. Kedisiplinan dan keterlibatan aktif mahasiswa
yang diutamakan oleh dosen pengampu dalam mata kuliah ini juga harus tetap
dipertahankan supaya kelas dapat berjalan dengan efektif.
EVALUASI
Kami sebagai peserta didik seringkali
pasif di kelas, ketika dosen pengampu bertanya, kami sering diam dan tidak
merespon. Hal inilah yang sering menimbulkan kami ditegur oleh dosen pengampu.
Bahkan pernah dosen pengampu meninggalkan kelas dikarenakan kami terlalu
pasif. Buku yang digunakan dalam mata kuliah ini cukup memuaskan dikarenakan
bukunya tipis, tidak terlalu mahal, namun isi bukunya sangat berkualitas bila
dibandingkan dengan buku pada mata kuliah lain yang tebal, berat dan mahal.
SARAN
Bila
ada mata kuliah pengganti sebaiknya disesuaikan dengan jadwal mahasiswa dan
dosen sehingga kedua belah tidak ada yang dirugikan dan dapat menghadiri
perkuliahan.
1. Manfaat bagi kelompok adalah
mendapatkan praktek lapangan sedangkan ada anggota yang tidak ikut dalam
praktek micro teaching, bagaimana kelompok menanggapi hal tersebut?
Jawab:
Manfaat bagi kelompok seperti yang
dipaparkan sebelumnya bukan sekedar manfaat saat melakukan praktek micro
teaching secara langsung, melainkan dalam pelaksanaan perencanaan,
observasi, melakukan micro teaching, dan juga pembuatan laporan. Selain
itu, anggota kelompok yang datang juga ada berbagi pengalaman (sharing)
dengan anggota-anggota kelompok lainnya yang berhalangan hadir. Oleh
karena itu, dapat dikatakan bahwa ini memang benar manfaat bagi semua
anggota kelompok, meskipun ada anggota yang berhalangan untuk hadir.
2. Apakah tidak masalah dalam pelaksanaan microteaching jumlah anak adalah 3 orang sedangkan jumlah pengajar banyak?
Jawab:
Sebenarnya video yang ditampilkan hanyalah
video pertemuan kedua. Kami melakukan pertemuan pertama dan pertemuan
kedua dimana di pertemuan pertama setiap satu peserta didik dibimbing
oleh satu pendidik. Memang di pertemuan kedua kami melakukan seperti
yang didokumentasikan, tetapi hal tersebut menurut kelompok tidak
terlalu ada masalah karena kami dapat mencairkan suasana yang awalnya
cukup kaku menjadi “Fun” bagi peserta didiknya. Selain itu, peserta
didik yang semakin aktif di pertemuan kedua ini membuat kami sangat
senang dan enjoy dalam mengajarkan micro teaching.
RAJA MASPIN
1. Apakah manfaat pelaksanaan micro teaching bisa langsung bermanfaat bagi peserta didik?
Jawab:Mungkin kalau manfaat
langsung kami kurang tahu, tetapi kami berusaha membantu peserta didik
untuk lebih mengetahui, lebih mengenal, dan lebih mengerti bahasa
Inggris atau istilahnya “menanam benih terlebih dahulu”.
OLGA SEPTANIA
1. Bagaimana dengan ongkos seperti yang tertulis dalam slide presentasi?
Jawab:
Mengenai ongkos termasuk dalam perencanaan
kami, tetapi kenyataannya kami tidak menggunakan ongkos sebanyak yang
tertera dalam slide presentasi.
KAK KARTIKA
1. Apa standar kompetensi yang digunakan kelompok dalam pelaksanaan micro teaching?
Jawab:
Agar mereka mampu menggunakan bahasa
Inggris secara lisan dengan baik dan dapat mengucapkan organ-organ tubuh
bagian luar dengan bahasa inggris, terutama organ-organ di bagian
kepala.
