468x60

  • Blockquote

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

Paedagogi Praktis pada Zaman Sekarang

Minggu, 25 Maret 2012
Paedagogi praktis merupakan pengaplikasikan paedagogi ilmiah. Paedagogi praktis disebut juga paedagogi  vernakular. Menurut Carpenter (2001) ada dua fungsi penelitian paedagogis. Pertama, untuk menghasilkan pengetahuan baru tentang pengajaran dan pembelajaran. Kedua, untuk memungkinkan guru atau pendidik memahami, menjelaskan, membela, membenarkan, dan bila perlu memodifikasi paedagogi. Tujuan pertama melahirkan paedagogi teoritis dan tujuan kedua melahirkan paedagogi praktis.


Pada tataran pembelajaran di kelas, tidak ada perbedaan yang jelas antara paedagogi praktis dan paedagogi ilmiah. Meski demikian, praktik paedagogi yang baik harus didasari oleh teori paedagogi yang sudah teruji. Jembatan antara paedagogi ilmiah dan paedagogi praktis juga meningkat melalui penggunaan penelitian ke bidang-bidang seperti metakognisi dan pembelajaran bertahun-tahun.

Paedagogi Praktis Abad Ke-21

Banyak  orang tertarik untuk mendiskusikan paedagogi, bahkan diberi nama Paedagogi Abad ke-21 yang dikenal juga sebagai paedagogi progresif. Paedagogi tidak hanya berbicara mengenai seni dan ilmu mengajar, melainkan juga mendorong banyak orang untuk melakukan redesain dan pemahaman ulang atas bagaimana menggunakannya untuk merumuskan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan kemajuan zaman.

Sebagai ilmu atau teori dan seni atau praktik mengajar, paedagogi termasuk dalam kategori “pengetahuan paedagogis formal” dan “pengetahuan paedagogis vernacular”. Paedagogis formal/ilmiah merupakan upaya mengembangkan prinsip-prinsip dan teori-teori paedagogi yang efektif melalui penelitian yang sistematis, lebih abstrak dan lebih umum dari paedagogi vernacular/praktis. Paedagogi formal/praktis didukung oleh pengalaman dasar yang kuat, istimewa, dan dibangun atas fondasi kajian empirik selama proses mengajar dan belajar.

Menurut Carpenter (2001) ada dua fungsi penelitian paedagogis. Pertama, untuk menghasilkan pengetahuan baru tentang pengajaran dan pembelajaran. Kedua, untuk memungkinkan guru atau pendidik memahami, menjelaskan, membela, membenarkan, dan bila perlu memodifikasi paedagogi. Tujuan pertama melahirkan paedagogi teoritis dan tujuan kedua melahirkan paedagogi praktis. Pada tataran pembelajaran di kelas tidak ada perbedaan yang jelas antara paedagogi praktis dan paedagogi ilmiah.

Studi sistematik kepaedagogian erat kaitannya dengan penerapan paedagogi.  Menurut Hallam dan Ireson (1999), yang perlu diprioritaskan menjadi perhatian adalah kebutuhan mendesak untuk bergerak kearah ini yaitu studi sistematis  dan penerapan paedagogi. Ini berarti,  bahwa penelitian paedagogis harus menjadi aturan emas bagi pengambil keputusan. Tindakan  yang akan menurunkan semangat guru-guru harus dilihat dengan hati-hati. Karena itu penelitian paedagogis harus mendefiniskan, menjelaskan, memprediksi, meramalkan, dan menemukan arah ke masa depan bagi perbaikan sistem pendidikan secara keseluruhan.

Tiga Tantangan
Dalam laporan yang dikeluarkan oleh Organisasi Kerjasama  Ekonomi dan Pembangunan (OECD) terungkap secara eksplisit sejauh mana paedagogi sebagai ilmu pengetauan akan mendukung kebijakan dan praktik pendidikan. Atas dasar laporan itu ada tiga aspek saling terkait untuk memahami dan akhirnya menyelesaikan masalah ini.
1.       1. Codifying and communicating teacher’s practical paedagogical knowledge
Menurut Shulman (1987) masalah utama dalam mengajar adalah hilangnya pemahaman terhadap karya terbaik dari praktisi kontemporer bagi masa depan peserta didik. Dokumentasi standar professional merupakan langkah positif.
2.       2. Establishing systems for shared scientific paedagogical knowledge management
Membangun sistem paedagogis untuk berbagi pengetahuan manajemen ilmiah dan menyediakan waktu yang cukup bagi guru untuk mengembangkan dan menerapkan pengetahuan ini. Krisis yang serius masih muncul di bidang pendidikan.
3.       3. Developing a robust theoretical framework for the new science of paedagogy
Mengembangkan kerangka teori yang kuat terhadap ilmu baru paedagogi. Perdebatan mengenai teori paedagogi terus berlanjut, karena memang karya teoritis yang diperlukan untuk berubah tidak mudah mewujudkannya menjadi prestasi yang solid.
Pengembangan teoritis dan empiris bidang paedagogi memberikan kendali bebas, namun wacana dan kebijakan seringkali memaksakan. Tentu saja harus diyakini bahwa siapa pun juga tidak mungkin melakukan pemisahan paksa antara pengetahuan teoritis dan praktis serta teori kebijakan public dalam pendidikan.

