468x60

  • Blockquote

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

Apa kekurangan,kelebihan dan perbedaan konseling kelompok dengan konseling individu?

Senin, 25 April 2011
Konseling kelompok merupakan usaha bantuan yang diberikan pada individu dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan serta perbaikan agar individu yang bersangkutan dapat menjalani perkembangannya dengan lebih mudah. (Tatik Romlah, 2001:4-5).
Menurut Latipun (2005:147), konseling kelompok (group counseling) merupaka salah satu bentuk konnseling dengan memanfaatkan kelompok untuk membantu, memberikan umpan balik (feedback) dan pengalaman belajar.
Menurut Mungin Eddy Wibowo (2005:33), kegiatan konseling kelompok merupakan hubungan antar pribadi yang menekankan pada proses berpikir secara sadar, perasaan-perasaan dan perilaku-perilaku anggota untuk meningkatkan kesadaran akan pertumbuhan dan perkembangan individu yang sehat.

DALAM KONSELING KELOMPOK:
         Menekankan pengembangan pribadi
         Menekankan perasaan dan hubungan antar anggota;anggota belajar tentang dirinya dalam hubungannya dengan anggota kelompok yang lain/orang lain;belajar memecahkan masalah

PERBEDAAN KONSELING INDIVIDU DAN KONSELING 
KELOMPOK:

KONSELING INDIVIDU
         Hubungan antar pribadi dalam konseling 1 klien1 konselor
         Klien yang dibantu:1 klien
         Tanggung jawab klien lebih banyak tergantung pada konselor
         Pusat perhatian terfokus pada masa lalu dan masa yang akan datang
         REALITY TESTING: Kemungkinan untuk menilai apakah klien masih ada/mempunyai realitas:TERBATAS DENGAN KONSELOR
         INSIGHT: Perubahan perilaku selalu didahului insight

KONSELING KELOMPOK
         Antara klien-konselor;antarklien
         Klien yang dibantu lebih dari satu klien
         Klien bertanggung jawab atas dirinya sendiri;juga membantu sesama klien
         Pusat perhatian : “HERE” AND “NOW” KELOMPOK.
         REALITY TESTING: Dilakukan oleh anggota kelompok yang lain
         Tanpa insight dapat berjalan

Suasana konseling individu dan kelompok sama, tetapi dalam kelompok suasana pemisif,peneriman,support yang diperoleh klien dapat membantu klien untuk mendiskusikan masalahnya.



KELEBIHAN KONSELING KELOMPOK
  1. Praktis
  2. Memberikan kesempatan bagi anggota untuk saling memberi dan menerima umpan balik
  3. Anggota belajar untuk berlatih tentang perilakunya yang baru
  4. Dapat digunakan untuk menggali tiap masalah yang dialami anggota;belajar untuk meningkatkan kepercayaan kepada orang lain;dapat meningkatkan sistem dukungan dengan cara berteman akrab dengan anggota lain


KEKURANGAN KONSELING KELOMPOK
  1. Tidak semua cocok berada dalam kelompok
  2. Kelompok digunakan sebagai tujuan
  3. Perhatian konselor lebih menyebar
  4. Sulit untuk dibina kepercayaan
  5. Klien sering mengharapkan terlalu banyak dari kelompok,sehingga ia tidak berusaha untuk berubah


TUGAS KONSELOR:
  1. MEMBUAT DAN MEMPERTAHANKAN KELOMPOK.
  2. MEMBENTUK BUDAYA DALAM KELOMPOK.
  3. MEMBENTUK NORMA KELOMPOK.


PERILAKU EFEKTIF KONSELOR:
  1. MENDENGARKAN DENGAN AKTIF.
  2. MENGAMATI DENGAN SEKSAMA.
  3. MEMBERIKAN UMPAN BALIK.
  4. MENGHUBUNGKAN ANTARA PERNYATAAN YANG SATU DENGAN YANG LAIN; ANTARA PERISTIWA YANG SATU DENGAN PERISTIWA YANG LAIN.
  5. MELAKUKAN KONFRONTASI.
  6. MERINGKAS APA YANG TERJADI DALAM SETIAP PERTEMUAN


KELOMPOK TIDAK DIREKOMENDASIKAN UNTUK:
  1. Klien dalam keadaan krisis
  2. Klien sangat takut berbicara dalam kelompok
  3. Klien sangat tidak efektif di dalam hubungan pribadinya atau tidak mempunyai keterampilan sosial
  4. Klien tidak menyadari perasaan,motivasi ataupun perilakunya
  5. Klien menunjukkan perilaku menyimpang
  6. Klien terlalu banyak meminta perhatian orang lain
  7. Klien dalam keadaan psikotik akut
  8. Klien mempunyai keterbatasan ekspresi verbal
  9. Klien sangat agresif
  10. Klien mempunyai masalah kontrol impuls




SUMBER:
Sukadji,S. (2000). Psikologi pendidikan dan psikologi sekolah.Depok: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Fakultas Psikologi Universitas  

Apa perbedaan psikologi pendidikan dan psikologi sekolah??

Minggu, 24 April 2011
Perbedaan Psikologi Pendidikan dan Psikologi Sekolah

Dari segi pengertian

Psikologi Pendidikan adalah ilmu yang mempelajari bagaimana manusia belajar dalam pendidikan pengaturan, efektivitas intervensi pendidikan, psikologi pengajaran, dan psikologi sosial dari sekolah sebagai organisasi. Psikologi pendidikan berkaitan dengan bagaimana siswa belajar dan berkembang, dan sering terfokus pada sub kelompok seperti anak-anak berbakat dan mereka penyandang cacat.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa Pengertian Psikologi Pendidikan adalah ilmu yang mempelajari  tentang perilaku manusia di dalam dunia pendidikan yang meliputi  studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia.

Psikologi Sekolah adalah cabang dari ilmu Psikologi yang berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi.
Psikologi sekolah merupakan bagian dari psikologi pendidikan sehingga psikologi pendidikan memiliki ruang lingkup yang besar.

Adapun menurut Sumadi Suryobroto ( 1984 ) juga mengatakan bahwa yang menjadi ruang lingkup psikologi pendidikan meliputi :
  • Pengetahuan tentang psikologi pendidikan : pengertian ruang lingkup, tujuan mempelajari dan sejarah munculnya psikologi pendidikan
  • Pembawaaan
  • Lingkungan fisik dan psikologis
  • Perkembangan siswa
  • Proses – proses tingkah laku
  • Hakekat dan ruang lingkup belajar
  • Faktor yang mempengaruhi belajar
  • Hukum dan teori belajar
  • Pengukuran pendidikan
  • Aspek praktis pengukuran pendidikan
  • Transfer belajar
  • Ilmu statistik dasar
  • Kesehatan mental
  •  Pendidikan membentuk watak / kepribadian

Dari segi tujuan

Psikologi Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan keefisien di dalam pendidikan.

Psikologi Sekolah bertujuan untuk membentuk mind set anak.

Dari segi tugas

Tugas psikolog pendidikan adalah:
  •          Menerapkan prinsip-prinsip belajar dalam kelas.
  •          Melakukan pengembangan dan pembaruan kurikulum.
  •          Melaksanakan ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan. 
  •        Melaksanakan sosialisasi proses dan interaksi proses itu dengan pendayagunaan kognitif dan penyelenggaraan pendidikan keguruan.
  •          Mengembangkan dan mendukung program pengelolaan terapi dan perilaku
  •          Melakukan penelitian aktif
  •          Mengetahui dan memahami kondisi siswanya
  •         Memahami perbedaan individual, implikasi perbedaan fisik dan psikologik antara laki-laki dan perempuan, dan perbedaan peran dan harapan antar keduanya



Tugas psikolog sekolah :
·     Berkonsultasi dengan guru, orang tua, administrator, dan masyarakat penyedia kesehatan mental tentang belajar, sosial, dan masalah perilaku.
·     Terlibat dalam kegiatan sekolah dalam aktivitas menyehatkan.
·     Membantu pendidik dalam membuat suasana  aman, kelas sehat dan lingkungan sekolah yang tenang.
·     Mengajarkan parenting skill, strategi pemecahan masalah, penyalah gunaan obat obatan terlarang, dan topik lainnya yang berkaitan dengan kesehatan sekolah.
·     Melakukan penelitian tentang instruksi yang efektif, manajemen perilaku, program-program sekolah alternatif, dan intervensi kesehatan mental.
·     Menilai dan mengevaluasi berbagai masalah yang berkaitan sekolah dan aset anak dan remaja di sekolah yang ditugaskan.
·     Intervensi langsung dengan siswa dan keluarga melalui konseling individu, kelompok pendukung, dan pelatihan keterampilan.
·     Sajikan sebagai anggota tim interdisipliner untuk memenuhi kebutuhan siswa berisiko dan untuk melayani kebutuhan siswa penyandang cacat melalui penilaian pendidikan khusus, kelayakan, dan proses penempatan.  
·  Mengkomunikasikan hasil evaluasi psikologis untuk orang tua, guru, dan lain-lain sehingga mereka dapat memahami sifat kesulitan siswa dan bagaimana untuk melayani kebutuhan siswa.
·  Melakukan pencegahan krisis dan layanan intervensi.
·  Bekerja dengan berbagai masalah emosional dan akademik mahasiswa.
·  Boleh melayani satu atau beberapa sekolah di sekitar daerah sekolah atau bekerja untuk sebuah pusat kesehatan mental masyarakat dan / atau dalam lingkungan universitas.