LIA
1. Apa tidak berbeda dimana terdapat 3 orang anak dan mereka duduk di kelas yang berbeda-beda?
Jawab:
Dengan rentang usia mereka yang
berbeda-beda, kami berusaha memberikan materi belajar yang memang sesuai
dengan kemampuan mereka. Teori yang menjadi pegangan kami mungkin bisa
menjadi guideline, namun dengan pengalaman yang sudah pernah dialami
oleh beberapa anggota kelompok, kami memutuskan untuk memberikan materi
berupa conversation singkat (perkenalan diri secara singkat) dan
vocabulary yang cukup mudah. Tidak lupa kelompok mengingat usia mereka
yang belum bisa berpikir secara abstrak, maka dalam proses belajar
mengajar mentransformasikan hal abstrak ke hal yang konkrit. Dengan kata
lain, materi yang kami berikan kepada ke-3 peserta didik kami sama dan
bisa dipahami oleh mereka semua, tetapi kami memberikan materi tersebut
dengan improvisasi-improvisasi dalam prosesnya sehingga tidak
menimbulkan kebosanan bagi ke-3 peserta didik tersebut, terutama yang
sudah duduk di kelas V SD.
RIZQA
1. Mengapa dalam pelaksanaan micro
teaching tidak menggunakan anak didik Weilun, Steven, dan Venti di
tempat kursus bila dalam kenyataannya jumlah anak yang tersedia untuk
pelaksanaan micro teaching kurang banyak?
Jawab:
Sebenarnya memang bisa saja namun kami
memiliki kendala yang cukup banyak diantaranya kesulitan meminta izin
pada anak-anak di tempat les sedangkan saat itu mereka sedang menghadapi
ujian semester, makanya tidak dapat menggunakan anak-anak didik Weilun
dan Steven. Kendala berikutnya adalah lokasi les yang cukup jauh dari
kampus ataupun dari rumah masing-masing anggota. Kendala-kendala inilah
yang membuat kami untuk mempertimbangkan menggunakan anak didik Weilun,
Steven, dan Venti dalam praktek micro teaching.
IBU DINA
1. Bagaimana dengan anggota yang tidak terlibat langsung dalam pelaksanaan micro teaching?
Jawab:
Untuk anggota yang tidak terlibat langsung
dalam pelaksanaan micro teaching ada beberapa cara yang kami lakukan
yaitu kami yang terlibat langsung dalam praktek micro teaching
membagikan kepada mereka apa yang telah kami dapatkan selama praktek
micro teaching. Tujuannya adalah supaya mereka bisa ikut merasakan hal
tersebut. Kami juga memberikan tugas tambahan bagi anggota yang tidak
hadir misalnya mengedit, membuat laporan, atau lainnya. Tujuan kami
melakukan hal ini supaya semua anggota ikut berpartisipasi secara aktif
dalam pelaksanaan tugas ini dan tiap anggota mendapatkan bagian yang
sama serta adil.
2. Dalam video terlihat ketiga orang guru
mengajar sambil berdiri pada tiga orang anak didik yang duduk di sofa.
Bagaimana perilaku anak didik dan pendidik bila diobservasi?
Jawab:
Sebenarnya yang terlihat dalam video
adalah pertemuan ke dua kelompok dengan perserta didik. Pertemuan
pertama kelompok dengan peserta didik adalah untuk membentuk rapport dan
mencari tahu kesulitan mereka dalam mata pelajaran yang ada dalam
kurikulum. Di pertemuan pertama posisi antara peserta didik dan pendidik
saling duduk berhadap-hadapan. Satu orang peserta didik dibimbing oleh
satu pendidik. Kami berpendapat bahwa memang di pertemuan kedua seperti
yang terlihat dalam video bahwa antara pendidik dan peserta didik memang
terlihat agak kaku, formal dan posisi pengajar terlalu jauh dengan
peserta didik padahal micro teaching tersebut tidak dilakukan di
institusi formal, melainkan rumah. Akan tetapi, dalam prosesnya kelompok
cukup bisa mencairkan suasana kaku tersebut sehingga di tengah sampai
akhir pelaksanaan micro teaching, peserta didik menjadi sangat aktif.