Meski sudah berusia sangat tua, paedagogi terus mengundang perdebatan. Menteri Pendidikan Amerika Serikat telah mempertanyakan pentingnya paedagogi pembelajaran bagi guru. Dia mengemukakan, banyak sekolah pendidikan bisnis terus seperti biasa, dengan fokus berat pada paedagogi dan bagaimana menjadi seorang guru. Implikasi dari pernyataan ini tentu saja mengerikan, karena kurangnya perhatian pada paedagogi. Ada banyak orang yang tidak menerima definisi paedagogi itu merupakan seni dan ilmu menjadi seorang guru.
Konten paedagogi mengacu pada keterampilan paedagogis (pengajaran) yang guru gunakan untuk menanamkan pengetahuan khusus atau isi kurikulum kepada siswa. Kegagalan banyak negara mengenai pengembangan professional sebagian disebabkan karena mengabaikan paedagogi.Pengabaian ini menyebabkan banyak sekolah yang menderita penyakit screensever dan hanya menemukan sedikit keuntungan atas investasi teknologi baru untuk keperluan pengajaran dan pembelajaran.



DAFTAR PUSTAKA:
Danim, Sudarwan (2010). Paedagogi, Andragogi, dan Heutagogi. Bandung: Alfabeta

Paedagogi Teoritis dan Prinsip-prinsip Paedagogis

Minggu, 18 Maret 2012
Paedagogi tidak hanya berkutat pada ilmu dan seni mengajar, melainkan pada hubungannya dengan pembentukan generasi baru, yaitu pengaruh pendidikan sebagai sistem yang bermuara pada pengembangan individu atau peserta didik. Danilov (1978) mendefinisikan istilah padagogis sebagai proses interaksi terus menerus dan saling berasimilasi antara pengetahuan ilmiah dan pengembangan siswa. Dari perspektif lain, Alberto Gracia mengkonseptualisasikan paedagogis sebagai tindakan guru dan siswa dalam konteks organisasi sekolah. Ia memperhitungkan hubungan antara semua proses dan pendidikan sebagai target pencapaian sekolah, namun proses paedagogis tidak melampaui batas-batas institusi pendidikan.

Apa yang dimaksud dengan prinsip-prinsip paedagogis? Ini adalah tesis dasar teori psikopaedagogis, pada arah proses paedagogis yang menjadi standard dan prosedur tindakan untuk menentukan dasar paedagogis yang paling penting dalam proses pendidikan kepribadian.

Menurut Addine (2001), diantara prinsip-prinsip paedagogis itu adalah kesatuan karakter ilmiah dan ideologis dari proses paedagogis. Setiap konten yang pembelajar ambil di sekolah harus berguna dalam kehidupan sehari-hari, kini dan kelak. Prinsip lain yang berorientasi pada proses ini adalah salah satu yang mengkombinasikan karakter kolektif dan individual pendidikan, serta penghormatan terhadap kepribadian siswa. Prinsip berikutnya merujuk pada kesatuan pengajaran, pendidikan, dan perkembangan proses, karena didasarkan pada kesatuan dialektis antara pendidikan dan pengajaran yang harus terkait dengan kegiatan pembangunan pada umumnya. Proses paedagogis juga menggamit bahwa domain kognitif dan afektif tidak bisa berada dalam suasana yang kering. Prinsip terakhir adalah bahwa masing-masing subsist aktivitas, komunikasi, dan kepribadian saling terkait satu sama lain.

Proses paedagogis berbasis pada model program jangka panjang. Di Kuba, metamorfosis perkembangan lebih lanjut dari paedagogi melahirkan apa yang disebut dengan Revolusi Pendidikan Ketiga.

Sejarah perkembangan padagogi sangat mungkin berbeda di masing-masing negara, meski esensi paedagogi itu sama di semua tempat dan situasi. Menurut N.Chacon dalam rangka pengembangan kemampuan dan keterampilan kepaedagogian juga perlu upaya mengembangkan etika profesi gurum dengan mengemas program yang menggamit beberapa dimensi:
a.Penguasaan susbtansi pengajaran dan pembelajaran
b.Penguasaan dimensi paedagogis
c.Penguasaan program pendidikan berbasis proses dan hasil dalam keseluruhan perilaku dan pekerjaan kependidikan
d.Penguasaan metode proses pengembangan kegiatan belajar-mengajar berdasarkan lintas-kurikuler secara aksiologis dengan menggunakan perangkat teknologi

Menurut Vygotsky, dimensi-dimensi yang tergamit dalam rangka pembentukan guru professional disajikan berikut ini:
1.Pembentukan guru sebagai pribadi yang utuh
2.Pembentukan karakter sistematik yang diperlukan untuk memberdayakan siswa
3.Pembentukan karakter yang terpribadi dengan dua jalur referensi, yaitu individualisasi dan integrasi dengan mempertimbangkan berbagai sisi pengembangan, termasuk yang terkait dengan tujuan edukasi
4.Pembentukan karakter preventif, tidak hanya kaitannya dalam pemecahan masalah



Semua tesis dinyatakan oleh Vygotsky juga mendukung proses belajar mengajar sebagaimana dikehendaki dalam proses paedagogis. Proses belajar mengajar yang terpadu berfokus dalam pembentukan kemampuan, keterampilan, dan kepribadian siswa secara seutuhnya.