Dari sisi tempat bekerja

Psikolog pendidikan biasa bekerja di lingkungan sekolah, perguruan tinggi dan di lingkungan pendidikan anak, terutama bekerja dengan guru dan orang tua. Mereka dapat bekerja secara langsung dengan anak (misal memeriksa perkembangan, memberikan konseling) dan secara tidak langsung (dengan orang tua, guru dan profesional lainnya). Karena harus bekerja dengan manusia, psikolog pendidikan haruslah familier dengan pendekatan-pendekatan tradisional tentang studi perilaku, humanistik, kognitif dan psikoanalis. Mereka juga harus sadar dengan teori dan riset yang muncul dari ranah tradisional psikologi seperti perkembangan (Piaget, Erikson, Kohlberg, Freud), bahasa (Vygotsky dan Chomsky), motivasi (Hull, Lewin, Maslow, McClelland), testing (intelegensi dan kepribadian) dan interpretasi tesnya.

Sebagian besar (81%) dari psikolog sekolah yang bekerja di sekolah umum.Tempat-tempat utama lainnya kerja sekolah swasta, lembaga masyarakat, rumah sakit dan klinik, dan universitas.Psikolog Sekolah umumnya bekerja sebagai praktisi, administrator dan dosen/peneliti.Gelar-tingkat spesialis akan memungkinkan untuk bekerja di kebanyakan negara sebagai praktisi dan administrator (dengan kredensial administratif yang tepat), sedangkan yang memungkinkan untuk praktek sebagai doktor, administrator praktisi fakultas dan peneliti.

Dari uraian perbedaan di atas sebenarnya istilah psikologi pendidikan dan psikologi sekolah sering dipertukarkan. Teoris dan peneliti lebih diidentifikasi sebagai psikolog pendidikan, sementara praktisi di sekolah lebih diidentifikasi sebagai psikolog sekolah. Psikologi pendidikan mengambil masalah-masalah yang dialami oleh orang muda dalam pendidikan yang mencakup masalah kesulitan belajar atau masalah emosi dan sosial. Mereka mengambil tugas untuk membantu proses belajar anak dan memampukan guru menjadi lebih sadar akan faktor-faktor sosial yang berkaitan dengan pengajaran dan belajar.Psikolog pendidikan belajar bagaimana anak belajar ,mengingat dan bagaimana perkembangan mental mereka selama proses belajar.Anak diobservasi dilingkungan yang bervariasi seperti ketika mereka berkerja secara individual atau bagaimana mereka berinteraksi di kelompok.Psikologi pendidikan juga membantu dengan mendiagnosis dan memberikan alat untuk mengobati, membantu atau berurusan dengan anak yang mengalami gangguan dalam belajar seperti terlambat berbicara,dylexia,dll.
Sedangkan itu dalam psikologi sekolah berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi.Dalam psikologi sekolah mengindetifikasi anak yang memiliki mental age yang lebih tinggi dari anak seusianya dan juga untuk anak yang memiliki gangguan seperti terlambat bicara, ADHD,dyslexia.Psikologi  sekolah bisa melakukan penilaian psikologis dan menangani anak yang memiliki kelainan mental ataupun fisik dan ,menolong mereka dengan cara konseling,terapi bicara,dan bimbingan secara langsung oleh guru.

SUMBER:

Apa fungsi bimbingan di sekolah?

Senin, 18 April 2011
Bimbingan adalah proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahan diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimal kepada sekolah, keluarga, serta masyarakat.

Istilah bimbingan (guidance) dan konseling (counseling) memiliki hubungan yang sangat erat dan merupakan kegiatan yang integral. Dalam praktik sehari-hari istilah bimbingan selalu digandengkan dengan istilah konseling yakni bimbingan dan konseling (guidance and counseling)
.
Ada pihak-pihak yang beranggapan bahwa tidak ada perbedaan yang prinsipil antar bimbingan dengan konseling atau keduannya memiliki makna yang identik. Namun sementara pihak ada yang berpendapat bahwa bimbingan dan konseling merupaka dua pengertian yang berbeda, baik dasar maupun cara kerjanya. Konseling atau counseling dianggap identik dengan psychoterapy, yaitu usaha menolong orang-orang yang mengalami gangguan psikis yang serius, sedangkan bimbingan dianggap identik dengan pendidikan.
Sementara pihak ada lagi yang berpendapat bahwa konseling merupakan salah satu teknik pemberian layanan dalam bimbingan dan merupakan inti dari keseluruhan pelayanan bimbingan. Pandangan inilah yang nampaknya sekarang banyak dianut.

Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek akademik (belajar) adalah :
§  Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan memahami berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam proses belajar yang dialaminya.
§  Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan.
§  Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
§  Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan membaca buku, mengggunakan kamus, mencatat pelajaran, dan mempersiapkan diri menghadapi ujian.
§  Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan, seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas, memantapkan diri dalam memperdalam pelajaran tertentu, dan berusaha memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam rangka mengembangkan wawasan yang lebih luas.
§  Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.

REFERENSI:
Sukadji, S. (2000).Psikologi pendidikan dan Psikologi sekolah.Depok:Lembaga 

Bagaimana karaktersitik anak berbakat dan cara mendidik anak berbakat?

Minggu, 10 April 2011

Beberapa definisi bakat menurut para ahli :

1.Wiliam B Michael
Michael meninjau bakat itu dari segi kemampuan individu untuk melakukan sesuatu tugas, yang sedikit sekali tergantung kepada latihan mengenai hal tersebut.

2.Bingham
Bingham menitikberatkan pada segi apa yang dapat dilakukan oleh individu, dari segi performance setelah individu mendapatkan latihan.

3.Galton
Menurut Galton, kebeberbakatan merupakan kemampuan alami yang luar biasa, diperoleh dari kombinasi sifat-sifat yang meliputi kapasitas intelektual, kemauan yang kuat, dan unjuk kerja.

Orientasi yang luas mengenai berbagai pendapat tentang bakat menunjukkan, bahwa 
analisis tentang bakat selalu merupakan analisis tingkah laku.
Menurut Guilford bakat itu mencakup tiga dimensi pokok, yaitu :

a.Dimensi Perseptual
Meliputi kemampuan dalam mengadakan persepsi, dan meliputi faktor – faktor antara lain :
·               Kepekaan indera
·               Perhatian
·               Orientasi waktu
·               Luasnya daerah persepsi 
·               Kecepatan persepsi

b.Dimensi Psikomotor
Dimensi Psikomotor mencakup enam faktor, yaitu :
·              Faktor kekuatan
·              Faktor impuls
·                   Faktor Kecepatan Gerak
·                    Faktor ketelitian / ketepatan
·                    Faktor koordinasi
·                    Faktor keluwesan

c.Dimensi Intelektual
Dimensi ini meliputi 5 faktor, yaitu :
·              Faktor ingatan
·             Faktor pengenalan
·             Faktor evaluative
·             Faktor berpikir konvergen
·            Faktor berpikir divergen

Variasi bakat timbul karena variasi dalam kombinasi, korelasi dan intensitas faktor – faktor tersebut. Variasi inilah yang seharusnya dikenal seawal mungkin.
Anak berbakat mempunyai kecerdasan di atas rata – rata ( biasanya di atas 130 ) atau punya bakat unggul di beberapa bidang, seperti seni, musik, atau matematika. Program untuk anak berbakat di sekolah biasanya didasarkan pada kecerdasan dan prestasi akademik. Kriteria ini diperluas dengan memasukkan faktor – faktor seperti kreatifitas dan komitmen ( Renzulli & Reis, 1997 ).

KARAKTERISTIK

Ellen Winner ( 1996 ), seorang ahli di bidang kreativitas dan anak berbakat, mendeskripsikan tiga kriteria yang menjadi ciri anak berbakat :
      1)      Dewasa lebih dini ( precocity ).
Anak berbakat adalah anak yang dewasa sebelum waktunya apabila diberi kesempatan untuk menggunakan bakat atau talenta mereka. Dalam banyak kasus, anak berbakat dewasa lebih dini karena mereka dilahirkan dengan membawa kemampuan domain tertentu, walaupun bakat sejak lahir ini tetap harus dipelihara dan dipupuk.

       2)      Belajar menuruti kemampuan mereka sendiri.
Anak berbakat belajar secara berbeda dengan anak lain yang tidak berbakat. Mereka tidak membutuhkan banyak dukungan, atau scaffolding dari orang dewasa. Tapi, kemampuan mereka di bidang lain boleh jadi normal atau bias juga diatas normal.