3. Apa sebenarnya pengertian micro teaching bagi kelompok sendiri?
Jawab:
Pengertian micro teaching sebenarnya masih
dangkal bagi kelompok. Pengertian micro teaching bagi kelompok pada
awalnya hanya sebatas guru mengajar peserta didik dalam posisi dimana
guru berdiri dan peserta didik duduk diam. Akan tetapi, setelah
mendengarkan penjelasan dari Bu Dina, kelompok semakin mengerti apa yang
menjadi esensi dari micro teaching tersebut dan kelompok menyadari
kekurangan kelompok dalam hal seni mengajar yang harusnya merupakan
esensi dari tugas micro teaching kali ini.
Observasi pertama dilakukan pada tanggal 15 April 2012. Kelompok mencoba
sensasi baru dengan mengumpulkan anak – anak berumur sekitar 6 – 10
tahun di rumah terdekat lalu kelompok mengunjungi salah satu rumah murid
untuk melihat dan mencari tahu kesulitan – kesulitan pelajaran yang
mereka hadapi di sekolah. Berdasarkan hasil observasi kelompok
mengetahui bahwa kesulitan pelajaran yang mereka hadapi di sekolah
adalah pelajaran bahasa inggris, matematika dan kewarganegaraan. Dari
ketiga pelajaran tersebut, yang menjadi masalah utama adalah bahasa
Inggris, sedangkan pelajaran lainnya hanya ditemui pada beberapa murid.
Kelompok memutuskan untuk mengajarkan bahasa inggris pada mereka
dikunjungan pertama untuk mengetahui sejauh mana pemahaman mereka
dikarenakan kelompok melihat mereka cukup lemah dalam berbahasa inggris.
Dan kelompok merasa penting bahwa mereka perlu mengetahui lebih baik
dalam berbahasa inggris dengan bahasa inggris yang sudah menjadi bahasa
internasional akan memudahkan mereka dalam proses pembelajaran. Kelompok
melakukan kunjungan kedua pada hari Sabtu, 21 April 2012 dengan tujuan
untuk melihat sejauh mana perkembangan mereka.
PERENCANAAN
Konsep micro teaching
1. Landasan Teori
Mulai abad 21, proses pembelajaran dengan konsep micro teaching sudah
sangat populer di dunia pendidikan, tetapi kebanyakan para pendidik
kurang memahami makna pendidikan. Mereka selama ini hanya sebatas
melakukan tugas mereka sebagai pengajar dan melupakan tugas utama mereka
sebagai pendidik dan pembimbing. Untuk itulah, perlu diluruskan kembali
makna dari proses pendidikan. Oleh karena itu, kami berusaha memahami
konsep micro teaching melalui teori guru yang baik, seni dan ilmu
mengajar serta paedagogi praktis. Seperti yang diketahui, paedagogi
praktis tidak hanya mengetahui apa yang dituliskan di teori tapi dengan
mengaplikasikannya dengan melaksanakan micro teaching ini. Bagi
pendidik, paedagogi praktis tidak hanya berbicara mengenai seni mengajar
melainkan juga mendorong banyak pendidik untuk mendesain ulang
pemahaman akan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan kemajuan
zaman. Pendidik harus mempertimbangkan pemberdayaan siswa sebagai
penyambung generasi masa depan. Dengan adanya pedagogi praktis,maka
konsep pedagogi yang abstrak bisa menjelma menjadi pedagogi yang konkrit
yang artinya tidak hanya sekedar dipahami tetapi juga bagaimana cara
mengaplikasikannya. Bagi peserta didik,mereka menjadi mampu memahami
pedagogi yang konkrit ini dengan bimbingan guru yang baik.
Adapun ciri-ciri guru yang baik itu antara lain:
Memiliki kesadaran akan tujuan
Memiliki harapan akan keberhasilan bagi semua siswa
Mentoleransi ambiguitas
Menunjukkan kemampuan beradaptasi dan berubah untuk memenuhi kebutuhan siswa
Merasa kurang nyaman jika kurang mengetahui
Mencerminkan komitmen pada pekerjaan mereka
Belajar dari berbagai model
Menikmati pekerjaan dan siswa mereka sendiri.