DAFTAR PUSTAKA:
Danim, Sudarwan (2010). Paedagogi, Andragogi, dan Heutagogi. Bandung: Alfabeta

Hubungan Pedagogi dengan Paradigma Belajar

Minggu, 11 Maret 2012
Istilah pedagogi yang akar-akarnya berasal dari bahasa Yunani, paid berarti kanak-kanak dan agogos berarti memimpin. Kemudian pedagogi mengandung arti memimpin anak-anak atau perdefinisi diartikan secara khusus sebagai “suatu ilmu dan seni mengajar kanak-kanak”. Akhirnya pedagogi kemudian didefiniskan secara umum sebagai “ilmu dan seni mengajar”. Mengajar bermakna tindakan seseorang atau tim dalam memberi petunjuk atau menyampaikan informasi, pengalaman, pengetahuan, dan sejenisnya kepada subjek didik tertentu agar mereka mengetahui dan memahaminya sesuai dengan tujuan yang dikehendaki. Pengajaran adalah semua proses tindakan yang terjadi dalam kerangka kegiatan mengajar. Elemen-elemen umum yang terlibat dalam semua aktivitas mengajar meliputi bahan ajar, interaksi guru-siswa dengan perekat kemampuan pengelolaan kelas, dan evaluasi dengan hasil belajar sebagai produknya. Seorang guru yang sangat baik dipandang sebagai salah satu energi yang memberikan kontribusi positif yang luar biasa terhadap terciptanya suasana belajar siswa, termasuk membangkitkan minat mereka. Guru dengan kemampuan mengajar yang unggul memiliki karakteristik sebagai berikut:


 1     Keahlian pokok, diantaranya:
 v     Memiliki pengetahuan tentang materi pelajaran secara menyeluruh 
 v     Menguasai materi lebih jauh dari sekadar yang tertuang dalam buku teks 
 v     Meneliti dan mengembangkan pikiran-pikiran penting dan asli mengenai materi pelajaran khusus 


 2     Ahli pedagogis, diantaranya: 
 v     Mengevaluasi dan menilai siswa secara adil dan cepat
 v     Memberikan umpan balik secara teratur, konstruktif, dan obyektif untuk siswa
 v     Mempromosikan penemuan siswa  


3        Komunikator yang unggul, diantaranya: 
 v     Menunjukkan kemampuan berkomunikasi lisan dan tulisan yang efektif
 v     Membantu siswa belajar menggunakan keterampilan berkomunikasi yang efektif 
 v     Menggunakan bahasa sebagai jembatan budaya 


 4        Mentor yang berpusat pada siswa, diantaranya: 
 v     Membuat siswa dengan mudah memahami kepribadiannya
 v     Menjadikan dan membuat kegiatan belajar siswa sebagai prioritas tertinggi 
 v     Menyediakan waktu secara ikhlas untuk mempengaruhi motivasi belajar siswa 


 5        Asesor yang sistematis dan berkelanjutan, diantaranya: 
 v     Mengakui keterbatasan dan kekurangan sendiri 
 v     Mendukung upaya pengujian untuk mengetahui keberhasilan kegiatan pembelajaran
 v     Mengembangkan dan menggunakan hasil penilaian untuk terus meningkatkan       pengalaman belajar siswa sesuai dengan tujuan program  


Guru tidak hanya harus mampu melihat apa yang terjadi di kelas melainkan juga perlu mengetahui apa yang harus dilakukan tentang apa yang dilihat. Guru yang memiliki perspektif adalah  mereka yang berpengalaman dalam pengaturan sekolah dan memiliki struktur konseptual untuk memahami peristiwa di kelas.  


Istilah paradigma dikemukakan secara akademik dan operasional oleh Thomas Kihn dalam bukunya The Structure of Scientific Revolution. Kuhn menggunakan istilah paradigma untuk menggambarkan seseorang yang mengakui keyakinan dan teori yang mendasari kegiatan “ilmu-ilmu normal”. Dengan demikian paradigma adalah cara yang diterima untuk melihat dunia yang tumbuh dari pertanyaan-pertanyaan, pengamatan, dan analisis dari berbagai bentuk usaha ilmiah. Newton dan Einstein menggunakan paradigma yang berbeda dalam melakukan studi di bidang fisika.Setiap strategi guru didasari pada paradigma yang berbeda mengenai cara siswa belajar. Lima strategi mengajar dimaksud disajikan berikut ini:
Strategi 1: Pelatihan dan pelatihan lanjut 
Strategi 2: Ceramah dan menjelaskan 
Strategi 3: Mencari dan menemukan 
Strategi 4: Kelompok dan timS
trategi 5: Pengalaman dan refleksi
Kelima strategi diatas menyediakan kerangka kerja konseptual yang berguna untuk mengorganisasi kegiatan pembelajaran.  


Jadi dapat disimpulkan bahwa hubungan antara pedagogi dan paradigma belajar adalah bahwa setiap seni guru dalam mengajar didasari oleh paradigma atau cara pandang mereka sendiri mengenai apa yang mau mereka ajarkan kepada peserta didik. Oleh karena itu, strategi mengajar tumbuh dari paradigma yang berbeda dan tiap guru mempunyai strategi mengajar yang berbeda satu sama lain.

DAFTAR PUSTAKA:
Danim, Sudarwan (2010). Paedagogi, Andragogi, dan Heutagogi. Bandung: Alfabeta

Seni Dan Ilmu Mengajar



Pada pertemuan kedua mata kuliah Paedagogi yaitu tanggal 5 Maret 2012 , materi yang dipelajari sesuai dengan kontrak kuliah adalah “ Seni dan Ilmu Mengajar “ . Pada hari itu Ibu Filia Dina Anggaraeni sebagai Dosen Pengampu MK Paedagogi meminta kami peserta didik untuk membuka www.editgrid.com . Sejujurnya saya sama sekali belum pernah membuka website tersebut dan saya juga belum pernah mendengar ataupun mendapatkan informasi mengenai manfaat dari website itu. Oleh karena itu, kami cukup tertarik ketika Bu Dina mengajari kami untuk menggunakan website tersebut. Beliau mengajarkan kami bagaimana cara mendaftarkan diri di website tersebut, lalu setelah kami berhasil membuat account di website tersebut, kami pun kembali terus mengikuti instruksi yang diberikan oleh Bu Dina hingga pada akhirnya kami bisa untuk memanfaatkan sendiri website tersebut tanpa dibimbing lagi oleh beliau.