       3)      Semangat untuk menguasai.
Anak yang berbakat tertarik untuk memahami bidang yang menjadi bakat mereka. Mereka memperlihatkan minat besar dan obsesif dan kemampuan kuat fokus. Mereka punya motivasi internal yang kuat.
Selain ketiga karakteristik anak berbakat di atas, area keempat adalah keahlian dalam memproses informasi. Para peneliti telah menemukan bahwa anak berbakat belajar lebih cepat, memproses informasi lebih cepat, menggunakan penalaran dengan lebih baik, dan memantau pemahaman mereka dengan lebih baik ketimbang anak yang tidak berbakat ( Sternberg & Clickenbeard, 1995 ).

 C        STUDI TERMAN KLASIK
 Orang – orang berbakat dalam studi Terman telah matang secara intelektual sebelum,        waktunya,tetapi mereka tidak mengalami gangguan emosional atau penyesuaian diri.         Temuan ini juga muncul dalam sejumlah studi anak berbakat yakni mereka yang bisa menyesuaikan  diri atau lebih baik dalam menyesuaikan diri ketimbang anak – anak yang tidak berbakat ( Winner, 1996 ).
 Namun anak yang sangat cerdas ( dengan IQ 180 atau lebih ) sering mengalami   masalah dalam menyesuaikan diri daripada anak yang    tidak berbakat.
 Steven Ceci ( 1990) mengatakan bahwa analisis terhadap perkembangan kelompok dalam studi Terman menunjukkan sesuatu yang penting. Bukan IQ saja yang membuat mereka sukses. Banyak anak berbakat dalam studi Terman berasal dari keluarga menengah ke atas, dan orang tuanya punya ekspektasi tinggi atas anak mereka dan  mau membimbing anak mereka menuju kesuksesan.
 Akan tetapi, segelintir dari anak berbakat paling sukses dalam studi Terman ternyata  berasal dari keluarga menengah ke bawah. Jadi, kesuksesan dalam hidup bagi individu berbakat tidak harus selalu diiringi dengan kekayaan keluarganya.
      Mendidik Anak Berbakat
 Anak berbakat yang tidak merasa tertantang dapat mengganggu, tidak naik kelas, dan  kehilangan semangat untuk berprestasi. Terkadang anak – anak ini suka membolos, pasif, dan apatis terhadap sekolah ( Roselli, 1996 ).

Empat opsi program untuk anak berbakat adalah ( Hertzog, 1998 )

       §         Kelas Khusus
Kelas khusus selama masa sekolah regular dinamakan program “pull-out”. Beberapa kelas khusus diselenggarakan setelah sekolah regular, atau masa liburan.

       §         Akselerasi dan pengayaan di kelas regular

       §         Program mentor dan pelatihan
Beberapa pakar percaya ini adalah cara penting yang jarang dipakai untuk memotivasi, menantang, dan mendidik anak berbakat secara efektif ( Pleiss & Feldhusen, 1995 ).

       §         Kerja / studi / program pelayanan masyarakat


REFERENSI:

Santrock., J.W. (2008). Psikologi Pendidikan (edisi kedua). Jakarta: Prenada Media Group

3 FENOMENA PENDIDIKAN DI INDONESIA

Selasa, 05 April 2011

Pada kuliah online hari ini yang kami ikuti kami membahas 3 fenomena pendidikan di Indonesia serta mengkaitkannya dengan teori.

FENOMENA PERTAMA
Anak Tidak Mau Sekolah

Dari kasus ini ada seorang anak yang bernama Reza. Baru beberapa hari tahun ajaran sekolah dimulai, Reza tiba-tiba saja mogok sekolah. Ketika ditanya masalahnya, ia tidak mau bercerita. Esoknya, sang Ibu mengetahui dari teman sekelas Reza, kalau kemarin Reza baru dimarahi gurunya karena lupa membawa buku tugas.Kategori usia anak yang suka melakukan mogok sekolah adalah anak-anak yang masih sekolah di tingkat playgroup , TK, atau SD.
Penyebab anak mogok sekolah ada dua hal, yaitu internal dan eksternal. Penyebab internal itu biasanya ada di dalam diri anak (berhubungan dengan karakteristik anak), situasi rumah, dan merasa cemas karena harus berpisah dengan salah satu orang terdekatnya (separation anxiety ), seperti ibu atau pengasuhnya.Sedang faktor penyebab eksternal, lebih ke masalah lingkungan sekolah yang membuatnya merasa tidak nyaman. Misalnya, ternyata mainan di rumahnya lebih banyak dan menarik dibanding di sekolah, teman-teman di sekolah suka mengisenginya (bully ), anak susah beradaptasi dengan lingkungan sekolah, atau gurunya galak.

Dari permasalahan ini teori yang cocok adalah pendekatan behavioral untuk pembelajaran.Pendekatan behavioral menekankan arti penting bagaimana anak membuat hubungan antara pengalaman dan perilaku.Pendekatan behavioris yang sesuai dengan kasus ini adalah pengkondisian klasik.Pengkondisian klasik adalah sebentuk pembelajaran asosiatif dimana stimulus netral menjadi diasosiasikan dengan stimulus yang bermakna dan menimbulkan kemampuan untuk mengeluarkan respons yang serupa.Pengkondisian klasik dapat berupa pengalaman positif dan negatif dalam diri anak di kelas.Dalam kasus ini Reza mendapatkan pengalaman negatif.Ia dimarahi oleh gurunya ketika lupa membawa buku.Ia mengasosiasikan sekolah itu terdapat guru yang sangat galak sehingga ia tidak mau sekolah lagi dan karenanya teguran itu menjadi CS untuk rasa takut.Teori pengkondisian klasik ini sangat baik untuk membantu kita untuk memahami kecemasan dan ketakutan murid.

Solusi yang kami tawarkan untuk kasus ini adalah :
Solusi yang kami tawarkan terletak pada peran keluarga khususnya kedua orangtua.
1.Orangtua jangan mengomeli anaknya yang mogok sekolah.Orang tua harus ingat, cara berpikir anak, kan, belum sedewasa orang tua, karenanya ketika ia diperlakukan seperti itu ia akan berpikir negatif.
2,Teknik Mundur Perlahan.
Jika memang masalahnya karena separation anxiety , coba selesaikan dengan teknik ‘mundur berkala’ atau Systematic Desensitization .Ibu atau significant other -nya harus mulai mengurangi kehadirannya saat anak berada di sekolah.
3.Diskusi Dua Arah
Jika memang masalahnya bukan karena separation anxiety , ajaklah ia berkomunikasi agar bisa mengindentifikasi perasaan anak. Usahakan diskusi dilakukan dari hati ke hati, dua arah, dan dengan menekankan mengapa anak mogok sekolah.
4.Memberi semangat
Ketika anak bisa menguasai rasa takutnya dan mau sekolah lagi, usahakan selalu memberikan mereka pujian kasih sayang, bukan hadiah barang karena yang dibutuhkan adalah dukungan mental.

FENOMENA KEDUA
Ribuan Siswa Putus Sekolah

Kasus yang kedua ini adalah mengenai ribuan anak di Indonesia putus sekolah karena tidak adanya biaya sekolah dan tidak ada motivasi si anak,tidak adanya motivasi belajar anak membuat mereka malas dan membuat mereka putus sekolah

Undang-undang mengatakan bahwa warga negara yang berumur 6 tahun berhak mengikuti pendidikan dasar. Sedangkan warga negara yang berumur 7 tahun berkewajiban untuk mengikuti pendidikan dasar atau pendidikan yang setara sampai tamat. Pendidikan dasar merupakan pendidikan yang lamanya 9 tahun yang diselenggarakan selama 6 tahun di SD dan 3 tahun di SLTP atau sederajat. pendidikan merupakan hak yang sangat fundamental bagi anak. Hak yang wajib dipenuhi dengan kerjasama paling tidak dari orang tua siswa, lembaga pendidikan dan pemerintah. Pendidikan akan mampu terealisasi jika semua komponen yaitu orang tua, lembaga pendidikan dan pemerintah bersedia menunjang jalannya pendidikan. Banyak faktor yang menjadi kendala agar pendidikan dapat terealisasikan. Seperti misalnya saja dari faktor orang tua, tidak semua orang tua mau menyerahkan anaknya untuk bersekolah. Mayoritas dari mereka berasal dari keluarga kurang mampu sehingga tidak memiliki dana yang cukup untuk membiayai pendidikan putra-putrinya di sekolah formal. Faktor yang lainnya yaitu faktor lembaga pendidikan yang menyediakan sarana dan prasarana pendidikan


Motivasi adalah sebuah alasan atau dorongan seseorang untuk bertindak. Orang yang tidak mau bertindak sering kali disebut tidak memiliki motivasi. Alasan atau dorongan itu bisa datang dari luar(ekstrinsik) maupun dari dalam diri(intrinsic).Di kasus ini ribuan anak ini tidak ada motivasi intrinsic maupun ekstrinsik,seharusnya membutukan motibasi,misalnya motivasi  inteinsiknya berupa dorongan dari dalam dirinya untuk tetap melanjutkan sekolah sedangkan motivasi ekstrinsiknya adalah dorongan dari orangtua,orangtua seharusnya mendukung anaknya dalam sekolah bukannya menguruh sianak bekerja untuk menafkai keluarga padahal pada zaman sekarang ini pemerintah sudah  sekolah gratis yang walaupun terkadang pelaksanaanya masih berantakan,
Teori yang kami gunakan selanjutnya adalah Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi).Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi.dari kasus ini terlihat bahwasannya ribuan anak yang putus sekolah itu karena tidak ada motivasi untuk berprestasi disekolah sehingga menyebabkan mereka untuk malas sekolah.