Untuk menjadi guru yang baik maka pendidik seharusnya memilik beberapa kualitas seperti berikut:
Confidence
Patience
True compassion for their students
Understanding
The ability to look at life in a different way and to explain a topic in a different way
Dedication to excellence
Unwavering support
Willingness to help student achieve
Pride in student’s accomplishments
Passion for life
Apabila seorang guru sudah memilik beberapa ciri-ciri di atas,seorang
guru tidak dituntut untuk hanya bisa memiliki pengetahuan teoritis yang
tinggi. Tetapi seorang guru juga harus memiliki seni dalam ilmu
mengajar. Maksudnya pendidik mampu memahamkan teori kepada peserta
didiknya dengan cara yang unik dan menyenangkan. Interaksi yang terjadi
diantara peserta didik dan pendidik tidak monoton. Maksudnya dalam
proses pendidikan tidak hanya berasal dari guru saja tetapi bisa di
dapat dari banyak cara. Dalam proses belajar-mengajar seorang guru tidak
hanya ‘asik’ sendiri dalam proses pembelajaran. Tetapi mengajak
siswanya untuk ikut berpikir.
Selain itu, dalam proses micro teaching seorang guru yang sudah memenuhi
ciri-ciri di atas, maka dalam hal meningkatkan motivasi peserta didik,
pendidik dapat memberikan reward, baik berupa hadiah maupun pujian.
Pendidik senantiasa tersenyum walaupun peserta didik membuat kesalahan
agar mereka tidak merasa diremehkan.
2. Tujuan
Mengenalkan Bahasa Inggris melalui lisan
Mempermudah dalam mempelajari bahasa Inggris
Berusaha meningkatkan motivasi dan semangat belajar
3. Manfaat
Peserta didik
Mampu berbahasa Inggris yang baik dan benar
Mengerti bahwa belajar itu menyenangkan
Lebih termotivasi untuk belajar
Kelompok
Untuk dapat memiliki pengalaman
mengajar langsung dan dapat mempraktekkan apa yang telah kelompok
pelajari selama perkuliahan sehingga kelompok menjadi lebih bisa
mengerti bagaimana menjadi guru yang baik dan bagaimana cara mengontrol
peserta didik yang akan diajari.
4. Lokasi
Jl. Dr. Mansyur, Gang Sipirok No. 8C
5. Waktu
Minggu, 15 April 2012 pukul 15.00 – 18.00
Sabtu, 21 April 2012 pukul 12.05 – 15.00
6. Jadwal Kegiatan
14 April 2012: Perencanaan Konsep Micro Teaching
15 April 2012:
15.00 – 15.20 perkenalan
15.20 – 17.50 micro teaching
17.50 – 18.00 penutupan
21 April 2012:
12.10 – 12.20 perkenalan
12.20 – 14.45 micro teaching
14.45 – 15.00 penutupan
23 April 2012 - 29 April 2012: Pelaporan hasil kegiatan dan mengedit video
30 April 2012: Posting hasil kegiatan, evaluasi, dan video
7. Perlengkapan
Handphone
Kamera
Alat tulis
8. Perincian Biaya
Ongkos : 6000 x 7 = 42.000
Reward : 5000 x 4 = 20.000
Jumlah = Rp 62.000,00
PELAKSANAAN
Pelaksanaan micro teaching kelompok kami sesuai dengan perencanaan yang
telah kami rencanakan. Kami melakukan kegiatan micro teaching di salah
satu rumah di Jalan Dr. Mansyur Gg. Sipirok no.8c dengan mengumpulkan
anak-anak berumur sekitar 6-10 tahun (kelas I, IV, V SD). Kunjungan
pertama kami laksanakan pada hari Minggu,15 April 2012. Setiba di lokasi
kami memulai pembicaraan dengan orangtua murid dan murid untuk
membangun rapport. Setelah rapport mulai terbentuk dan anak sudah mulai
bisa untuk menerima kami, kami pun langsung memulai proses mengajar.