Setelah itu, beliau juga mengajarkan kami untuk memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh website e-learning USU. Pertama-tama beliau meminta kami untuk membuka website tersebut. Instruksi selanjutnya adalah kami harus melakukan registrasi ataupun login dan bergabung dalam konferensi chat yang difasilitasi oleh e-learning USU. Tentu saja pada saat mau memasuki chat room ini banyak dari antara kami yang mengalami kesulitan karena ternyata ada perbedaan cara antara dosen dan mahasiswa untuk bisa masuk ke chat room. Saat itu Bu Dina sudah berhasil masuk ke chat room, tapi satupun dari peserta didik belum ada yang berhasil. Kami hampir patah semangat karena kami sebenarnya juga bingung bagaimana cara masuk ke chat room tersebut. Bu Dina terus membantu kami supaya bisa masuk ke chatroom, akan tetapi hasilnya sama saja. Hingga akhirnya seorang peserta didik yaitu abang senior kami angkatan 2009 berhasil masuk ke chat room dan Bu Dina meminta abang tersebut untuk mengajarkan kami yang tidak bisa ini. Setelah itu semua peserta didik berhasil masuk ke satu chat room yang sama dan saling berdiskusi. Akan tetapi waktu yang kami gunakan untuk berdiskusi tidak terlalu lama karena waktu perkuliahan telah habis.

Banyak yang kami dapatkan dalam perkuliahan pertemuan kedua kemarin yaitu mengenai “Seni dan Ilmu Mengajar”. Salah satunya adalah kami jadi bisa memanfaatkan konferensi chat yang difasilitas oleh e-learning USU yang tentu saja masih ada beberapa mahasiswa yang belum bisa bahkan mungkin tidak tahu mengenai fasilitas yang disediakan oleh e-learning USU ini. Menurut Prof. Dr Sudarwan Danim, mengajar merupakan seni dan ilmu mentransformasikan bahan ajar kepada peserta didik pada situasi dan dengan menggunakan media tertentu. Ilmu mengajar bisa dipelajari di mana pun dan kapan pun, baik individual, kelompok, maupun dilembagakan. Di sini Bu Dina mentransformasikan bahan ajar kepada peserta didik yaitu informasi mengenai EditGrid dan konferensi chat yang difasilitasi oleh e-learning USU serta bagaimana cara menggunakannya.Dalam mengajarkan ini, beliau menunjukkan seni mengajarnya sendiri kepada kami, ia mengajar kami tidak dengan ceramah ataupun diskusi melainkan kami disini harus berpartisipasi dengan aktif agar tidak ketinggalan. Beliau mengajarkan kami untuk mengikuti instruksi yang ia berikan untuk bisa menggunakan website tersebut lalu pada akhirnya nanti beliau membiarkan kami sendiri untuk lebih menggali lagi manfaat dari website tersebut tanpa diinstruksi lagi.Akan tetapi, jika kami mengalami kesulitan yang sudah tidak bisa kami atasi sendiri, beliau akan membantu dan kami bersama-sama berusaha untuk mengatasi kesulitan tersebut. Hubungan seperti ini merupakan hubungan dua arah. Dosen pengampu memberikan dan perserta didik menerima bantuan dan bimbingan. Disini peserta didik tidak tunduk pasif kepada otoritas yang sewenang-wenang dari dosen pengampu. Peserta didik yang baik akan mengambil manfaat yang besar dari peran dosen pengampy, sebagaimana anak-anak diasuh dan dibesarkan dibawah kepengasuhan orangtyanya sebagai sarana mencapai kematangan dan kemandirian.

Banyak yang percaya bahwa kegiatan belajar dapat dilakukan dengan teknologis melalui aplikasi teknologi pembelajaran. Salah satu pendukung utama pendekatan berbasis teknologi adalah B.F.Skinner. Skinner beragumen bahwa guru-guru dapat dilatih untuk menerapkan teknologi pendidikan atau mentransformasikan material pembelajaran dengan pendekatan teknologis dalam logika masukan-proses-luaran atau stimulus-respon yang mekanistik. Hal ini sesuai dengan proses perkuliahan pertemuan kedua kemarin dimana stimulus yaitu instruksi yang diberikan oleh dosen pengampu dan responnya adalah peserta didik mengikuti instruksi yang diberikan oleh dosen pengampu.

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa perkuliahan yang dibawa oleh dosen pengampu pada 5 Maret 2012 kemarin membutuhkan partisipasi aktif peserta didik untuk turut ambil bagian dalam proses pembelajaran dimana seperti kita tahu bahwa setiap kali beliau memberikan instruksi kita harus mengikutinya supaya tidak ketinggalan. Dalam proses perkuliahan pertemuan kedua kemarin juga menggunakan media teknologi dimana tiap peserta didik diwajibkan untuk membawa laptop masing-masing. Selain itu peserta didik juga mendapatkan banyak informasi-informasi penting lainnya yang selama ini mereka belum tahu seperti misalnya penggunaan EditGrid dan e-learning USU yang tentu saja nantinya akan berguna untuk ke depannya. Intinya, perkuliahan kemarin cukup menyenangkan dan tidak membosankan. 