Solusi yang kami buat dalam kasus ini adalah diibutuhkan kesadaran bagi setiap elemen masyarakat baik orangtua maupun anak ,orangtua baiklah mendukung anaknya belajar dan juga anak seharusnya memiliki keinginan untuk berprestasi agar tercapai kehidupan yang lebih baik,pemerintah juga seharusnya memperbaiki system pendidikan yang sudah ada misalnya menyalurkan bantuan dana pendidikan secara merata bagi orang yang datang dari keluarga tidak mampu.

FENOMENA KETIGA
Aku Enggak Mau Sekolah Ma !
SUMBER : http://lifestyle.okezone.com/read/2010/05/27/196/337063/search.html


Kasus ini mengenai peristiwa yang dialami oleh Dwi Agung Cahyono, siswa kelas IX D, SMPN 6 kota Probolinggo pertengahan bulan Februari lalu. Dwi Agung mengaku dihukum gurunya dengan mengunyah kapur tulis. Alhasil, sebagian dari kapur tulis tersebut tertelan ke perutnya, sehingga perutnya mulas, setelah kejadian tersebut. Hukuman tersebut diberikan karena Dwi Agung tidak mengerjakan PR (pekerjaan rumah) mata pelajaran Matematika. Akibat kejadian itu, Dwi menjadi trauma dan enggan masuk sekolah.


Teori yang sesuai dengan kasus ini adalah pendekatan behavioris dalam pembelajaran. Pendekatan behavioral menekankan arti penting bagaimana anak membuat hubungan antara pengalaman dan perilaku.Pendekatan behavioris yang sesuai dengan kasus ini adalah pengkondisian operan yang merupakan sebentuk pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan diulangi.Hukuman(punishment) yang diberikan guru menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku.Sebenarnya daripada diberikan punishment lebih baik guru tersebut memberikan reinforcement.Dengan adanya punishment tadi si anak menjadi tidak mau sekolah lagi.Karena punishment yang diberikan guru anak tadi menjadi trauma.
Trauma karena hukuman guru adalah ketidaksiapan seorang anak menghadapi suatu kejadian. Dapat dikarenakan hukuman datangnya tiba-tiba dan secara kualitas atau kuantitas. Beberapa tanda bila anak mengalami trauma di sekolah adalah menolak sekolah dengan segala alasan yang tidak dapat dijelaskan. Seperti malas bangun pagi, atau bangun pagi dengan rewel, tidak segar, dan ada juga yang sering mimpi buruk yang tidak dapat ia jelaskan alur cerita mimpinya, menolak berpakaian sekolah, makan sarapannya dengan lambat, mual dan atau demam, pusing dan sakit kepala di pagi hari menjelang sekolah.


Solusi yang kami berikan untuk kasus ini adalah:
Dengan bimbingan orangtua kepada anak tersebut  misalnya orangtua menjaga anak tersebut untuk sementara waktu untuk menghilangkan trauma.Apabila trauma anak itu sudah cukup parah akan lebih baik jika anak tersebut diajak konseling dengan psikolog sehingga anak tersebut bisa kembali seperti sebelumnya.untuk dapat mengurangi hal seperti ini terjadi lagi juga diperlukan pembenahan dari para pendidik.Sebaiknya dilakukan pengawasan bagi para pendidik dan juga meningkatkan standar untuk bisa menjadi seorang pendidik.Sebelum ditetapkan sebagai pendidik akan lebih baik jika dilakukan sebuah tes apakah orang tersebut cocok atau tidak untuk menjadi seorang pendidik.Orangtua juga harus selalu mengawasi anak,denga cara memberi perhatian misalnya menanyakan kepada anak apa yang dilakukan disekolah,belajar tentang apa serta bentuk perhatian lainnya.


Dari ketiga fenomena ini dapat kami simpulkan bahwa peranan keluarga sangat penting dalam memotivasi anak dalam hal pendidikan.
       Teori Tentang Bimbingan Orang Tua
Kegiatan belajar diperlukan adanya bimbingan dari orang tua atau dan  orang lain agar semangat dalam belajarnya.Keluarga sebagai tempat pertama pertumbuhan dan perkembangan sangat menentukan peranannya.

Menurut Kartono (1991;63) bahwa "Orang tua merupakan orang pertama dan utama yang mampu, serta berhak menolong keturunannya dan mendidik anaknya". Orang tua peranannya dalam keluarga dan dapat menciptakan ikatan emosianal dengan anaknya, menciptakan suasana aman dirumah sehingga orang tua/rumah merupakan tempat anakuntuk kembali, menjadi contoh/model bagi anaknya, memberikan disiplin dan memperbaiki tingkah laku anak, menciptakan jaringan komunikasi diantara anggota keluarga.
Pengawasan dan bimbingan orang tua dirumah mutlak diperlukan karena adanya bimbingan, orang tua dapat mengawasi dan dapat mengetahui segala kekurangan dan kesulitan anak dalam belajarnya. Gunarso (1983;64) menyatakan sebagai berikut :
"Orang tua berperan besar dalam mengajar, mendidik, memberikan bimbingan, dan menyediakan sarana belajar serta memberi teladan pada anak sesuai dengan nilai moral yang berfaku atau tingkah laku yang perlu dihindari".
Bimbingan dari orang tua dapat juga berperan sebagai cara untuk peningkatan disiplin terutama dalam belajarnya. Ahmadi (1991;82) menyatakan bahwa "Anak belajar memerlukan bimbingan dari orang tua agar sikap dewasa dan tanggung jawab belajar tumbuh pada diri anak".

Bimbingan yang diberikan oleh orang tua di rumah dapat meningkatkan motivasi belajar anak selain bimbingan dari seorang guru dari la belajar, dengan motivasi yang kuat seseorang sanggup bekerja ekstra keras dalam pencapaian sesuatu. Motivasi belajar yang baik diharapkan timbul dari dalam diri sendiri. (motivasi intrinsik)
Evers (1985;41) mengatakan bahwa "Anak didik harus mempunyai motivasi yang kuat untuk mengikuti kegiatan pendidikan yang sedang berlangsung. Kalau mereka mempunyai motivasi maka mereka akan menunjukkan minat, aktivitas dan partisipasi dalam kegiatan pendidikan". Dari pendapat ini seorang anak apabila mempunyai motivasi yang kuat dalam belajarnya akan dapat meningkatkan prestasi belajarnya, akan tetapi tidak semua anak bisa mempunyai molivasi ini, banyak anak yang menjadi siswa yang dalam proses belajar kurang atau tidak mempunyai motivasi, maka diperlukan bimbingan belajar dari orang tuanya. Menurut Nio bimbingan belajar yang dimiliki meliputi;"Mengawasi penggunaan waktu belajar anak di rumah; mengenal kesulitan-kesulitan anak dalam belajar; menolong mengatasi kesulitan anak dalam belajarnya". (dalam Kartono, 1985;92). Penulis akan membahas mengawasi penggunaan waktu belajar anak dl rumah dan membantu menolong mengatasi kesulitan anak dalam belajarnya.

Dari pendapat diatas, adanya bimbingan yang dilakukan oleh orang tua kepada putra-putrinya dalam melakukan kegiatan belajar di rumah akan berpengaruh terhadap tingkah laku yang mengarah kepada kedisiplinan dalam belajar. Motivasi yang diberikan kepada anak hendaknya mengarah pada peningkatan motivasi yang kuat untuk mengikuti kegiatan pendidikan. Situasi ini dapat tercipta apabila terjadi ikatan emosional antara orang tua dengan anaknya. Suasana rumah yang aman membantu anak untuk mengembangkan dirinya untuk menuju masa depan.


Referensi pembahasan:


Santrock., J.W. (2008). Psikologi Pendidikan (edisi kedua). Jakarta: Prenada Media Group
http://heru-id.blogspot.com/2010/02/teori-tentang-bimbingan-orang-tua.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Belajar_Behavioristik

Senin, 25 April 2011

Apa kekurangan,kelebihan dan perbedaan konseling kelompok dengan konseling individu?