Awalnya kami mengajar murid satu per satu yang terdiri dari Ferdy, Ata,
dan Nila serta membantu mereka memahami dan mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru mereka di sekolah. Keempat orang teman kami
(Weillon, Steven, Eva, dan Fauzi) melihat dan mencari tahu kesulitan
pelajaran yang mereka hadapi di sekolah sambil mengajari mereka. Kami
menemukan bahwa mereka mengalami kesulitan pada pelajaran bahasa
Inggris, Kewarganegaraan, dan Matematika. Akan tetapi, pelajaran yang
paling tersulit untuk mereka bertiga adalah bahasa Inggris. Oleh karena
itu, kelompok langsung mengajarkan bagaimana berbahasa inggris yang baik
kepada mereka. Setelah kunjungan pertama yang kelompok lakukan pada
tanggal 15 April 2012, kami terpikir untuk berkunjung kembali untuk
memastikan apa yang telah kami ajarkan. Jadi sekali lagi tanggal 21
April 2012, kelompok melakukan kunjungan kedua dengan tujuan untuk
melihat perkembangan mereka terhadap pelajaran bahasa Inggris mereka.
Kunjungan kedua kami laksanakan pada hari Sabtu, 21 April 2012. Kami
memulai perjalanan dari kampus ke lokasi pada jam 12 siang dan tiba di
sana sekitar jam 12.10. Setiba di lokasi kami menyapa dengan menyebut
nama mereka dan mereka bersemangat menyambut kedatangan kami dengan
menggunakan bahasa Inggris. Kami merasa senang tentunya, namun kami
tetap membantu mereka meluruskan pronunciation yang masih kurang tepat.
Pada kunjungan kedua ini, kelompok bermaksud untuk melihat perkembangan
berbahasa mereka setelah kunjugan pertama kelompok tentang bagaimana
berbahasa yang baik dan mengajarkan kembali kepada ketiga peserta didik
tersebut (Ferdi, Ata, dan Nila) untuk berbicara dalam Bahasa Inggris
(conversation). Kami mengajarkan mereka tentang bagaimana untuk
memperkenalkan diri dalam bahasa Inggris. Ketiga orang teman kami yaitu
Weillun, Steven, dan Putri membimbing mereka dengan penuh kesabaran.
Dimulai dengan kata “Hi” untuk memperkenalkan diri dan menjelaskan
kepada mereka arti dari kata tersebut. Lalu berlanjut dengan mengucapkan
salam yaitu “Good Afternoon” sambil tetap menjelaskan arti dari kata
tersebut. Lalu berlanjut lagi dengan alamat rumah, nama sekolah, kelas,
cita-cita dan diakhiri dengan sapaan untuk mengakhiri pembicaraan. Dalam
mengajarkan conversation ini, tiap anak mendapatkan kesempatan yang
sama untuk berbicara dan bila mereka berhasil mengucapkannya dengan
benar kami akan bertepuk tangan dan tersenyum manis. Akan tetapi, bagi
yang pengucapannya belum benar, kami tidak menghukum melainkan
mengajarkan kembali kepada mereka bagaimana pengucapan yang benar hingga
akhirnya mereka bisa mengucapkannya dengan benar.
Setelah selesai mengajarkan conversation tentang perkenalan diri, kami
melanjutkan dengan belajar menyebutkan anggota tubuh dalam bahasa
Inggris. Disini kami menunjuk salah satu bagian anggota tubuh dan
mengatakan pada mereka nama anggota tubuh tersebut dalam bahasa Inggris
dan meminta mereka untuk mengulangnya dengan tujuan supaya mereka dapat
lebih mengingat nama tersebut. Misalnya Putri menunjuk hidung dan
mengatakan “nose”, lalu menanyakan kembali kepada adik-adik tersebut
sambil menunjuk hidung “ini apa adik-adik?” Lalu mereka menjawab “nose”
dan begitu seterusnya. Dalam mengajarkan hal ini tentu saja kesabaran
dibutuhkan karena kemampuan kognitif setiap orang berbeda-beda.
Disamping itu untuk menghindari kebosanan selama proses micro teaching
ini, kami mengadakan kuis kecil-kecilan yang memberikan reward bagi yang
berhasil menjawab apa yang ditanyakan. Namun ketika mereka tidak
berhasil menjawab dengan benar, mereka tetap diberi hadiah sambil
diberitahukan jawaban yang benar. Di akhir sesi, senyuman terpancar
dalam wajah mereka dan mereka berterima kasih kepada kami.