DAFTAR PUSTAKA:
Danim, Sudarwan (2010). Paedagogi, Andragogi, dan Heutagogi. Bandung: Alfabeta

Minggu, 25 Maret 2012

Paedagogi Praktis pada Zaman Sekarang

Diposting oleh 10081 Eva Violesia Bangun di 20.05 0 komentar
Paedagogi praktis merupakan pengaplikasikan paedagogi ilmiah. Paedagogi praktis disebut juga paedagogi  vernakular. Menurut Carpenter (2001) ada dua fungsi penelitian paedagogis. Pertama, untuk menghasilkan pengetahuan baru tentang pengajaran dan pembelajaran. Kedua, untuk memungkinkan guru atau pendidik memahami, menjelaskan, membela, membenarkan, dan bila perlu memodifikasi paedagogi. Tujuan pertama melahirkan paedagogi teoritis dan tujuan kedua melahirkan paedagogi praktis.


Pada tataran pembelajaran di kelas, tidak ada perbedaan yang jelas antara paedagogi praktis dan paedagogi ilmiah. Meski demikian, praktik paedagogi yang baik harus didasari oleh teori paedagogi yang sudah teruji. Jembatan antara paedagogi ilmiah dan paedagogi praktis juga meningkat melalui penggunaan penelitian ke bidang-bidang seperti metakognisi dan pembelajaran bertahun-tahun.

Paedagogi Praktis Abad Ke-21

Diposting oleh 10081 Eva Violesia Bangun di 06.42 0 komentar
Banyak  orang tertarik untuk mendiskusikan paedagogi, bahkan diberi nama Paedagogi Abad ke-21 yang dikenal juga sebagai paedagogi progresif. Paedagogi tidak hanya berbicara mengenai seni dan ilmu mengajar, melainkan juga mendorong banyak orang untuk melakukan redesain dan pemahaman ulang atas bagaimana menggunakannya untuk merumuskan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan kemajuan zaman.

Sebagai ilmu atau teori dan seni atau praktik mengajar, paedagogi termasuk dalam kategori “pengetahuan paedagogis formal” dan “pengetahuan paedagogis vernacular”. Paedagogis formal/ilmiah merupakan upaya mengembangkan prinsip-prinsip dan teori-teori paedagogi yang efektif melalui penelitian yang sistematis, lebih abstrak dan lebih umum dari paedagogi vernacular/praktis. Paedagogi formal/praktis didukung oleh pengalaman dasar yang kuat, istimewa, dan dibangun atas fondasi kajian empirik selama proses mengajar dan belajar.

Menurut Carpenter (2001) ada dua fungsi penelitian paedagogis. Pertama, untuk menghasilkan pengetahuan baru tentang pengajaran dan pembelajaran. Kedua, untuk memungkinkan guru atau pendidik memahami, menjelaskan, membela, membenarkan, dan bila perlu memodifikasi paedagogi. Tujuan pertama melahirkan paedagogi teoritis dan tujuan kedua melahirkan paedagogi praktis. Pada tataran pembelajaran di kelas tidak ada perbedaan yang jelas antara paedagogi praktis dan paedagogi ilmiah.

Studi sistematik kepaedagogian erat kaitannya dengan penerapan paedagogi.  Menurut Hallam dan Ireson (1999), yang perlu diprioritaskan menjadi perhatian adalah kebutuhan mendesak untuk bergerak kearah ini yaitu studi sistematis  dan penerapan paedagogi. Ini berarti,  bahwa penelitian paedagogis harus menjadi aturan emas bagi pengambil keputusan. Tindakan  yang akan menurunkan semangat guru-guru harus dilihat dengan hati-hati. Karena itu penelitian paedagogis harus mendefiniskan, menjelaskan, memprediksi, meramalkan, dan menemukan arah ke masa depan bagi perbaikan sistem pendidikan secara keseluruhan.

Tiga Tantangan
Dalam laporan yang dikeluarkan oleh Organisasi Kerjasama  Ekonomi dan Pembangunan (OECD) terungkap secara eksplisit sejauh mana paedagogi sebagai ilmu pengetauan akan mendukung kebijakan dan praktik pendidikan. Atas dasar laporan itu ada tiga aspek saling terkait untuk memahami dan akhirnya menyelesaikan masalah ini.
1.       1. Codifying and communicating teacher’s practical paedagogical knowledge
Menurut Shulman (1987) masalah utama dalam mengajar adalah hilangnya pemahaman terhadap karya terbaik dari praktisi kontemporer bagi masa depan peserta didik. Dokumentasi standar professional merupakan langkah positif.
2.       2. Establishing systems for shared scientific paedagogical knowledge management
Membangun sistem paedagogis untuk berbagi pengetahuan manajemen ilmiah dan menyediakan waktu yang cukup bagi guru untuk mengembangkan dan menerapkan pengetahuan ini. Krisis yang serius masih muncul di bidang pendidikan.
3.       3. Developing a robust theoretical framework for the new science of paedagogy
Mengembangkan kerangka teori yang kuat terhadap ilmu baru paedagogi. Perdebatan mengenai teori paedagogi terus berlanjut, karena memang karya teoritis yang diperlukan untuk berubah tidak mudah mewujudkannya menjadi prestasi yang solid.
Pengembangan teoritis dan empiris bidang paedagogi memberikan kendali bebas, namun wacana dan kebijakan seringkali memaksakan. Tentu saja harus diyakini bahwa siapa pun juga tidak mungkin melakukan pemisahan paksa antara pengetahuan teoritis dan praktis serta teori kebijakan public dalam pendidikan.