Diposting oleh 10081 Eva Violesia Bangun di 05.39 0 komentar
Konseling kelompok merupakan usaha bantuan yang diberikan pada individu dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan serta perbaikan agar individu yang bersangkutan dapat menjalani perkembangannya dengan lebih mudah. (Tatik Romlah, 2001:4-5).
Menurut Latipun (2005:147), konseling kelompok (group counseling) merupaka salah satu bentuk konnseling dengan memanfaatkan kelompok untuk membantu, memberikan umpan balik (feedback) dan pengalaman belajar.
Menurut Mungin Eddy Wibowo (2005:33), kegiatan konseling kelompok merupakan hubungan antar pribadi yang menekankan pada proses berpikir secara sadar, perasaan-perasaan dan perilaku-perilaku anggota untuk meningkatkan kesadaran akan pertumbuhan dan perkembangan individu yang sehat.

DALAM KONSELING KELOMPOK:
         Menekankan pengembangan pribadi
         Menekankan perasaan dan hubungan antar anggota;anggota belajar tentang dirinya dalam hubungannya dengan anggota kelompok yang lain/orang lain;belajar memecahkan masalah

PERBEDAAN KONSELING INDIVIDU DAN KONSELING 
KELOMPOK:

KONSELING INDIVIDU
         Hubungan antar pribadi dalam konseling 1 klien1 konselor
         Klien yang dibantu:1 klien
         Tanggung jawab klien lebih banyak tergantung pada konselor
         Pusat perhatian terfokus pada masa lalu dan masa yang akan datang
         REALITY TESTING: Kemungkinan untuk menilai apakah klien masih ada/mempunyai realitas:TERBATAS DENGAN KONSELOR
         INSIGHT: Perubahan perilaku selalu didahului insight

KONSELING KELOMPOK
         Antara klien-konselor;antarklien
         Klien yang dibantu lebih dari satu klien
         Klien bertanggung jawab atas dirinya sendiri;juga membantu sesama klien
         Pusat perhatian : “HERE” AND “NOW” KELOMPOK.
         REALITY TESTING: Dilakukan oleh anggota kelompok yang lain
         Tanpa insight dapat berjalan

Suasana konseling individu dan kelompok sama, tetapi dalam kelompok suasana pemisif,peneriman,support yang diperoleh klien dapat membantu klien untuk mendiskusikan masalahnya.



KELEBIHAN KONSELING KELOMPOK
  1. Praktis
  2. Memberikan kesempatan bagi anggota untuk saling memberi dan menerima umpan balik
  3. Anggota belajar untuk berlatih tentang perilakunya yang baru
  4. Dapat digunakan untuk menggali tiap masalah yang dialami anggota;belajar untuk meningkatkan kepercayaan kepada orang lain;dapat meningkatkan sistem dukungan dengan cara berteman akrab dengan anggota lain


KEKURANGAN KONSELING KELOMPOK
  1. Tidak semua cocok berada dalam kelompok
  2. Kelompok digunakan sebagai tujuan
  3. Perhatian konselor lebih menyebar
  4. Sulit untuk dibina kepercayaan
  5. Klien sering mengharapkan terlalu banyak dari kelompok,sehingga ia tidak berusaha untuk berubah


TUGAS KONSELOR:
  1. MEMBUAT DAN MEMPERTAHANKAN KELOMPOK.
  2. MEMBENTUK BUDAYA DALAM KELOMPOK.
  3. MEMBENTUK NORMA KELOMPOK.


PERILAKU EFEKTIF KONSELOR:
  1. MENDENGARKAN DENGAN AKTIF.
  2. MENGAMATI DENGAN SEKSAMA.
  3. MEMBERIKAN UMPAN BALIK.
  4. MENGHUBUNGKAN ANTARA PERNYATAAN YANG SATU DENGAN YANG LAIN; ANTARA PERISTIWA YANG SATU DENGAN PERISTIWA YANG LAIN.
  5. MELAKUKAN KONFRONTASI.
  6. MERINGKAS APA YANG TERJADI DALAM SETIAP PERTEMUAN


KELOMPOK TIDAK DIREKOMENDASIKAN UNTUK:
  1. Klien dalam keadaan krisis
  2. Klien sangat takut berbicara dalam kelompok
  3. Klien sangat tidak efektif di dalam hubungan pribadinya atau tidak mempunyai keterampilan sosial
  4. Klien tidak menyadari perasaan,motivasi ataupun perilakunya
  5. Klien menunjukkan perilaku menyimpang
  6. Klien terlalu banyak meminta perhatian orang lain
  7. Klien dalam keadaan psikotik akut
  8. Klien mempunyai keterbatasan ekspresi verbal
  9. Klien sangat agresif
  10. Klien mempunyai masalah kontrol impuls




SUMBER:
Sukadji,S. (2000). Psikologi pendidikan dan psikologi sekolah.Depok: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Fakultas Psikologi Universitas  

Minggu, 24 April 2011

Apa perbedaan psikologi pendidikan dan psikologi sekolah??

Diposting oleh 10081 Eva Violesia Bangun di 06.20 0 komentar
Perbedaan Psikologi Pendidikan dan Psikologi Sekolah

Dari segi pengertian

Psikologi Pendidikan adalah ilmu yang mempelajari bagaimana manusia belajar dalam pendidikan pengaturan, efektivitas intervensi pendidikan, psikologi pengajaran, dan psikologi sosial dari sekolah sebagai organisasi. Psikologi pendidikan berkaitan dengan bagaimana siswa belajar dan berkembang, dan sering terfokus pada sub kelompok seperti anak-anak berbakat dan mereka penyandang cacat.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa Pengertian Psikologi Pendidikan adalah ilmu yang mempelajari  tentang perilaku manusia di dalam dunia pendidikan yang meliputi  studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia.

Psikologi Sekolah adalah cabang dari ilmu Psikologi yang berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi.
Psikologi sekolah merupakan bagian dari psikologi pendidikan sehingga psikologi pendidikan memiliki ruang lingkup yang besar.

Adapun menurut Sumadi Suryobroto ( 1984 ) juga mengatakan bahwa yang menjadi ruang lingkup psikologi pendidikan meliputi :
  • Pengetahuan tentang psikologi pendidikan : pengertian ruang lingkup, tujuan mempelajari dan sejarah munculnya psikologi pendidikan
  • Pembawaaan
  • Lingkungan fisik dan psikologis
  • Perkembangan siswa
  • Proses – proses tingkah laku
  • Hakekat dan ruang lingkup belajar
  • Faktor yang mempengaruhi belajar
  • Hukum dan teori belajar
  • Pengukuran pendidikan
  • Aspek praktis pengukuran pendidikan
  • Transfer belajar
  • Ilmu statistik dasar
  • Kesehatan mental
  •  Pendidikan membentuk watak / kepribadian

Dari segi tujuan

Psikologi Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan keefisien di dalam pendidikan.

Psikologi Sekolah bertujuan untuk membentuk mind set anak.

Dari segi tugas

Tugas psikolog pendidikan adalah:
  •          Menerapkan prinsip-prinsip belajar dalam kelas.
  •          Melakukan pengembangan dan pembaruan kurikulum.
  •          Melaksanakan ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan. 
  •        Melaksanakan sosialisasi proses dan interaksi proses itu dengan pendayagunaan kognitif dan penyelenggaraan pendidikan keguruan.
  •          Mengembangkan dan mendukung program pengelolaan terapi dan perilaku
  •          Melakukan penelitian aktif
  •          Mengetahui dan memahami kondisi siswanya
  •         Memahami perbedaan individual, implikasi perbedaan fisik dan psikologik antara laki-laki dan perempuan, dan perbedaan peran dan harapan antar keduanya



Tugas psikolog sekolah :
·     Berkonsultasi dengan guru, orang tua, administrator, dan masyarakat penyedia kesehatan mental tentang belajar, sosial, dan masalah perilaku.
·     Terlibat dalam kegiatan sekolah dalam aktivitas menyehatkan.
·     Membantu pendidik dalam membuat suasana  aman, kelas sehat dan lingkungan sekolah yang tenang.
·     Mengajarkan parenting skill, strategi pemecahan masalah, penyalah gunaan obat obatan terlarang, dan topik lainnya yang berkaitan dengan kesehatan sekolah.
·     Melakukan penelitian tentang instruksi yang efektif, manajemen perilaku, program-program sekolah alternatif, dan intervensi kesehatan mental.
·     Menilai dan mengevaluasi berbagai masalah yang berkaitan sekolah dan aset anak dan remaja di sekolah yang ditugaskan.
·     Intervensi langsung dengan siswa dan keluarga melalui konseling individu, kelompok pendukung, dan pelatihan keterampilan.
·     Sajikan sebagai anggota tim interdisipliner untuk memenuhi kebutuhan siswa berisiko dan untuk melayani kebutuhan siswa penyandang cacat melalui penilaian pendidikan khusus, kelayakan, dan proses penempatan.  
·  Mengkomunikasikan hasil evaluasi psikologis untuk orang tua, guru, dan lain-lain sehingga mereka dapat memahami sifat kesulitan siswa dan bagaimana untuk melayani kebutuhan siswa.
·  Melakukan pencegahan krisis dan layanan intervensi.
·  Bekerja dengan berbagai masalah emosional dan akademik mahasiswa.
·  Boleh melayani satu atau beberapa sekolah di sekitar daerah sekolah atau bekerja untuk sebuah pusat kesehatan mental masyarakat dan / atau dalam lingkungan universitas.