Kelompok merasa apa yang telah kami terapkan memang terbukti sesuai
dengan teori, murid senang dengan guru yang bisa mengingat namanya,
murid senang dengan guru yang murah senyum, baik, sabar dan tidak mudah
marah dan membentak. Kunjugan kedua ini memberikan hasil yang cukup
memuaskan, ketiga peserta didik bisa berbahasa Inggris dengan
pronunciation yang baik. Oleh karena itu, bisa dilihat bahwa selama
proses kegiatan micro teaching ini kami sebagai guru yang baik memiliki
beberapa kualitas yaitu percaya diri yang ditunjukkan selama proses
pengajaran, kesabaran, pemahaman, mendukung mereka sepenuhnya, dan
memiliki kemauan untuk membantu mereka mencapai keberhasilan.
LAPORAN KEGIATAN
Dari mulai perencanaan dengan berdiskusi tentang konsep micro teaching
kelompok, subjek yang menjadi target, dan landasan teori yang menjadi
bukti empirik, hingga pada pelaksanaan yang cukup memuaskan menurut
kelompok. Menurut kelompok, tanpa perencanaan yang matang serta anggota
kelompok yang berkomitmen untuk menyelesaikannya, kelompok merasa ini
pasti tidak akan selesai sesuai perencanaan yang sudah meliputi konsep,
landasan teori, dan subjek paedagogi apabila ada satu saja kelompok yang
tidak bertanggung jawab dan berkomitmen.
Dalam proses pelaksanaan, yang dimulai dari tahap observasi (perkenalan
diri dengan subjek paedagogi kelompok) kelompok memulainya dengan
“senyuman” dan “friendly approach” serta sering menyebutkan nama mereka
saat proses micro teaching berlangsung dengan harapan bisa menimbulkan
interaksi antara peserta didik dan pendidik. Obrolan singkat dengan
peserta didik membuat kami mengetahui apa yang mereka butuhkan sehingga
kelompok memutuskan untuk menyusun strategi apa yang sesuai dengan
peserta didik demikian. Kelompok menggunakan konsep guru yang baik
dimana sudah kelompok cantumkan dalam landasan teori. Sesuai dengan
landasan teori kelompok sehingga kelompok mengaplikasikannya ke dalam
micro teaching kali ini.
Beberapa dari ciri-ciri guru yang baik, yang sudah berhasil kelompok terapkan dalam kegiatan micro teaching ini, yaitu:
1. Memiliki kesadaran akan tujuan
Dalam kegiatan micro teaching ini kelompok sadar akan tujuan yang
dimiliki. Tujuannya adalah dapat menambah pengetahuan mereka mengenai
bahasa Inggris dan memudahkan mereka mempelajari bahasa Inggris sehingga
dapat bermanfaat untuk ke depannya.
2. Memiliki harapan akan keberhasilan bagi semua siswa
Seperti yang kita ketahui bahwa bahasa Inggris sudah menjadi bahasa
Internasional, maka kami sangat berharap dengan pelajaran yang kami
ajarkan ini dapat bermanfaat untuk keberhasilan mereka dalam mencapai
cita-cita.
3. Mencerminkan komitmen pada pekerjaan mereka
Kelompok berkomitmen untuk mengajar dengan baik dan mengeluarkan
kemampuan sepenuhnya untuk mengajar mereka sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki semksimal dan seoptimal mungkin.
4. Menikmati pekerjaan dan siswa
Kelompok sangat enjoy dalam membawakan materi bahasa Inggris kepada
mereka. Kelompok menikmati proses dan juga interaksi yang terjadi
diantara pendidik dengan mereka semua. Walaupun cukup susah dalam
mengajarkan materi tersebut kepada mereka, tapi pendidik terus berusaha
untuk memahamkan materi tersebut kepada mereka. Hal tersebut karena
pendidik sangat menikmati tugas mengajar tersebut dan tidak lupa
dicerminkan dalam bentuk perilaku sehingga mereka merasakan kesungguhan
pendidik dalam proses belajar mengajar.
Hasil Pelaksanaan
Hasilnya adalah ketika diuji pada saat setelah pendidik selesai
menjalankan tugasnya, dibentuklah sebuah kuis untuk menguji mereka
dengan cara yang menyenangkan dan asik, yaitu dengan memberikan reward
bagi yang berhasil maupun yang tidak berhasil menjawabnya dimana yang
berhasil mendapat lebih banyak daripada yang tidak berhasil.