Meski sudah berusia sangat tua, paedagogi terus mengundang perdebatan. Menteri Pendidikan Amerika Serikat telah mempertanyakan pentingnya paedagogi pembelajaran bagi guru. Dia mengemukakan, banyak sekolah pendidikan bisnis terus seperti biasa, dengan fokus berat pada paedagogi dan bagaimana menjadi seorang guru. Implikasi dari pernyataan ini tentu saja mengerikan, karena kurangnya perhatian pada paedagogi. Ada banyak orang yang tidak menerima definisi paedagogi itu merupakan seni dan ilmu menjadi seorang guru.
Konten paedagogi mengacu pada keterampilan paedagogis (pengajaran) yang guru gunakan untuk menanamkan pengetahuan khusus atau isi kurikulum kepada siswa. Kegagalan banyak negara mengenai pengembangan professional sebagian disebabkan karena mengabaikan paedagogi.Pengabaian ini menyebabkan banyak sekolah yang menderita penyakit screensever dan hanya menemukan sedikit keuntungan atas investasi teknologi baru untuk keperluan pengajaran dan pembelajaran.



DAFTAR PUSTAKA:
Danim, Sudarwan (2010). Paedagogi, Andragogi, dan Heutagogi. Bandung: Alfabeta

Minggu, 18 Maret 2012

Paedagogi Teoritis dan Prinsip-prinsip Paedagogis

Diposting oleh 10081 Eva Violesia Bangun di 09.10 0 komentar
Paedagogi tidak hanya berkutat pada ilmu dan seni mengajar, melainkan pada hubungannya dengan pembentukan generasi baru, yaitu pengaruh pendidikan sebagai sistem yang bermuara pada pengembangan individu atau peserta didik. Danilov (1978) mendefinisikan istilah padagogis sebagai proses interaksi terus menerus dan saling berasimilasi antara pengetahuan ilmiah dan pengembangan siswa. Dari perspektif lain, Alberto Gracia mengkonseptualisasikan paedagogis sebagai tindakan guru dan siswa dalam konteks organisasi sekolah. Ia memperhitungkan hubungan antara semua proses dan pendidikan sebagai target pencapaian sekolah, namun proses paedagogis tidak melampaui batas-batas institusi pendidikan.

Apa yang dimaksud dengan prinsip-prinsip paedagogis? Ini adalah tesis dasar teori psikopaedagogis, pada arah proses paedagogis yang menjadi standard dan prosedur tindakan untuk menentukan dasar paedagogis yang paling penting dalam proses pendidikan kepribadian.

Menurut Addine (2001), diantara prinsip-prinsip paedagogis itu adalah kesatuan karakter ilmiah dan ideologis dari proses paedagogis. Setiap konten yang pembelajar ambil di sekolah harus berguna dalam kehidupan sehari-hari, kini dan kelak. Prinsip lain yang berorientasi pada proses ini adalah salah satu yang mengkombinasikan karakter kolektif dan individual pendidikan, serta penghormatan terhadap kepribadian siswa. Prinsip berikutnya merujuk pada kesatuan pengajaran, pendidikan, dan perkembangan proses, karena didasarkan pada kesatuan dialektis antara pendidikan dan pengajaran yang harus terkait dengan kegiatan pembangunan pada umumnya. Proses paedagogis juga menggamit bahwa domain kognitif dan afektif tidak bisa berada dalam suasana yang kering. Prinsip terakhir adalah bahwa masing-masing subsist aktivitas, komunikasi, dan kepribadian saling terkait satu sama lain.

Proses paedagogis berbasis pada model program jangka panjang. Di Kuba, metamorfosis perkembangan lebih lanjut dari paedagogi melahirkan apa yang disebut dengan Revolusi Pendidikan Ketiga.

Sejarah perkembangan padagogi sangat mungkin berbeda di masing-masing negara, meski esensi paedagogi itu sama di semua tempat dan situasi. Menurut N.Chacon dalam rangka pengembangan kemampuan dan keterampilan kepaedagogian juga perlu upaya mengembangkan etika profesi gurum dengan mengemas program yang menggamit beberapa dimensi:
a.Penguasaan susbtansi pengajaran dan pembelajaran
b.Penguasaan dimensi paedagogis
c.Penguasaan program pendidikan berbasis proses dan hasil dalam keseluruhan perilaku dan pekerjaan kependidikan
d.Penguasaan metode proses pengembangan kegiatan belajar-mengajar berdasarkan lintas-kurikuler secara aksiologis dengan menggunakan perangkat teknologi

Menurut Vygotsky, dimensi-dimensi yang tergamit dalam rangka pembentukan guru professional disajikan berikut ini:
1.Pembentukan guru sebagai pribadi yang utuh
2.Pembentukan karakter sistematik yang diperlukan untuk memberdayakan siswa
3.Pembentukan karakter yang terpribadi dengan dua jalur referensi, yaitu individualisasi dan integrasi dengan mempertimbangkan berbagai sisi pengembangan, termasuk yang terkait dengan tujuan edukasi
4.Pembentukan karakter preventif, tidak hanya kaitannya dalam pemecahan masalah



Semua tesis dinyatakan oleh Vygotsky juga mendukung proses belajar mengajar sebagaimana dikehendaki dalam proses paedagogis. Proses belajar mengajar yang terpadu berfokus dalam pembentukan kemampuan, keterampilan, dan kepribadian siswa secara seutuhnya.