Dari sisi tempat bekerja

Psikolog pendidikan biasa bekerja di lingkungan sekolah, perguruan tinggi dan di lingkungan pendidikan anak, terutama bekerja dengan guru dan orang tua. Mereka dapat bekerja secara langsung dengan anak (misal memeriksa perkembangan, memberikan konseling) dan secara tidak langsung (dengan orang tua, guru dan profesional lainnya). Karena harus bekerja dengan manusia, psikolog pendidikan haruslah familier dengan pendekatan-pendekatan tradisional tentang studi perilaku, humanistik, kognitif dan psikoanalis. Mereka juga harus sadar dengan teori dan riset yang muncul dari ranah tradisional psikologi seperti perkembangan (Piaget, Erikson, Kohlberg, Freud), bahasa (Vygotsky dan Chomsky), motivasi (Hull, Lewin, Maslow, McClelland), testing (intelegensi dan kepribadian) dan interpretasi tesnya.

Sebagian besar (81%) dari psikolog sekolah yang bekerja di sekolah umum.Tempat-tempat utama lainnya kerja sekolah swasta, lembaga masyarakat, rumah sakit dan klinik, dan universitas.Psikolog Sekolah umumnya bekerja sebagai praktisi, administrator dan dosen/peneliti.Gelar-tingkat spesialis akan memungkinkan untuk bekerja di kebanyakan negara sebagai praktisi dan administrator (dengan kredensial administratif yang tepat), sedangkan yang memungkinkan untuk praktek sebagai doktor, administrator praktisi fakultas dan peneliti.

Dari uraian perbedaan di atas sebenarnya istilah psikologi pendidikan dan psikologi sekolah sering dipertukarkan. Teoris dan peneliti lebih diidentifikasi sebagai psikolog pendidikan, sementara praktisi di sekolah lebih diidentifikasi sebagai psikolog sekolah. Psikologi pendidikan mengambil masalah-masalah yang dialami oleh orang muda dalam pendidikan yang mencakup masalah kesulitan belajar atau masalah emosi dan sosial. Mereka mengambil tugas untuk membantu proses belajar anak dan memampukan guru menjadi lebih sadar akan faktor-faktor sosial yang berkaitan dengan pengajaran dan belajar.Psikolog pendidikan belajar bagaimana anak belajar ,mengingat dan bagaimana perkembangan mental mereka selama proses belajar.Anak diobservasi dilingkungan yang bervariasi seperti ketika mereka berkerja secara individual atau bagaimana mereka berinteraksi di kelompok.Psikologi pendidikan juga membantu dengan mendiagnosis dan memberikan alat untuk mengobati, membantu atau berurusan dengan anak yang mengalami gangguan dalam belajar seperti terlambat berbicara,dylexia,dll.
Sedangkan itu dalam psikologi sekolah berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi.Dalam psikologi sekolah mengindetifikasi anak yang memiliki mental age yang lebih tinggi dari anak seusianya dan juga untuk anak yang memiliki gangguan seperti terlambat bicara, ADHD,dyslexia.Psikologi  sekolah bisa melakukan penilaian psikologis dan menangani anak yang memiliki kelainan mental ataupun fisik dan ,menolong mereka dengan cara konseling,terapi bicara,dan bimbingan secara langsung oleh guru.

SUMBER:

Senin, 18 April 2011

Apa fungsi bimbingan di sekolah?

Diposting oleh 10081 Eva Violesia Bangun di 08.23 0 komentar
Bimbingan adalah proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahan diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimal kepada sekolah, keluarga, serta masyarakat.

Istilah bimbingan (guidance) dan konseling (counseling) memiliki hubungan yang sangat erat dan merupakan kegiatan yang integral. Dalam praktik sehari-hari istilah bimbingan selalu digandengkan dengan istilah konseling yakni bimbingan dan konseling (guidance and counseling)
.
Ada pihak-pihak yang beranggapan bahwa tidak ada perbedaan yang prinsipil antar bimbingan dengan konseling atau keduannya memiliki makna yang identik. Namun sementara pihak ada yang berpendapat bahwa bimbingan dan konseling merupaka dua pengertian yang berbeda, baik dasar maupun cara kerjanya. Konseling atau counseling dianggap identik dengan psychoterapy, yaitu usaha menolong orang-orang yang mengalami gangguan psikis yang serius, sedangkan bimbingan dianggap identik dengan pendidikan.
Sementara pihak ada lagi yang berpendapat bahwa konseling merupakan salah satu teknik pemberian layanan dalam bimbingan dan merupakan inti dari keseluruhan pelayanan bimbingan. Pandangan inilah yang nampaknya sekarang banyak dianut.

Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek akademik (belajar) adalah :
§  Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan memahami berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam proses belajar yang dialaminya.
§  Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan.
§  Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
§  Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan membaca buku, mengggunakan kamus, mencatat pelajaran, dan mempersiapkan diri menghadapi ujian.
§  Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan, seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas, memantapkan diri dalam memperdalam pelajaran tertentu, dan berusaha memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam rangka mengembangkan wawasan yang lebih luas.
§  Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.

REFERENSI:
Sukadji, S. (2000).Psikologi pendidikan dan Psikologi sekolah.Depok:Lembaga 

Minggu, 10 April 2011

Bagaimana karaktersitik anak berbakat dan cara mendidik anak berbakat?

Diposting oleh 10081 Eva Violesia Bangun di 07.15 0 komentar

Beberapa definisi bakat menurut para ahli :

1.Wiliam B Michael
Michael meninjau bakat itu dari segi kemampuan individu untuk melakukan sesuatu tugas, yang sedikit sekali tergantung kepada latihan mengenai hal tersebut.

2.Bingham
Bingham menitikberatkan pada segi apa yang dapat dilakukan oleh individu, dari segi performance setelah individu mendapatkan latihan.

3.Galton
Menurut Galton, kebeberbakatan merupakan kemampuan alami yang luar biasa, diperoleh dari kombinasi sifat-sifat yang meliputi kapasitas intelektual, kemauan yang kuat, dan unjuk kerja.

Orientasi yang luas mengenai berbagai pendapat tentang bakat menunjukkan, bahwa 
analisis tentang bakat selalu merupakan analisis tingkah laku.
Menurut Guilford bakat itu mencakup tiga dimensi pokok, yaitu :

a.Dimensi Perseptual
Meliputi kemampuan dalam mengadakan persepsi, dan meliputi faktor – faktor antara lain :
·               Kepekaan indera
·               Perhatian
·               Orientasi waktu
·               Luasnya daerah persepsi 
·               Kecepatan persepsi

b.Dimensi Psikomotor
Dimensi Psikomotor mencakup enam faktor, yaitu :
·              Faktor kekuatan
·              Faktor impuls
·                   Faktor Kecepatan Gerak
·                    Faktor ketelitian / ketepatan
·                    Faktor koordinasi
·                    Faktor keluwesan

c.Dimensi Intelektual
Dimensi ini meliputi 5 faktor, yaitu :
·              Faktor ingatan
·             Faktor pengenalan
·             Faktor evaluative
·             Faktor berpikir konvergen
·            Faktor berpikir divergen

Variasi bakat timbul karena variasi dalam kombinasi, korelasi dan intensitas faktor – faktor tersebut. Variasi inilah yang seharusnya dikenal seawal mungkin.
Anak berbakat mempunyai kecerdasan di atas rata – rata ( biasanya di atas 130 ) atau punya bakat unggul di beberapa bidang, seperti seni, musik, atau matematika. Program untuk anak berbakat di sekolah biasanya didasarkan pada kecerdasan dan prestasi akademik. Kriteria ini diperluas dengan memasukkan faktor – faktor seperti kreatifitas dan komitmen ( Renzulli & Reis, 1997 ).

KARAKTERISTIK

Ellen Winner ( 1996 ), seorang ahli di bidang kreativitas dan anak berbakat, mendeskripsikan tiga kriteria yang menjadi ciri anak berbakat :
      1)      Dewasa lebih dini ( precocity ).
Anak berbakat adalah anak yang dewasa sebelum waktunya apabila diberi kesempatan untuk menggunakan bakat atau talenta mereka. Dalam banyak kasus, anak berbakat dewasa lebih dini karena mereka dilahirkan dengan membawa kemampuan domain tertentu, walaupun bakat sejak lahir ini tetap harus dipelihara dan dipupuk.