Namun yang menjadi pusat perhatian kelompok, bukanlah seberapa banyak
hadiah yang dapat mereka terima, tetapi proses belajar mengajar yang
efektif dan menyenangkan bagi mereka sehingga memahami materi yang
pendidik sampaikan dengan perasaan senang. Dan alhasil, pendidik
berhasil membuat suasana belajar yang menyenangkan, mereka tidak hanya
mampu menjawab dengan berani, tetapi terlihat senyuman rasa senang dan
percaya diri yang tersirat dalam wajah dan mata mereka dimana pada
awalnya kelompok tidak melihatnya. Ternyata bila mengerjakan sesuatu
dengan sungguh-sungguh, orang lain yang menjadi objek perilaku dapat
merasakan pengaruhnya.
Pendidik dalam kelompok kami yang dengan sabar mengajarkan materi pada
mereka, menetapkan tujuan dari awal sebelum memberikan materi untuk
dipelajari pendidik, selalu memberikan harapan pada peserta didiknya,
berusaha meningkatkan motivasi, tidak merendahkan kemampuan mereka,
berusaha mengerti apa yang sebenarnya yang diinginkan dan dibutuhkan
oleh peserta didik. Di usia mereka yang tergolong “children” dimana anak
– anak pada usia ini sudah bisa mengerjakan sesuatu dengan kemampuan
sendiri, dalam hal ini melihat apakah mereka bisa mengembangkan sifat
“autonomy” ataukah “shame and doubt”. Pendidik melihat apapun yang dapat
diselesaikan peserta didik selalu dihargai dengan benar dan tepat. Jadi
jika mereka memang “benar” maka mendapat pujian yang pantas, namun jika
mereka “salah” atau “kurang tepat” mereka tidak dibentak atau dikatain,
tetapi tetap mendapat pujian bahwa mereka hampir benar tinggal sedikit
lagi. Dengan melakukan ini, kelompok berharap bisa mengembangkan sifat
“autonomy” dalam diri daripada “shame and doubt”. Tidak lupa seiring
dengan keberhasilan ataupun ketidakberhasilan mereka, pendidik tetap
memberikan yang terbaik buat peserta didiknya.
Dengan menerapkan itu semua, kelompok bisa membangkitkan semangat
belajar mereka dimana terbukti dalam kunjungan kedua kelompok, peserta
didiknya menjadi sedikit rajin dan mulai terlihat percaya diri mulai
menunjukkan rasa ingin tahu mereka dimana pada saat kunjungan pertama
mereka tidak memberikan pertanyaan sebelum ditanyaain. Ada perbedaan
kunjungan pertama dengan kunjungan kedua walupun tidak terlalu
signifikan, tetapi tetap terjadi perubahan, dan tentunya ke arah yang
lebih baik, kelompok berharap pendidik pada abad 21 ini lebih
memerhatikan apa yang diinginkan dan dibutuhkan peserta didik, selalu
melihat sudut pandang peserta didiknya dan selalu memberikan dukungan
untuk peserta didiknya untuk berkembang sesuai dengan potensi atau bakat
yang dimiliknya dengan tidak menjatuhkan peserta didiknya. “Children”
bisa melihat “kesungguhan” kita walaupun usiannya yang masih muda. Oleh
karena itu, bersungguh-sungguhlah dalam memberikan didikan kepada
peserta didik agar mereka tahu bahwa kita memberikan yang terbaik untuk
diri mereka, karena memang seperti beginilah seharusnya tugas dan
tanggung jawab seorang pendidik.