DAFTAR PUSTAKA:
Danim, Sudarwan (2010). Paedagogi, Andragogi, dan Heutagogi. Bandung: Alfabeta

Minggu, 11 Maret 2012

Hubungan Pedagogi dengan Paradigma Belajar

Diposting oleh 10081 Eva Violesia Bangun di 05.33 0 komentar
Istilah pedagogi yang akar-akarnya berasal dari bahasa Yunani, paid berarti kanak-kanak dan agogos berarti memimpin. Kemudian pedagogi mengandung arti memimpin anak-anak atau perdefinisi diartikan secara khusus sebagai “suatu ilmu dan seni mengajar kanak-kanak”. Akhirnya pedagogi kemudian didefiniskan secara umum sebagai “ilmu dan seni mengajar”. Mengajar bermakna tindakan seseorang atau tim dalam memberi petunjuk atau menyampaikan informasi, pengalaman, pengetahuan, dan sejenisnya kepada subjek didik tertentu agar mereka mengetahui dan memahaminya sesuai dengan tujuan yang dikehendaki. Pengajaran adalah semua proses tindakan yang terjadi dalam kerangka kegiatan mengajar. Elemen-elemen umum yang terlibat dalam semua aktivitas mengajar meliputi bahan ajar, interaksi guru-siswa dengan perekat kemampuan pengelolaan kelas, dan evaluasi dengan hasil belajar sebagai produknya. Seorang guru yang sangat baik dipandang sebagai salah satu energi yang memberikan kontribusi positif yang luar biasa terhadap terciptanya suasana belajar siswa, termasuk membangkitkan minat mereka. Guru dengan kemampuan mengajar yang unggul memiliki karakteristik sebagai berikut:


 1     Keahlian pokok, diantaranya:
 v     Memiliki pengetahuan tentang materi pelajaran secara menyeluruh 
 v     Menguasai materi lebih jauh dari sekadar yang tertuang dalam buku teks 
 v     Meneliti dan mengembangkan pikiran-pikiran penting dan asli mengenai materi pelajaran khusus 


 2     Ahli pedagogis, diantaranya: 
 v     Mengevaluasi dan menilai siswa secara adil dan cepat
 v     Memberikan umpan balik secara teratur, konstruktif, dan obyektif untuk siswa
 v     Mempromosikan penemuan siswa  


3        Komunikator yang unggul, diantaranya: 
 v     Menunjukkan kemampuan berkomunikasi lisan dan tulisan yang efektif
 v     Membantu siswa belajar menggunakan keterampilan berkomunikasi yang efektif 
 v     Menggunakan bahasa sebagai jembatan budaya 


 4        Mentor yang berpusat pada siswa, diantaranya: 
 v     Membuat siswa dengan mudah memahami kepribadiannya
 v     Menjadikan dan membuat kegiatan belajar siswa sebagai prioritas tertinggi 
 v     Menyediakan waktu secara ikhlas untuk mempengaruhi motivasi belajar siswa 


 5        Asesor yang sistematis dan berkelanjutan, diantaranya: 
 v     Mengakui keterbatasan dan kekurangan sendiri 
 v     Mendukung upaya pengujian untuk mengetahui keberhasilan kegiatan pembelajaran
 v     Mengembangkan dan menggunakan hasil penilaian untuk terus meningkatkan       pengalaman belajar siswa sesuai dengan tujuan program  


Guru tidak hanya harus mampu melihat apa yang terjadi di kelas melainkan juga perlu mengetahui apa yang harus dilakukan tentang apa yang dilihat. Guru yang memiliki perspektif adalah  mereka yang berpengalaman dalam pengaturan sekolah dan memiliki struktur konseptual untuk memahami peristiwa di kelas.  


Istilah paradigma dikemukakan secara akademik dan operasional oleh Thomas Kihn dalam bukunya The Structure of Scientific Revolution. Kuhn menggunakan istilah paradigma untuk menggambarkan seseorang yang mengakui keyakinan dan teori yang mendasari kegiatan “ilmu-ilmu normal”. Dengan demikian paradigma adalah cara yang diterima untuk melihat dunia yang tumbuh dari pertanyaan-pertanyaan, pengamatan, dan analisis dari berbagai bentuk usaha ilmiah. Newton dan Einstein menggunakan paradigma yang berbeda dalam melakukan studi di bidang fisika.Setiap strategi guru didasari pada paradigma yang berbeda mengenai cara siswa belajar. Lima strategi mengajar dimaksud disajikan berikut ini:
Strategi 1: Pelatihan dan pelatihan lanjut 
Strategi 2: Ceramah dan menjelaskan 
Strategi 3: Mencari dan menemukan 
Strategi 4: Kelompok dan timS
trategi 5: Pengalaman dan refleksi
Kelima strategi diatas menyediakan kerangka kerja konseptual yang berguna untuk mengorganisasi kegiatan pembelajaran.  


Jadi dapat disimpulkan bahwa hubungan antara pedagogi dan paradigma belajar adalah bahwa setiap seni guru dalam mengajar didasari oleh paradigma atau cara pandang mereka sendiri mengenai apa yang mau mereka ajarkan kepada peserta didik. Oleh karena itu, strategi mengajar tumbuh dari paradigma yang berbeda dan tiap guru mempunyai strategi mengajar yang berbeda satu sama lain.

DAFTAR PUSTAKA:
Danim, Sudarwan (2010). Paedagogi, Andragogi, dan Heutagogi. Bandung: Alfabeta

Seni Dan Ilmu Mengajar

Diposting oleh 10081 Eva Violesia Bangun di 05.24 0 komentar


Pada pertemuan kedua mata kuliah Paedagogi yaitu tanggal 5 Maret 2012 , materi yang dipelajari sesuai dengan kontrak kuliah adalah “ Seni dan Ilmu Mengajar “ . Pada hari itu Ibu Filia Dina Anggaraeni sebagai Dosen Pengampu MK Paedagogi meminta kami peserta didik untuk membuka www.editgrid.com . Sejujurnya saya sama sekali belum pernah membuka website tersebut dan saya juga belum pernah mendengar ataupun mendapatkan informasi mengenai manfaat dari website itu. Oleh karena itu, kami cukup tertarik ketika Bu Dina mengajari kami untuk menggunakan website tersebut. Beliau mengajarkan kami bagaimana cara mendaftarkan diri di website tersebut, lalu setelah kami berhasil membuat account di website tersebut, kami pun kembali terus mengikuti instruksi yang diberikan oleh Bu Dina hingga pada akhirnya kami bisa untuk memanfaatkan sendiri website tersebut tanpa dibimbing lagi oleh beliau.