       2)      Belajar menuruti kemampuan mereka sendiri.
Anak berbakat belajar secara berbeda dengan anak lain yang tidak berbakat. Mereka tidak membutuhkan banyak dukungan, atau scaffolding dari orang dewasa. Tapi, kemampuan mereka di bidang lain boleh jadi normal atau bias juga diatas normal.

       3)      Semangat untuk menguasai.
Anak yang berbakat tertarik untuk memahami bidang yang menjadi bakat mereka. Mereka memperlihatkan minat besar dan obsesif dan kemampuan kuat fokus. Mereka punya motivasi internal yang kuat.
Selain ketiga karakteristik anak berbakat di atas, area keempat adalah keahlian dalam memproses informasi. Para peneliti telah menemukan bahwa anak berbakat belajar lebih cepat, memproses informasi lebih cepat, menggunakan penalaran dengan lebih baik, dan memantau pemahaman mereka dengan lebih baik ketimbang anak yang tidak berbakat ( Sternberg & Clickenbeard, 1995 ).

 C        STUDI TERMAN KLASIK
 Orang – orang berbakat dalam studi Terman telah matang secara intelektual sebelum,        waktunya,tetapi mereka tidak mengalami gangguan emosional atau penyesuaian diri.         Temuan ini juga muncul dalam sejumlah studi anak berbakat yakni mereka yang bisa menyesuaikan  diri atau lebih baik dalam menyesuaikan diri ketimbang anak – anak yang tidak berbakat ( Winner, 1996 ).
 Namun anak yang sangat cerdas ( dengan IQ 180 atau lebih ) sering mengalami   masalah dalam menyesuaikan diri daripada anak yang    tidak berbakat.
 Steven Ceci ( 1990) mengatakan bahwa analisis terhadap perkembangan kelompok dalam studi Terman menunjukkan sesuatu yang penting. Bukan IQ saja yang membuat mereka sukses. Banyak anak berbakat dalam studi Terman berasal dari keluarga menengah ke atas, dan orang tuanya punya ekspektasi tinggi atas anak mereka dan  mau membimbing anak mereka menuju kesuksesan.
 Akan tetapi, segelintir dari anak berbakat paling sukses dalam studi Terman ternyata  berasal dari keluarga menengah ke bawah. Jadi, kesuksesan dalam hidup bagi individu berbakat tidak harus selalu diiringi dengan kekayaan keluarganya.
      Mendidik Anak Berbakat
 Anak berbakat yang tidak merasa tertantang dapat mengganggu, tidak naik kelas, dan  kehilangan semangat untuk berprestasi. Terkadang anak – anak ini suka membolos, pasif, dan apatis terhadap sekolah ( Roselli, 1996 ).

Empat opsi program untuk anak berbakat adalah ( Hertzog, 1998 )

       §         Kelas Khusus
Kelas khusus selama masa sekolah regular dinamakan program “pull-out”. Beberapa kelas khusus diselenggarakan setelah sekolah regular, atau masa liburan.

       §         Akselerasi dan pengayaan di kelas regular

       §         Program mentor dan pelatihan
Beberapa pakar percaya ini adalah cara penting yang jarang dipakai untuk memotivasi, menantang, dan mendidik anak berbakat secara efektif ( Pleiss & Feldhusen, 1995 ).

       §         Kerja / studi / program pelayanan masyarakat


REFERENSI:

Santrock., J.W. (2008). Psikologi Pendidikan (edisi kedua). Jakarta: Prenada Media Group

Selasa, 05 April 2011

3 FENOMENA PENDIDIKAN DI INDONESIA

Diposting oleh 10081 Eva Violesia Bangun di 09.41 0 komentar

Pada kuliah online hari ini yang kami ikuti kami membahas 3 fenomena pendidikan di Indonesia serta mengkaitkannya dengan teori.

FENOMENA PERTAMA
Anak Tidak Mau Sekolah

Dari kasus ini ada seorang anak yang bernama Reza. Baru beberapa hari tahun ajaran sekolah dimulai, Reza tiba-tiba saja mogok sekolah. Ketika ditanya masalahnya, ia tidak mau bercerita. Esoknya, sang Ibu mengetahui dari teman sekelas Reza, kalau kemarin Reza baru dimarahi gurunya karena lupa membawa buku tugas.Kategori usia anak yang suka melakukan mogok sekolah adalah anak-anak yang masih sekolah di tingkat playgroup , TK, atau SD.
Penyebab anak mogok sekolah ada dua hal, yaitu internal dan eksternal. Penyebab internal itu biasanya ada di dalam diri anak (berhubungan dengan karakteristik anak), situasi rumah, dan merasa cemas karena harus berpisah dengan salah satu orang terdekatnya (separation anxiety ), seperti ibu atau pengasuhnya.Sedang faktor penyebab eksternal, lebih ke masalah lingkungan sekolah yang membuatnya merasa tidak nyaman. Misalnya, ternyata mainan di rumahnya lebih banyak dan menarik dibanding di sekolah, teman-teman di sekolah suka mengisenginya (bully ), anak susah beradaptasi dengan lingkungan sekolah, atau gurunya galak.

Dari permasalahan ini teori yang cocok adalah pendekatan behavioral untuk pembelajaran.Pendekatan behavioral menekankan arti penting bagaimana anak membuat hubungan antara pengalaman dan perilaku.Pendekatan behavioris yang sesuai dengan kasus ini adalah pengkondisian klasik.Pengkondisian klasik adalah sebentuk pembelajaran asosiatif dimana stimulus netral menjadi diasosiasikan dengan stimulus yang bermakna dan menimbulkan kemampuan untuk mengeluarkan respons yang serupa.Pengkondisian klasik dapat berupa pengalaman positif dan negatif dalam diri anak di kelas.Dalam kasus ini Reza mendapatkan pengalaman negatif.Ia dimarahi oleh gurunya ketika lupa membawa buku.Ia mengasosiasikan sekolah itu terdapat guru yang sangat galak sehingga ia tidak mau sekolah lagi dan karenanya teguran itu menjadi CS untuk rasa takut.Teori pengkondisian klasik ini sangat baik untuk membantu kita untuk memahami kecemasan dan ketakutan murid.

Solusi yang kami tawarkan untuk kasus ini adalah :
Solusi yang kami tawarkan terletak pada peran keluarga khususnya kedua orangtua.
1.Orangtua jangan mengomeli anaknya yang mogok sekolah.Orang tua harus ingat, cara berpikir anak, kan, belum sedewasa orang tua, karenanya ketika ia diperlakukan seperti itu ia akan berpikir negatif.
2,Teknik Mundur Perlahan.
Jika memang masalahnya karena separation anxiety , coba selesaikan dengan teknik ‘mundur berkala’ atau Systematic Desensitization .Ibu atau significant other -nya harus mulai mengurangi kehadirannya saat anak berada di sekolah.
3.Diskusi Dua Arah
Jika memang masalahnya bukan karena separation anxiety , ajaklah ia berkomunikasi agar bisa mengindentifikasi perasaan anak. Usahakan diskusi dilakukan dari hati ke hati, dua arah, dan dengan menekankan mengapa anak mogok sekolah.
4.Memberi semangat
Ketika anak bisa menguasai rasa takutnya dan mau sekolah lagi, usahakan selalu memberikan mereka pujian kasih sayang, bukan hadiah barang karena yang dibutuhkan adalah dukungan mental.

FENOMENA KEDUA
Ribuan Siswa Putus Sekolah

Kasus yang kedua ini adalah mengenai ribuan anak di Indonesia putus sekolah karena tidak adanya biaya sekolah dan tidak ada motivasi si anak,tidak adanya motivasi belajar anak membuat mereka malas dan membuat mereka putus sekolah

Undang-undang mengatakan bahwa warga negara yang berumur 6 tahun berhak mengikuti pendidikan dasar. Sedangkan warga negara yang berumur 7 tahun berkewajiban untuk mengikuti pendidikan dasar atau pendidikan yang setara sampai tamat. Pendidikan dasar merupakan pendidikan yang lamanya 9 tahun yang diselenggarakan selama 6 tahun di SD dan 3 tahun di SLTP atau sederajat. pendidikan merupakan hak yang sangat fundamental bagi anak. Hak yang wajib dipenuhi dengan kerjasama paling tidak dari orang tua siswa, lembaga pendidikan dan pemerintah. Pendidikan akan mampu terealisasi jika semua komponen yaitu orang tua, lembaga pendidikan dan pemerintah bersedia menunjang jalannya pendidikan. Banyak faktor yang menjadi kendala agar pendidikan dapat terealisasikan. Seperti misalnya saja dari faktor orang tua, tidak semua orang tua mau menyerahkan anaknya untuk bersekolah. Mayoritas dari mereka berasal dari keluarga kurang mampu sehingga tidak memiliki dana yang cukup untuk membiayai pendidikan putra-putrinya di sekolah formal. Faktor yang lainnya yaitu faktor lembaga pendidikan yang menyediakan sarana dan prasarana pendidikan


Motivasi adalah sebuah alasan atau dorongan seseorang untuk bertindak. Orang yang tidak mau bertindak sering kali disebut tidak memiliki motivasi. Alasan atau dorongan itu bisa datang dari luar(ekstrinsik) maupun dari dalam diri(intrinsic).Di kasus ini ribuan anak ini tidak ada motivasi intrinsic maupun ekstrinsik,seharusnya membutukan motibasi,misalnya motivasi  inteinsiknya berupa dorongan dari dalam dirinya untuk tetap melanjutkan sekolah sedangkan motivasi ekstrinsiknya adalah dorongan dari orangtua,orangtua seharusnya mendukung anaknya dalam sekolah bukannya menguruh sianak bekerja untuk menafkai keluarga padahal pada zaman sekarang ini pemerintah sudah  sekolah gratis yang walaupun terkadang pelaksanaanya masih berantakan,
Teori yang kami gunakan selanjutnya adalah Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi).Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi.dari kasus ini terlihat bahwasannya ribuan anak yang putus sekolah itu karena tidak ada motivasi untuk berprestasi disekolah sehingga menyebabkan mereka untuk malas sekolah.