Evaluasi
Pada saat perencanaan, kami sekelompok merasa seperti dikejar deadline
karena belum mempersiapkan konsep sama sekali sampai pada tanggal 14
April 2012 sehingga perencanaan kurang matang dan kelompok kurang siap
dalam memulai micro teaching di pertemuan pertama. Akibat perencanaan
yang kurang matang tersebut, kami agak kewalahan ketika melakukan micro
teaching di pertemuan pertama, seperti tidak mempersiapkan reward dan
lain-lain. Di pertemuan kedua, kami juga mengalami sedikit kendala,
dimana awalnya kelompok merencanakan mengajari 4 orang anak, namun
ternyata yang bersedia mengikuti hanya 3 orang. Ditambah lagi, salah
satu dari peserta didik kelompok masih terlalu muda untuk mengikuti
materi yang sudah dipersiapkan oleh kelompok, sehingga kelompok harus
berimprovisasi dalam memberikan materi. Ternyata improvisasi kami
membuahkan hasil, anak-anak tambah semangat dan termotivasi dalam
belajar bahasa Inggris. Awalnya kami berpikir bahwa anak-anak yang
menjadi subjek kelompok sedikit lemah, namun ternyata mereka lumayan
cepat tangkap. Hal tersebut memungkinkan bagi mereka untuk bisa
berbahasa dengan baik dan benar. Ditambah lagi, mereka sangat patuh,
aktif dan kooperatif sehingga kendala mengenai subjek kelompok dapat
teratasi dengan baik.
Selain mengenai peserta didik, kendala yang dihadapi kelompok juga
berupa peralatan yang digunakan dan masalah yang berasal dari anggota
kelompok sendiri. Anggota kelompok yang sangat sibuk dengan urusan
masing-masing membuat beberapa anggota kelompok tidak bisa hadir dalam
micro teaching tersebut, sehingga kami harus memberikan tugas yang lebih
banyak pada anggota yang hadir. Kamera yang digunakan juga tidak
berkualitas bagus, sehingga dokumentasi audio visual yang kita dapatkan
tidak terlalu sempurna dan hal ini mengakibatkan video editan kami tidak
terlalu bagus.
Harapan kelompok
Harapan kelompok adalah bahwa pendidik pada abad 21 ini lebih
memerhatikan apa yang diinginkandan dibutuhkan peserta didik, selalu
melihat sudut pandang peserta didiknya dan selalu memberikan dukungan
untuk peserta didiknya untuk berkembang sesuai dengan potensi atau bakat
yang dimiliknya dengan tidak menjatuhkan peserta didiknya. “Children”
bisa melihat “kesungguhan” kita walaupun usiannya yang masih muda. Oleh
karena itu, bersungguh-sungguhlah dalam memberikan didikan kepada
peserta didik agar mereka tahu bahwa kita memberikan yang terbaik untuk
diri mereka, karena memang seperti beginilah seharusnya tugas dan
tanggung jawab seorang pendidik.
DOKUMENTASI AUDIO VISUAL
TESTIMONI
Pelaksanaan
micro teaching ini sangat menyenangkan bagi saya. Banyak yang saya
pelajari di sini, salah satunya adalah dilatih kesabaran dan komitmen
untuk mengajar serta harus menguasai bahan pelajaran yang ingin
diajarkan kepada peserta didik. Dalam perencanaan hingga pelaksanaan
kami tentu saja menemukan kesulitan. Dimulai dari sulitnya mengatur
waktu untuk berdiskusi, ada anggota yang tidak bisa hadir, sulit
memunculkan ide, sulit untuk mengumpulkan peserta didik, dll. Akan
tetapi kami semua tetap berkomitmen untuk dapat menyelesaikan tugas ini
dengan baik. Terbukti perencanaan yang telah kami susun sebelumnya
terlaksana dengan maksimal. Saya juga pada awal pelaksanaan micro
teaching agak gugup, karena ini pertama kalinya saya mengajar anak SD,
saya takut tidak bisa mengajar mereka dengan baik. Jika dikaitkan dengan
teori, mungkin menurut saya teori yang sesuai adalah teori belajar.
Dengan pemberian stimulus kepada peserta didik seperti mengajar dengan
penuh semangat dan hangat maka akan memberikan respon yang positif pula
dari mereka yaitu mereka juga semakin tertarik untuk mendengarkan dan
memahami apa yang disampaikan. Pemberian reward dari kami untuk peserta
didik yang berhasil menjawab pertanyaan yang kami berikan juga
meningkatkan motivasi mereka dalam belajar. Jadi, secara keseluruhan pelaksanaan micro teaching ini memberikan pengalaman tersendiri bagi saya.