Setelah itu, beliau juga mengajarkan kami untuk memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh website e-learning USU. Pertama-tama beliau meminta kami untuk membuka website tersebut. Instruksi selanjutnya adalah kami harus melakukan registrasi ataupun login dan bergabung dalam konferensi chat yang difasilitasi oleh e-learning USU. Tentu saja pada saat mau memasuki chat room ini banyak dari antara kami yang mengalami kesulitan karena ternyata ada perbedaan cara antara dosen dan mahasiswa untuk bisa masuk ke chat room. Saat itu Bu Dina sudah berhasil masuk ke chat room, tapi satupun dari peserta didik belum ada yang berhasil. Kami hampir patah semangat karena kami sebenarnya juga bingung bagaimana cara masuk ke chat room tersebut. Bu Dina terus membantu kami supaya bisa masuk ke chatroom, akan tetapi hasilnya sama saja. Hingga akhirnya seorang peserta didik yaitu abang senior kami angkatan 2009 berhasil masuk ke chat room dan Bu Dina meminta abang tersebut untuk mengajarkan kami yang tidak bisa ini. Setelah itu semua peserta didik berhasil masuk ke satu chat room yang sama dan saling berdiskusi. Akan tetapi waktu yang kami gunakan untuk berdiskusi tidak terlalu lama karena waktu perkuliahan telah habis.

Banyak yang kami dapatkan dalam perkuliahan pertemuan kedua kemarin yaitu mengenai “Seni dan Ilmu Mengajar”. Salah satunya adalah kami jadi bisa memanfaatkan konferensi chat yang difasilitas oleh e-learning USU yang tentu saja masih ada beberapa mahasiswa yang belum bisa bahkan mungkin tidak tahu mengenai fasilitas yang disediakan oleh e-learning USU ini. Menurut Prof. Dr Sudarwan Danim, mengajar merupakan seni dan ilmu mentransformasikan bahan ajar kepada peserta didik pada situasi dan dengan menggunakan media tertentu. Ilmu mengajar bisa dipelajari di mana pun dan kapan pun, baik individual, kelompok, maupun dilembagakan. Di sini Bu Dina mentransformasikan bahan ajar kepada peserta didik yaitu informasi mengenai EditGrid dan konferensi chat yang difasilitasi oleh e-learning USU serta bagaimana cara menggunakannya.Dalam mengajarkan ini, beliau menunjukkan seni mengajarnya sendiri kepada kami, ia mengajar kami tidak dengan ceramah ataupun diskusi melainkan kami disini harus berpartisipasi dengan aktif agar tidak ketinggalan. Beliau mengajarkan kami untuk mengikuti instruksi yang ia berikan untuk bisa menggunakan website tersebut lalu pada akhirnya nanti beliau membiarkan kami sendiri untuk lebih menggali lagi manfaat dari website tersebut tanpa diinstruksi lagi.Akan tetapi, jika kami mengalami kesulitan yang sudah tidak bisa kami atasi sendiri, beliau akan membantu dan kami bersama-sama berusaha untuk mengatasi kesulitan tersebut. Hubungan seperti ini merupakan hubungan dua arah. Dosen pengampu memberikan dan perserta didik menerima bantuan dan bimbingan. Disini peserta didik tidak tunduk pasif kepada otoritas yang sewenang-wenang dari dosen pengampu. Peserta didik yang baik akan mengambil manfaat yang besar dari peran dosen pengampy, sebagaimana anak-anak diasuh dan dibesarkan dibawah kepengasuhan orangtyanya sebagai sarana mencapai kematangan dan kemandirian.

Banyak yang percaya bahwa kegiatan belajar dapat dilakukan dengan teknologis melalui aplikasi teknologi pembelajaran. Salah satu pendukung utama pendekatan berbasis teknologi adalah B.F.Skinner. Skinner beragumen bahwa guru-guru dapat dilatih untuk menerapkan teknologi pendidikan atau mentransformasikan material pembelajaran dengan pendekatan teknologis dalam logika masukan-proses-luaran atau stimulus-respon yang mekanistik. Hal ini sesuai dengan proses perkuliahan pertemuan kedua kemarin dimana stimulus yaitu instruksi yang diberikan oleh dosen pengampu dan responnya adalah peserta didik mengikuti instruksi yang diberikan oleh dosen pengampu.

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa perkuliahan yang dibawa oleh dosen pengampu pada 5 Maret 2012 kemarin membutuhkan partisipasi aktif peserta didik untuk turut ambil bagian dalam proses pembelajaran dimana seperti kita tahu bahwa setiap kali beliau memberikan instruksi kita harus mengikutinya supaya tidak ketinggalan. Dalam proses perkuliahan pertemuan kedua kemarin juga menggunakan media teknologi dimana tiap peserta didik diwajibkan untuk membawa laptop masing-masing. Selain itu peserta didik juga mendapatkan banyak informasi-informasi penting lainnya yang selama ini mereka belum tahu seperti misalnya penggunaan EditGrid dan e-learning USU yang tentu saja nantinya akan berguna untuk ke depannya. Intinya, perkuliahan kemarin cukup menyenangkan dan tidak membosankan. 

DAFTAR PUSTAKA:
Danim, Sudarwan (2010). Paedagogi, Andragogi, dan Heutagogi. Bandung: Alfabeta