Solusi yang kami buat dalam kasus ini adalah diibutuhkan kesadaran bagi setiap elemen masyarakat baik orangtua maupun anak ,orangtua baiklah mendukung anaknya belajar dan juga anak seharusnya memiliki keinginan untuk berprestasi agar tercapai kehidupan yang lebih baik,pemerintah juga seharusnya memperbaiki system pendidikan yang sudah ada misalnya menyalurkan bantuan dana pendidikan secara merata bagi orang yang datang dari keluarga tidak mampu.

FENOMENA KETIGA
Aku Enggak Mau Sekolah Ma !
SUMBER : http://lifestyle.okezone.com/read/2010/05/27/196/337063/search.html


Kasus ini mengenai peristiwa yang dialami oleh Dwi Agung Cahyono, siswa kelas IX D, SMPN 6 kota Probolinggo pertengahan bulan Februari lalu. Dwi Agung mengaku dihukum gurunya dengan mengunyah kapur tulis. Alhasil, sebagian dari kapur tulis tersebut tertelan ke perutnya, sehingga perutnya mulas, setelah kejadian tersebut. Hukuman tersebut diberikan karena Dwi Agung tidak mengerjakan PR (pekerjaan rumah) mata pelajaran Matematika. Akibat kejadian itu, Dwi menjadi trauma dan enggan masuk sekolah.


Teori yang sesuai dengan kasus ini adalah pendekatan behavioris dalam pembelajaran. Pendekatan behavioral menekankan arti penting bagaimana anak membuat hubungan antara pengalaman dan perilaku.Pendekatan behavioris yang sesuai dengan kasus ini adalah pengkondisian operan yang merupakan sebentuk pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan diulangi.Hukuman(punishment) yang diberikan guru menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku.Sebenarnya daripada diberikan punishment lebih baik guru tersebut memberikan reinforcement.Dengan adanya punishment tadi si anak menjadi tidak mau sekolah lagi.Karena punishment yang diberikan guru anak tadi menjadi trauma.
Trauma karena hukuman guru adalah ketidaksiapan seorang anak menghadapi suatu kejadian. Dapat dikarenakan hukuman datangnya tiba-tiba dan secara kualitas atau kuantitas. Beberapa tanda bila anak mengalami trauma di sekolah adalah menolak sekolah dengan segala alasan yang tidak dapat dijelaskan. Seperti malas bangun pagi, atau bangun pagi dengan rewel, tidak segar, dan ada juga yang sering mimpi buruk yang tidak dapat ia jelaskan alur cerita mimpinya, menolak berpakaian sekolah, makan sarapannya dengan lambat, mual dan atau demam, pusing dan sakit kepala di pagi hari menjelang sekolah.


Solusi yang kami berikan untuk kasus ini adalah:
Dengan bimbingan orangtua kepada anak tersebut  misalnya orangtua menjaga anak tersebut untuk sementara waktu untuk menghilangkan trauma.Apabila trauma anak itu sudah cukup parah akan lebih baik jika anak tersebut diajak konseling dengan psikolog sehingga anak tersebut bisa kembali seperti sebelumnya.untuk dapat mengurangi hal seperti ini terjadi lagi juga diperlukan pembenahan dari para pendidik.Sebaiknya dilakukan pengawasan bagi para pendidik dan juga meningkatkan standar untuk bisa menjadi seorang pendidik.Sebelum ditetapkan sebagai pendidik akan lebih baik jika dilakukan sebuah tes apakah orang tersebut cocok atau tidak untuk menjadi seorang pendidik.Orangtua juga harus selalu mengawasi anak,denga cara memberi perhatian misalnya menanyakan kepada anak apa yang dilakukan disekolah,belajar tentang apa serta bentuk perhatian lainnya.


Dari ketiga fenomena ini dapat kami simpulkan bahwa peranan keluarga sangat penting dalam memotivasi anak dalam hal pendidikan.
       Teori Tentang Bimbingan Orang Tua
Kegiatan belajar diperlukan adanya bimbingan dari orang tua atau dan  orang lain agar semangat dalam belajarnya.Keluarga sebagai tempat pertama pertumbuhan dan perkembangan sangat menentukan peranannya.

Menurut Kartono (1991;63) bahwa "Orang tua merupakan orang pertama dan utama yang mampu, serta berhak menolong keturunannya dan mendidik anaknya". Orang tua peranannya dalam keluarga dan dapat menciptakan ikatan emosianal dengan anaknya, menciptakan suasana aman dirumah sehingga orang tua/rumah merupakan tempat anakuntuk kembali, menjadi contoh/model bagi anaknya, memberikan disiplin dan memperbaiki tingkah laku anak, menciptakan jaringan komunikasi diantara anggota keluarga.
Pengawasan dan bimbingan orang tua dirumah mutlak diperlukan karena adanya bimbingan, orang tua dapat mengawasi dan dapat mengetahui segala kekurangan dan kesulitan anak dalam belajarnya. Gunarso (1983;64) menyatakan sebagai berikut :
"Orang tua berperan besar dalam mengajar, mendidik, memberikan bimbingan, dan menyediakan sarana belajar serta memberi teladan pada anak sesuai dengan nilai moral yang berfaku atau tingkah laku yang perlu dihindari".
Bimbingan dari orang tua dapat juga berperan sebagai cara untuk peningkatan disiplin terutama dalam belajarnya. Ahmadi (1991;82) menyatakan bahwa "Anak belajar memerlukan bimbingan dari orang tua agar sikap dewasa dan tanggung jawab belajar tumbuh pada diri anak".

Bimbingan yang diberikan oleh orang tua di rumah dapat meningkatkan motivasi belajar anak selain bimbingan dari seorang guru dari la belajar, dengan motivasi yang kuat seseorang sanggup bekerja ekstra keras dalam pencapaian sesuatu. Motivasi belajar yang baik diharapkan timbul dari dalam diri sendiri. (motivasi intrinsik)
Evers (1985;41) mengatakan bahwa "Anak didik harus mempunyai motivasi yang kuat untuk mengikuti kegiatan pendidikan yang sedang berlangsung. Kalau mereka mempunyai motivasi maka mereka akan menunjukkan minat, aktivitas dan partisipasi dalam kegiatan pendidikan". Dari pendapat ini seorang anak apabila mempunyai motivasi yang kuat dalam belajarnya akan dapat meningkatkan prestasi belajarnya, akan tetapi tidak semua anak bisa mempunyai molivasi ini, banyak anak yang menjadi siswa yang dalam proses belajar kurang atau tidak mempunyai motivasi, maka diperlukan bimbingan belajar dari orang tuanya. Menurut Nio bimbingan belajar yang dimiliki meliputi;"Mengawasi penggunaan waktu belajar anak di rumah; mengenal kesulitan-kesulitan anak dalam belajar; menolong mengatasi kesulitan anak dalam belajarnya". (dalam Kartono, 1985;92). Penulis akan membahas mengawasi penggunaan waktu belajar anak dl rumah dan membantu menolong mengatasi kesulitan anak dalam belajarnya.

Dari pendapat diatas, adanya bimbingan yang dilakukan oleh orang tua kepada putra-putrinya dalam melakukan kegiatan belajar di rumah akan berpengaruh terhadap tingkah laku yang mengarah kepada kedisiplinan dalam belajar. Motivasi yang diberikan kepada anak hendaknya mengarah pada peningkatan motivasi yang kuat untuk mengikuti kegiatan pendidikan. Situasi ini dapat tercipta apabila terjadi ikatan emosional antara orang tua dengan anaknya. Suasana rumah yang aman membantu anak untuk mengembangkan dirinya untuk menuju masa depan.


Referensi pembahasan:


Santrock., J.W. (2008). Psikologi Pendidikan (edisi kedua). Jakarta: Prenada Media Group
http://heru-id.blogspot.com/2010/02/teori-tentang-bimbingan-orang-tua.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Belajar_Behavioristik